DETAIL.ID, Muarojambi – Kepergian mendiang Brigadir Y alias Nopriasyah Yosua Hutabarat meninggalkan luka mendalam bagi keluarga. Raut wajah yang letih dengan mata berkaca, Samuel Hutabarat menceritakan kehidupan Brigadir Yosua semasa hidupnya.
“Saya memanggilnya Prian. Dia ini adalah anak yang patuh kepada orang tua. Di antara empat anak saya, dia yang paling patuh,” ujar Samuel saat bercerita dengan detail pada Jumat, 15 Juli 2022.
Sejak kecil, mendiang Brigadir Yosua telah bercita-cita menjadi seorang polisi. Ia mengingat sebelum putranya masuk ke Sekolah Dasar, mendiang Brigadir Yosua sangat senang memakai seragam polisi. Setelah duduk di bangku kelas 3 SMA ia pun memantapkan niatnya untuk menjadi seorang polisi.
“Itulah mungkin semangatnya yang ingin jadi abdi negara. Kecintaan dan semangatnya telah tertanam dari dulu,” ujar Samuel
Kata Samuel dengan tegas, Ia dan isterinya selalu mendidik ke empat anaknya dengan pedoman kerohanian. Sebagai manusia, kerohanian adalah fondasi yang diajarkan Samuel kepada anak- anaknya dalam menjalani hidup.
Ketika mendiang Yosua telah meraih cita- citanya menjadi seorang polisi, nasihat pertama yang Samuel berikan yakni harus mendahulukan Tuhan kemana pun Yosua melangkah.
“Jangan kamu kuasai apa yang jadi milik orang. Kalau bukan milikmu, jangan kau kuasai. Tapi jika diberi dengan ikhlas, ya boleh kamu terima. Itu nasihat dan selalu saya bilang,” kata Samuel.
Samuel mencoba tegar. Ia mangatakan jika manusia semakin beriman kepada Tuhan, maka cobaan yang dihadapi akan semakin berat. Namun ia percaya, di balik cobaan yang dihadapinya saat ini, ada rencana indah dari Tuhan.
“Saya Nasrani, Mas. Alkitab pun mengatakan itu. Tuhan pasti memberi cobaan sesuai dengan kemampuan umatNya. Itu yang membuat saya kuat sampai sekarang,” ujar Samuel dengan tersenyum.
Reporter: Frangki PasaribuÂ
Discussion about this post