No Result
View All Result
KONTAK
Bicara Apa Adanya
REDAKSI
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • Media Partner
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEKNOLOGI
  • TEMPIAS
  • TEMUAN
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • Media Partner
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEKNOLOGI
  • TEMPIAS
  • TEMUAN
No Result
View All Result
Bicara Apa Adanya
No Result
View All Result
Home OPINI

Pilgub NTB 2018: Transaksional dan Pragmatisme, Cikal Bakal Lahirkan Peradaban Tidak Sehat

Oleh: Ainul Imansyah*

by JOGI
April 5, 2018
A A
Pilgub NTB 2018: Transaksional dan Pragmatisme, Cikal Bakal Lahirkan Peradaban Tidak Sehat

Ainul Imansyah

44
VIEWS
ShareTweetSendScan

ERA DEMOKRASI di tengah hiruk-piruk keadaan politik yang tidak etis mulai tampak di permukaan dan menghegemoni cara berpikir masyarakat terhadap demokrasi yang sehat. Konstelasi ini menandakan bahwa muka demokrasi kita hadir secara elegan dan penuh dengan misteri, sulit membedakan mana demokrasi liberal dan demokrasi yang beradab bercita-cita menyejahterakan masyarakat.

ArtikelTerkait

Kurikulum Merdeka

Tafsir Konstruktif Kurikulum Merdeka

Agustus 3, 2022
Selamatkan Sawah Petani!

Selamatkan Sawah Petani!

Juli 2, 2022
Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dan Pilkada (Konsep, Sistem dan Pelaksanaannya)

Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dan Pilkada (Konsep, Sistem dan Pelaksanaannya)

Juni 6, 2022
PTPN (BUMN) Sumber Migor Mudah

PTPN (BUMN) Sumber Migor Mudah

Mei 27, 2022

Konstelasi sejarah tidak bisa dimunafikan bahwa demokrasi yang diterapkan di Indonesia saat ini, bukan demokrasi hasil dari pada konsensus antara kondisi dan karakter bangsa. Akan tetapi lahir dari peradaban Eropa (liberal) Yudi Latif.

Tidak heran kemudian setiap kebijakan yang diterapkan di negara ini selalu ada responsif publik. Entahlah, tergantung cara pandang masing-masing.

Hemat saya dalam konstelasi pilgub ini kemungkinan besar akan menimbulkan stigma yang beragam dari masyarakat. Stigma itu pun sebagai pertimbangan dalam memilih para calon.

Akhir-akhir ini semenjak tahun 2014-2018 demokrasi mulai tidak sehat untuk dikonsumsi publik bahkan cara menentukan pilihan juga beragam. Ada beberapa variabel yang menjadi bahan pertimbangan masyarakat awam dan kaum intelektual dalam memilih.

Cara pemilih yang berada di lingkungan masyarakat awam ada beberapa pertimbangan dan faktor dalam menentukan pilihan dengan menggunakan cara yang beragam. Misalnya siapa yang banyak memberikan logistik dan nominal yang tinggi dan masyarakat tidak takut lagi tanda tangan di atas nota-kesepakatan (MOU).

Dalam lingkungan masyarakat intelektual juga tidak mau kalah dalam memilih pemimpin. Di lingkaran ini kaum intel mendeklarasikan kredibilitas figur yang ia yakini memberikan ruang ketika ia menang dalam pertarungan politik (konspirasi).

Seorang aktor di balik figur tidak takut dan malu mempublikasikan di media sosial berkaitan dengan latar belakang dan kontribusi yang pernah dibangun di tengah masyarakat untuk menghegemoni cara pandang masyarakat secara luas untuk tertarik pada figur.

Cara yang tidak etis sebenarnya tidak boleh dipertontonkan di publik. Okelah, masyarakat awam bisa saja tertipu dengan hal itu tapi masyarakat cerdas dan analisisnya kuat terkait potensi sekaligus kredibel figur tidak dengan mudah menentukan pilihan.

Kebanyakan kaum intelektual dalam menentukan dukungan politik harus memiliki landasan atau variabel tertentu. Politik bukan hanya bicara kualitas keilmuan figur tapi berbicara juga pengabdian figur sehingga seorang figur besar karna pengabdiannya bukan karna keilmuan atau apa yang Anda jual di media sosial.

Menurut hemat saya, akan ada semacam penambahan saldo setelah sekian lama ketika massa kampanye politik banyak figur yang menggunakan hak kekayaannya untuk mempublikasikan kredibel figur tidak heran kemudian ketikan di amanahkan untuk memimpin akhirnya menyalahgunakan jabatan untuk mengumpulkan kembali kekayaan yang sudah dihabiskan.

Pemilih di NTB sudah masuk zona merah, karna ada beberapa pertimbangan dalam memilih figur dengan menggunakan logika materiil dalam meletakkan hak suasananya.

 

*)Ketua Komisariat IMM FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram

Tags: Ainul ImansyahNTBOpiniPeradabanPilgubPragmatismetidak sehatTransaksional
Next Post
Ribuan Obat dan Kelambu Kedaluwarsa Tertumpuk di Gedung Farmasi

Ribuan Obat dan Kelambu Kedaluwarsa Tertumpuk di Gedung Farmasi

Menyoal Dana Politik Elite

Menyoal Dana Politik Elite

Ada Aroma Busuk dari Tangki Timbun di Talang Duku

Ada Aroma Busuk dari Tangki Timbun di Talang Duku

Kala KPK Bertekuk Lutut di Hadapan Zola

Kala KPK Bertekuk Lutut di Hadapan Zola

Setelah Ditahan 65 Hari, Anggota Tim Staf Kepresidenan Jenguk Azhari

Setelah Ditahan 65 Hari, Anggota Tim Staf Kepresidenan Jenguk Azhari

Discussion about this post

Bicara Apa Adanya

PT MOKSHA MULTI MEDIA

© 2020 Alamat Kantor Detail Lorong Pattimura RT.12 Kel. Kenali Besar Kec. Alam Barajo, Kota Jambi 36129.

  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami

Media Sosial

No Result
View All Result
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • LINGKUNGAN
  • Media Partner
  • NASIONAL
  • NIAGA
  • OPINI
  • PENJURU
  • PERISTIWA
  • PERKARA
  • SIASAT
  • TEKNOLOGI
  • TEMPIAS
  • TEMUAN

PT MOKSHA MULTI MEDIA