DETAIL.ID, Jakarta – Pergerakan harga saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) cukup menarik untuk dicermati hari ini. Pergerakannya tengah diguyur sentimen penggabungan usaha atau merger entitas usahanya, Star Energy, bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Berdasarkan data RTI, BRPT dibuka di level Rp 810 per saham. Pada pukul 9.09, harganya naik 1,86% ke level Rp 820 per saham.
Volume transaksi sebanyak 12,34 juta saham dengan nilai transaksi Rp 10,06 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 1.154 kali.
Pergerakan itu terjadi setelah Menteri BUMN Erick Thohir menggagas untuk menggabungkan sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang geothermal untuk mengembangkan energi panas bumi. Gagasan ini berangkat dari melimpahnya sumber energi tersebut di Indonesia.
Ia melihat, harta karun yang terpendam di perut bumi pertiwi ini mencapai 24 GW. Namun, yang dikembangkan baru sekitar 2,1 GW.
“Kalau tidak salah kita punya tiga perusahaan yakni Pertamina, PLN, dan Star Energy. Di bawah Kementerian Keuangan saya ingin memergerkan ini sebagai satu kesatuan. Untuk apa pemerintah punya perusahaan beda-beda,” ujarnya dalam acara Webinar Special Event Road to G20.
Dia berharap perusahaan geothermal ini nantinya bisa seperti Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang akan segera memiliki akses pendanaan dari publik lewat aksi korporasinya menjadi perusahaan terbuka (go public).
Erick mengemukakan, PGE duluan yang akan masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI) karena cenderung memiliki keuangan yang lebih sehat, sementara PLN akan menyusul sembari memperbaiki kinerja keuangannya.
“Step awal sudah kita lakukan dengan PGE, supaya kita bisa kembali mendapat akses dana untuk berkembang, salah satu pilihannya adalah Go Public, agar tidak membebani keuangan negara terus menerus,” katanya.
Erick menyatakan, pihaknya akan mendahulukan pengembangan potensi panas bumi yang kemudian secara beriringan diikuti dengan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) lainnya. Erick mencontohkan, energi angin yang menurut salah satu konsultan potensinya besar di Banten dan Sumba 1,6 GW.
Tidak hanya itu, potensi energi surya di Tanah Air juga cukup besar karena Indonesia merupakan negara tropis. Salah satu terobosan yang sudah dibangun ialah floating solar panel di Cirata (PLTS Cirata).
Menurutnya, melalui pengembangan PLTS Terapung ini menjadi opsi percepatan solar panel karena tidak perlu melewati hambatan pembebasan lahan yang bisa memakan waktu hingga tahunan.
Asal tahu saja, Star Energy tergabung dalam Grup Barito milik pengusaha Prajogo Pangestu. Perusahaan bergerak di industri panas bumi alias geothermal.
Manajemen BRPT belum bersedia memberikan komentarnya terkait gagasan tersebut.
Discussion about this post