Connect with us

LINGKUNGAN

Ismet Raja Tengah Malam, Seniman Sekaligus Aktivis Jambi

DETAIL.ID

Published

on

Dari seni hingga aksi, Ismet tak ingin rakyat ditelanjangi di kampung halaman sendiri. Melalui musik ia sampaikan kritik, dengan aksi kamisan pun ia menyiratkan pesan. Hingga Ismet pun sempat dituding Provokator.

ISMET berang. Acara nonton bareng film “Bara Dwipa” karya Watchdoc di Sarolangun mendadak dibatalkan. Panitia penyelenggara melaporkan kepadanya bahwa acaranya tidak jadi sebab tidak ada yang datang.

Orang-orang ketakutan. Salah satu pemilik tambang batu bara di Sarolangun yang merupakan salah satu pejabat tinggi pemerintahan di Sarolangun disebut-sebut jadi dalangnya.

“Kalau seperti itu lama-lama mereka akan ditelanjangi di kampung halaman sendiri. Mengapa sudah menghirup udara kotor malah diam tak mau melawan, sama saja hanya menjadi penonton atas perusakan lingkungan yang terus-terus berlangsung dan mengaminkan hal tersebut,” tutur Ismet dengan nada sedikit meninggi, kepada detail pada Sabtu 20 November 2021.

Ismet menyebut bahwa kontribusi batu bara sebenarnya minim. Menurutnya, dari sekian banyak perusahaan tambang yang berada di Provinsi Jambi sama sekali tidak berdampak banyak terhadap kesejahteraan masyarakat. “Karena uangnya enggak berputar di Jambi malah berputarnya di luar, yang menikmatinya pun hanya segelintir elite lokal yang tidak peduli terhadap persoalan yang timbul di masyarakat,” keluhnya.

Meski tak menampik bahwa batu bara berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun dampak lingkungan yang disebabkan oleh tambang batu bara merupakan hal serius. Dengan tegas ia katakan, seberapa penting hal itu jika dibandingkan dengan hak lingkungan yang sehat bagi masyarakat dalam jangka panjang?

“Jujur saya katakan saya tidak pro pada tambang batu bara, kalau kita bicara kesejahteraan. Buktinya apa? Kembalikanlah kepada fitrahnya Jambi, kepada pertanian, perkebunan. Karena ini (batu bara) merupakan kenikmatan sesaat, begitu ia sudah habis dikeruk dan lingkungan sudah terlanjur rusak parah warga Jambi juga yang merasakan berbagai macam dampak yang akan timbul,” ujar Ismet.

Anak Petani di Desa yang Belum Teraliri Listrik

Ismet menghabiskan masa kecilnya di Desa Sekaladi, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Kala di desanya belum tersentuh listrik, Ismet kecil masih asyik bermain di hutan, membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai petani.

Bakat Ismet kecil perlahan mulai terlihat. Awalnya ia menyukai musik daerah. Musik dengan genre melayu serta dangdut. Jika ada acara pesta di kampung halamannya, ia kerap mengajukan diri untuk tampil menyanyikan lagu dangdut.

“Tahun 2002 aku sudah mengenal musik punk, semenjak pindah ke Jambi baru menekuni aliran punk,” kata pria dengan nama panggung, Ismet Raja Tengah Malam pada Sabtu, 20 November 2021.

Dari aliran musik dangdut, melayu kemudian Ismet yang merantau ke Jambi pada tahun 2002 ini mulai mengenal musik beraliran punk. Ia pun mulai tampil sebagai sosok anak punk, rambut mohawk, dengan anting besar menghiasi penampilannya. Kecintaannya pada musik punk membulatkan tekad untuk menjelajahi nusantara, berkelana sambil manggung di berbagai tempat di kota-kota di Indonesia.

“Waktu itu (2002) sudah banyak aliran yang jumpa, tapi aku masih sekadar suka aja, saat pindah ke Jambi aku kenal music punk, aku nyetreet keliling Sumatra modal numpang, paling jauh itu udah pernah nyetreet sampai ke Lombok,” ujar pria kelahiran 39 tahun silam ini.

Band Rancid menjadi salah satu musik punk yang sering didengar oleh Ismet, kemudian band-band lokal seperti Marginal, Superman Is Dead, dan berbagai band lain. Pengalaman hidup Ismet memunculkan niatannya untuk mencoba mendirikan suatu band Punk bernama “Blog Head” di masa kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Negeri Jambi.

“Tahun 2004 aku coba buat band punk bernama “Blog Head” artinya manusia bodoh. Karena manusia bodoh adalah manusia yang tidak bisa menggunakan pikiran mereka dengan positif, kenapa kamu dibodohi dengan pikiran kamu sendiri, sedangkan pikiran adalah untuk membuka wawasan kamu,” kata ayah dua anak ini.

Pria dengan nama asli Ismet Isnaini, yang menyandang nama Ismet Raja Tengah Malam ini menjelaskan bahwa kata Raja Tengah Malam yang ia pakai sebagai nama panggungnya merupakan terdiri dari berbagai paduan arti. Raja adalah kependekan dari rakyat jantan dan tengah malam merupakan waktu untuk ia menyendiri untuk menenangkan pikiran, menurutnya tengah malam adalah waktu yang tepat untuk merenung dan bahkan dengan pohon ia pernah berbicara.

Bagi Ismet, bernyanyi dan bermain musik adalah berdoa dua kali, kita memberi semangat dan harapan untuk para petani untuk tetap semangat dalam perjuangannya. Karena kita hidup untuk berjuang, dan berproses kemudian berjuang lagi.

Sebagai sosok seniman yang selalu vokal menyuarakan kritiknya lewat alunan lagu-lagunya, perbincangan dengan Ismet sangat banyak mengkritisi kondisi Jambi hari ini dan juga kondisi negeri ini, suatu kegundahan mungkin melihat kebobrokan dan kebobrokan terus-menerus dipraktikkan oleh para pemimpin di sana.

Baginya, hidup itu harus berani. Berangkat dari fakta itu, ia menuangkannya ke dalam lirik lagu. “Hidup bukan sebatas hidup, hidup itu berjuang berproses, aku dak mau diam, teman jangan diam, jangan jadi pendiam, jangan jadi generasi pendiam, jangan jadi pecundang, anjing!”

“Kita lihat keadaan di negeri kita sendiri, kita lihat Jambi, begitu bodoh kamu menghancurkan diri sendiri, kok ada gitu orang yang mencuri uang negara sendiri, itu kan namanya manusia yang goblog. Itu merupakan asal usul penamaan band kita dulu (blog head),” ujar Ismet.

Kecintaannya pada musik punk pun ia aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya saat pentas atau manggung. Di kampus pun ketika sedang kuliah ia tetap menerapkan prinsip-prinsip punk. Namun, berbicara punk tentu tak lepas dari citra negatif yang merupakan pandangan bagi sebagian masyarakat. Menanggapi hal tersebut Ismet berpendapat bahwa citra negatif di kalangan masyarakat tersebut merupakan ulah dari oknum yang gagal dalam mengartikan punk yang sebenarnya, sehingga mengarah kepada kebebasan yang tak mengakui aturan, menjadi kriminal.

“Untuk menangkis citra tersebut, arti lantunan lagu punk perlu dimengerti. Jadi kita jangan hanya menilai dari passion punk lagi, tapi pemikirannya gitu,” kata Ismet.

Sebelum kuliah dirinya yang sudah menekuni dunia punk merasa bahwa pemikiran dan pengetahuannya dari segi keilmuan perlu diperluas, dan benar saja sewaktu menempuh Pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Jambi ia menemukan hikmah bahwa tujuan kuliah bukan hanya untuk memperoleh ijazah namun lebih dari itu adalah untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh dan bisa bermanfaat bagi masyarakat secara umum.

“Jadi kuliah bukan berbicara sebagai proses sebelum berkarier di dunia pekerjaan lagi atau berbicara ijazah lagi tapi mempertanggungjawabkan ilmu yang diperolehnya untuk diterapkan di dunia setelah selesai kuliah, itu yang harus ditekankan,” kata Ismet.

Hijau Biru, Cerita Tentang Hak Petani, Buruh, dan Lingkungan

Album pertama Ismet diberi nama Hijau dan Biru. Sebuah album yang menceritakan tentang hak petani, buruh, dan lingkungan. Belakangan Ismet tengah sibuk untuk menyelesaikan album keduanya yang akan ia beri nama “Rimba Terakhir”.

“Kita kembali ke sejarah bahwa negara kita, Jambi ini adalah negeri agraris. Kita tidak terlahir dari tambang, kita terlahir dari orang tua kita petani dan nelayan. Ini yang menghidupkan kita,” kata Ismet.

Dirinya pun menceritakan sebuah lagu yang baru saja selesai ia ciptakan. Sebuah lagu yang menceritakan tentang kisah masa lalu dan pergolakan yang dihadapi oleh para petani saat ini.

“Ada lirik lagu yang baru selesai aku buat. Aku dilahirkan oleh Tuhan di rahim perempuan yaitu ibuku, aku dibesarkan dan tumbuh bersama seorang lelaki itu ialah ayahku. Bapakku petani, ibuku petani, nenekku petani, kakekku petani, sampai leluhurku adalah petani. Aku hidup dan mati dari tanah ini, dari itu aku menghargai petani karena hari ini petanilah yang menjadi salah satu penyokong kehidupan bangsa ini, setelah semua itu kenapa kita harus munafik? Kenapa kita mengkhianati petani?” kata Ismet kesal.

Ketika disinggung terkait persoalan “Food Estate” yang sedang ramai jadi topik perbincangan. Menurutnya petani akan dijadikan komoditi, akan dijadikan sebagai bisnis oleh orang-orang yang mendapatkan keuntungan. Apakah akan berdampak positif terhadap petani? Tidak. Petani dijadikan kambing hitam, pemerintah hari ini melihat bahwa petani adalah sebuah Komoditi yang pasar. Akhirnya timbul “Food Estate” padahal kalau kita lihat ke belakang, Suharto pernah gagal, itu cukup menjadi bukti bahwa “Food Estate” tidak cocok dengan Indonesia yang di mana adalah negara agraris, negara yang masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani.

“Ada hak-hak petani yang dirampas oleh korporasi, tanah-tanah mereka dirampas oleh pihak perusahaan. Namun sebelum korporasi beraksi, tentu ada izin atas lokasinya. Nah yang memberi izin kepada perusahaan kan pemerintah, hari ini berapa banyak kondisi di mana tanah masyarakat dirampas? Berarti pemerintah memberi izin untuk korporasi merampas tanah-tanah masyarakat,” ujarnya.

Beberapa waktu lalu bertempat di Gedung DPRD Kabupaten Sarolangun, di depan para wakil rakyat serta para pejabat pemerintahan ia dengan lantang menyanyikan lagu Tolak Peti, Hanya Air Mata, dan Sarolangun Betuah. Ismet mengatakan bahwa lagu-lagu itu sengaja dibawakan untuk mengingatkan para wakil rakyat agar bekerja untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Karena menurutnya, para wakil rakyat seharusnya memperjuangkan aspirasi rakyat, namun dalam kenyataannya malah terbalik wakil rakyat berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan.

Sungai Batanghari Kian Tercemari

Setelah petani dan tambang batu bara kini giliran Sungai Batanghari yang menjadi bahan perbincangan. Kondisi sungai Batanghari yang makin hari makin memprihatinkan tak bisa dipungkiri harus segera mendapat perhatian dan pembenahan dari pemerintah.

“Kembali pada sejarah, Sungai Batanghari adalah urat nadi peradaban. Kalau kita bicara urat nadi begitu dekat dengan jiwa kita, berapa kehidupan yang menggunakan kehidupan tersebut. Hari ini sungai Batanghari sedang mengalir dari kejayaan menuju kerusakan. Apabila kita anak muda, masyarakat, semuanya abai. Sungai Batanghari bisa tinggal sejarah, tinggal sebuah lagu, cuman sebatas cerita nanti untuk anak cucu kita. Apakah kita mau hal itu terjadi?” katanya.

Makanya, lanjut Ismet, nanti 25 November kita berencana untuk mengadakan aksi, itu bertepatan juga dengan hari pohon. Kita akan adakan aksi bersama teman-teman NGO, bersama teman-teman mahasiswa. Suara dari hilir memperingati hari pohon kemudian 100 hari Wo Haris menjabat Gubernur Jambi untuk mendorong pemerintah dan seluruh elemen. Ayo bersama-sama kita kembalikan sungai Batanghari bersih seperti sediakala.

Menurutnya, ini merupakan tanggung jawab bersama, pemerintah punya kebijakan, rakyat punya hak. Ayo kita satu padukan. Ayo kita cari solusi. Bicara hari ini bicara ekonomi bicara perut tapi negara, pemerintah tidak bertanggungjawab terhadap perut rakyat, siapa yang salah? Jelas-jelas pemerintah yang salah, kenapa karena pemerintah tidak mampu memberikan kehidupan yang layak terhadap rakyatnya. Bicara air bersih, itu sudah melanggar hak terhadap lingkungan yang sehat. Kita akan gugat pemerintah karena tidak mampu memenuhi hak masyarakat untuk beroleh air bersih, lingkungan yang bersih terhadap rakyat Jambi.

Ketika ditanya pandangan politiknya terhadap pemimpin Provinsi Jambi hari ini ia mengatakan bahwa hari-hari ini Jambi semakin bobrok secara politik, orang Jambi sudah kehilangan jati dirinya. Dalam segi politik idealnya partai adalah perahu bukan menjadi motor untuk mengintimidasi pemimpin, pemimpin bukan alat. Hari ini, baik pemerintah maupun partai politik sama-sama tidak memberikan sebuah solusi konkret terhadap permasalahan yang terjadi, yang ada hanya orientasi pada kekuasaan.

Melihat berbagai persoalan Jambi hari ini, ada pilihan untuk memperbaharui dari dalam dan luar. Namun saat dihadapkan kepada pilihan tersebut, Ismet menjawab untuk tetap memperbaharui dari luar. Ketika ada kesempatan untuk terjun ke dalam politik, ia mengatakan bahwa esensi dari kekuasaan adalah menindas. Tapi kalau melihat kondisi sekarang, Kalau bicara untuk kesejahteraan kemanusiaan kita suatu saat harus terjun ke dalam sistem.

Karena kalau kita tidak terjun ke dalam politik, orang yang tidak baik akan mengisi posisi tersebut dan melancarkan dengan leluasa niatan dan hasratnya. Tapi hari ini kita lihat orang-orang dalam sistem berarti orang-orang di dalam itu semua orang jahat, karena dalam berbagai pembicaraan yang kita temui ya tidak jauh-jauh dari proyek, investasi. Tidak ada perbincangan ke arah kesejahteraan rakyat.

“Bicara hari ini politik sudah banyak yang mengajak saya untuk bergabung tapi saya selalu tolak, apa penting? Ya aku masih nyaman dengan perlawanan-perlawanan yang terus aku lontarkan gitu, karena politik adalah jebakan sebenarnya. Tidak sedikit yang terjebak itu teman-teman kita itu yang di gedung-gedung sana, kita coba kritis menyarankan suatu isu, dia tidak ada. kita ajak diskusi di warung kopi juga tidak ada. mungkin sudah terlalu nyaman dengan AC kantorlah,” ujar Ismet.

Terkait aksi Kamisan yang telah cukup lama berlangsung di Jambi, ia mengatakan bahwa Kamisan bicara tentang semangat untuk memperoleh keadilan bagi warga Jambi, hak atas lingkungan yang sehat. Karena sudah tidak sedikit yang menjadi Korban.

Melalui aksi Kamisan yang setiap hari kamis ia gelar di Simpang 4 BI Telanaipura, ia ingin menyadarkan orang-orang bahwa ada banyak persoalan yang mendera Jambi. Ia ingin agar persoalan itu dituntaskan oleh pemerintah. Masyarakat Jambi sudah tidur dengan berbagai kenyamanan yang tersedia. Jambi masih dalam kondisi berkembang sekarang ini cuman dipaksakan seolah-olah sudah maju,” katanya.

“Saya pernah dituduh memprovokasi suatu pergerakan untuk menentang pemerintah, namun semua itu ia terima dan hadapi dengan kebenaran dan prinsip yang ia pegang teguh. Meski sakit dan pasti ada konsekuensinya ia mengatakan bahwa hidup harus berani,” ujarnya.

Menurut aktivis sekaligus seniman ini, sama seperti Munir, kebenaran memang bernyawa dan kita harus konsisten. Hal seperti somasi maupun ancaman terhadap berbagai aksi dan kritik lantamnya ia anggap sebagai trigger untuk memantapkan diri.

“Mau berhenti atau maju, aku memilih untuk tetap maju dengan kebenaran dan prinsip yang aku pegang. Apa yang kulihat dengan mataku, apa yang kurasakan dengan hatiku akan kujalani dan kuperjuangkan. karena hidup bukan sebatas hidup, hidup itu berjuang, berproses, berjuang dan berproses, sampai mati,” katanya.

Ismet Berbicara Generasi Milenial

Hidup itu harus berani ya, generasi muda anak-anak muda Jambi harus berani. Berani menyuarakan suatu hal yang tidak baik, berani menyuarakan kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat.

Kalau hari ini tidak diperjuangkan mungkin akan terasa pahit ke depannya. Hidup itu jangan jadi pecundang, tak bisa kamu turun ke jalan kamu berdoa kepada tuhan, jangan jadi generasi masa bodo yang apatis, pasrah pesimis, bunuh diri di Sungai Batanghari. Hidup kok sebatas itu?

Ia juga mengatakan bulan 2 tahun depan “Insya Allah bulan 2 kita ada acara bersama seniman Jerman untuk mengenal musik alam bersama beberapa seniman dari berbagai daerah di Indonesia, nanti kalau selesai, Insya Allah akan ditampilkan di Jerman, nah itu orang Jerman saja sampai mengapresiasi musik kita kenapa kita tidak? Orang luar jauh-jauh ke negeri kita untuk mengetahui itu, miris kan.

Kepada generasi muda ia berpesan, untuk kawan-kawan generasi muda khususnya mahasiswa ayo kita pekalah, ubah mindsetlah terhadap kondisi daerah kita provinsi Jambi ini, seberapa penting sih air itu, seberapa penting sih tambang-tambang itu, seberapa penting itu semua dibanding dengan lingkungan yang sehat bagi kita.

Bicara politik, menurut Ismet kita harus paham politik, kita bukan orang munafik kita juga harus ikut berpartisipasi dalam mengawal perjalanan politik karena apa-apa hari ini dipolitisasi. Apabila kebijakan politik itu tidak dilawan maka politik itu akan menindas kita. Untuk teman-teman ayo kita terus berjuang, jangan jadi generasi pendiam, jangan jadi generasi pecundang, ayo rebut berproses, berjuang setelah itu teman-teman silakan mati. Dalam artian bukan masuk kubur, nikmati dan wariskan hasil perjuangan itu kepada generasi selanjutnya.

Untuk para penguasa ia berpesan, “Teruntuk penguasa, eh loe itu digaji rakyat loe yah, loe adalah pelayan rakyat, loe itu adalah watchdog, loe adalah anjingnya rakyat, tapi kenapa loe malah ngegonggong sama rakyat, harusnya loe sadar, loe harus amanah, loe ingat mati, kematian itu pasti, kematian itu lebih dekat dari segalanya, jadi berubah dan bertobatlah.

Reporter: Juan Ambarita

LINGKUNGAN

Ketua DPRD Kota Jambi: DPRD Solid, Takkan Mengubah Tata Ruang Demi Stockpile Batu Bara PT SAS

DETAIL.ID

Published

on

Areal bakal stockpile batu bara PT SAS. (DETAIL/Juan)

DETAIL.ID, Jambi – Meski perizinannya belum lengkap, PT Sinar Anugerah Sukses (SAS) sudah mulai mengguyur menempatkan sejumlah alat berat lengkap dengan tiang pancang paku buminya di kawasan Aur Kenali, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.

Issu soal bakal dilanjutkannya pembangunan stockpile batu bara PT SAS pun terus mencuat, sekalipun Pemerintah Kota Jambi menegaskan bahwa belum ada memberikan perizinan.

Terkait aktivitas PT SAS tersebut, Ketua DPRD Kota Jambi Kemas Faried Alfarelly pun kembali mempertegas bahwa DPRD Kota Jambi bersepakat untuk menolak keras rencana stockpile baru bara di kawasan Aur Kenali tersebut.

“Kalau kami sepakat ya. Kemarin waktu reses bersama Pak Cek Endra selaku Komisi 12 DPR RI, kami menolak keras terkait dengan usulan perizinan yang diusulkan oleh PT SAS,” kata Kemas Faried pada Rabu kemarin, 26 Februari 2025.

Ketua DPRD Kota Jambi tersebut menegaskan bahwa Perda Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota Jambi sudah jelas, bahwa areal lahan PT SAS di Aur Kenali diperuntukkan bagi permukiman dan pertanian, tidak ada diperuntukkan bagi pertambangan batu bara.

Dia pun memastikan bahwa DPRD Kota Jambi solid, tidak akan ada perubahan RT RW demi meloloskan perizinan stockpile batu bara di kawasan Aur Kenali. Sebab selain mempertimbangkan negatif yang bakal timbul bagi masyarakat sekitar.

Lokasi stockpile PT SAS dinilai berdekatan dengan intake PDAM Aur Duri yang merupakan aset vital yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Lalu bagaimana menghentikan operasional PT SAS yang seolah terus berupaya mewujudkan stockpilenya itu? Soal ini Kemas menyikapi begini.

“Sekarang persoalannya kalau mereka berjalan terus berarti mereka ilegal. Kita kan punya perangka penegak peraturan ada Satpol PP. Nanti kita kolaborasi, harus kolaborasilah dengan pemerintah pusat juga,” ujarnya.

Reporter: Juan Ambarita

Continue Reading

LINGKUNGAN

Sembilan Perusahaan Perkebunan di Provinsi Jambi Beroperasi di Kawasan Hutan

DETAIL.ID

Published

on

Sawit dalam kawasan hutan. (ist)

DETAIL.ID, Jambi – Sebanyak 436 perusahaan perkebunan sawit dinyatakan beroperasi dalam kawasan hutan. Di Provinsi Jambi, setidaknya terdapat 9 perusahaan sebagaimana tercantum dalam SK Menteri Kehutanan RI Nomor 36 tahun 2025.

Dalam lampiran subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan yang berproses atau ditolak permohonannya di Kementerian Kehutanan.

Perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi yakni PT Indokebun Unggul, grup KPN Plantation tercatat mengajukan permohonan perizinan sebanyak 771 hektare, Seluas 765 hektare di antaranya sedang berproses, dan 6 hektare ditolak.

Kemudian PT Pratama Sawit Mandiri dengan permohonan 116 hektare, berproses 111 hektare, dan 5 hektare ditolak.

Di Kabupaten Muarojambi, ada PT Puri Hijau Lestari dengan permohonan 379 hektare, berproses 393 hektare, ditolak 4 hektare. Selanjutnya PT Muaro Kahuripan Indonesia permohonan 863 hektare, 698 hektare berproses, 165 hektare ditolak dan PT Ricky Kurniawan Kertapersada, permohonan 300 hektare, berproses 267 hektare dan 33 hektare ditolak.

Di wilayah Kabupaten Bungo dan Tebo ada PT Satya Kisma Usaha (Sinarmas Agro) dengan catatan permohonan 105 hektare, 7 hektare berproses dan 98 hektare ditolak.

Selanjutnya, PT Sukses Maju Abadi, group Incasi, permohonan 403 hektare, berproses 324 hektare, ditolak 79 hektare.

Kabupaten Tanjungjabung Barat PT Pradira Mahajana, permohonan 49 hektare dan berproses 49 hektare.

Kabupaten Tanjungjabung Timur juga tercatat 1 perusahaan yakni PT Ladang Sawit Sejahtera group PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk permohonan 51 hektare berproses 51 hektare.

“Penetapan daftar subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dimaksud dalam amar kesatu sebagai bahan masukan Kementerian Kehutanan kepada Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan,” demikian bunyi putusan kedua, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 36 tahun 2025.

Reporter: Juan Ambarita

Continue Reading

LINGKUNGAN

Hasil Laboratorium, Sumur Milik Sawal di Dekat Kolam Limbah PT SGN Tak Layak Dikonsumsi

DETAIL.ID

Published

on

Hasil laboratorium, sumur milik Sawal tidak layak dikonsumsi karena PH airnya 3, berasa lebih asam dari air jeruk. (DETAIL/Daryanto)

DETAIL.ID, Merangin – Teka-teki hasil laboratorium terhadap sumur milik Sawal yang berada tak jauh dari kolam limbah milik PT Sumber Guna Nabati (SGN) sudah terjawab.

Dasar pengujian sampel air limbah sesuai dengan Permen LH Nomor 5 tahun 2004 pasal 16 ayat 3, dan dasar pengujian air sumur no p.68/MenLhk.setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, serta Permenkes No 32 tahun 2017.

Dari hasil pengujian sampel yang diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merangin didapat hasil bahwa sumur milik Sawal dengan hasil PH 3,09 tidak layak konsumsi.

Hal ini berdasarkan hasil uji laboratorium, dengan mengunakan parameter fisika padatan tersuspensi total (TTS), temperatur dan padatan terlarut total dan juga mengunakan parameter kimia seperti PH, BOD, COD dan CL.

“Dari hasil uji laboratorium, dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, untuk air sumur milik Sawal tidak layak konsumsi sebab PH airnya 3,09 atau lebih asam jika diminum maka berasa seperti asam air jeruk,” kata Kadis DLH Kabupaten Merangin, Syafrani pada Senin, 13 Januari 2025.

Sementara itu hasil laboratorium di outlet 13 milik PT SGN, terdapat PH air 9,05, BOD 39, COD 188, outlet parit warga diketahui PH airnya 9,7, BOD 24, COD 283. Sementara sampel air yang diambil di hulu Sungai Retih PH 5,36, BOD 2, COD 54, CL 1 dan sampel air di hilir Sungai Retih PH 6,52, BOD 2, COD 51, Cl 11.

“Dengan hasil yang kami rilis, ada beberapa titik sampel yang diambil mengalami peningkatan. Agar warga berhati-hati tidak mengonsumsi air yang tercemar dan jika terkonsumsi maka bisa saja ada reaksi pada tubuh,” ujarnya.

Terkait dengan hasil yang dirilis DLH Kabupaten Merangin, Feri Irawan Direktur Perkumpulan Hijau, mengatakan bahwa izin perusahaan PT SGN bisa saja direkomendasikan untuk dicabut, dan mendorong pemerintah daerah dan pemerintah provinsi untuk meninjau ulang izin Amdal yang pernah dikeluarkan.

“Ada kejahatan lingkungan, pemerintah wajib meninjau ulang, jika tidak bisa saja aparat kepolisian menindaklanjuti agar kejadian ini tidak terulang,” kata Feri Irawan yang juga anggota forum WALHI.

Reporter: Daryanto

Continue Reading
Advertisement ads ads
Advertisement ads