DETAIL.ID, Tebo – Elita Sembiring, petani sawit asal Muara Tabir, Kabupaten Tebo sudah hampir 1 bulan lebih tidak memanen sawitnya imbas anjloknya harga sawit.
“Kalau disini harga sekarang sudah Rp 350/Kg. Sudah sekitar 1 bulanan sawit tidak kami panen,” kata Elita Sembiring, Sabtu 9 Juli 2022
Akibat persoalan harga yang anjlok habis-habisan tersebut, ia beserta keluarga sepakat untuk tidak memanen TBSnya sebab, untuk keperluan pemanenannya saja, kata Sembiring, tidak lagi menutup dengan harga TBS saat ini.
“Biaya panen butuh Rp 250/ton. Belum lagi untuk operasional tukang panen, rokok, makan sampai ke penjualannya ke Tengkulak,” ujar Sembiring.
Namun, meski sudah tidak lagi dipanen, keluarga Sembiring tetap merawat sawitnya. Ia masih melakukan pemupukan tanaman. Hal tersebut juga sebenarnya karena dia juga merupakan salah satu penjual pupuk.
“Sekarang kan harga pupuk tinggi, sawit rendah. Petani ga ada juga yang membeli pupuk, jadi ini daripada tidak terjual ya mending kita pakai untuk kebun kita,” katanya.
Saat ditanyai mengapa ia tidak memilih untuk menjual TBS nya ke pabrik, Sembiring menjawab jika saat ini khususnya di Kecamatan Muara Tabir sudah banyak truk-truk yang berhenti beroperasi untuk mengangkut sawit ke Pabrik.
“Biaya angkut ke pabrik juga mahal, kalau dibandingkan dengan harga pabrik sekarang sekitar Rp 1000an. Ga untung juga,” ujarnya.
Saat ini, Sembiring beserta para petani sawit di Muara Tabir pun hanya bisa berharap agar pemerintah segera bersikap terhadap persoalan harga yang sedang menghantui masyarakat.
“Ya tolonglah pemerintah itu bertindak, buat kebijakan yang bisa mendorong harga sawit normal kembali agar ini kita para petani bisa sejahtera, bisa makan,” kata wanita petani sawit itu.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post