LINGKUNGAN
Kota Jambi Masih Langganan Banjir, Apa Kabar Dana JICA Rp 170 Miliar?
DETAIL.ID, Jambi – Satu pekan terakhir, Kota Jambi kerap diguyur hujan. Hampir setiap hari. Kadang siang kadang malam, kadang pagi. Ini sejalan dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi pada Rabu, 9 November 2022.
BMKG Jambi menyampaikan jika seluruh wilayah di Provinsi Jambi sudah memasuki musim penghujan. Bahkan berpotensi terjadinya bencana Hidrometer Basah yang ditandai dengan curah hujan tinggi diselingi petir, angin kencang dan beberapa genangan.
Hujan lebat pada Kamis malam, 10 November 2022 telah menggenangi beberapa wilayah di Kota Jambi. Ratusan rumah warga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai satu setengah meter.
Seperti yang terjadi di RT 11, Perumahan Buluran Kenali, Kecamatan Telanaipura. Air menjebol tembok rumah warga dan menggenang setinggi lutut orang dewasa.
Alhasil setiap terjadi hujan lebat, masyarakat harus bersiap menghadapi kedatangan banjir. Tak berlebihan jika Kota Jambi dikatakan sebagai daerah langganan banjir. Bahkan banjir merupakan permasalahan yang kompleks.
Nah, sejauh mana penanganan banjir di Kota Jambi?
Sejak bulan Juni 2022, DETAIL.ID telah menelusuri dan menghimpun informasi tentang wilayah rawan dan penanganan banjir di Kota Jambi.
Setidaknya, ada 3 instansi yang punya pekerjaan rumah untuk menangani banjir ini. Ketiganya yakni Balai Wilayah Sungai Sumatra (BWSS) VI Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kota Jambi.
Berdasarkan data masterplan Dinas PUPR Kota Jambi yang diterima DETAIL.ID pada 6 Juni 2022, terdapat sebanyak 19 lokasi genangan banjir di Kota Jambi. Kabid SDA Dinas PUPR, M Yunius menyampaikan jika satu titik berhubungan dengan titik lainnya. Artinya, jika terdapat masalah pada satu titik, maka akan mempengaruhi titik banjir yang lain.
Sementara, pada 20 Juni 2022 BWSS VI Jambi melalui Kasatker PJSA, Eris Hendrabuana mengaku telah berupaya menangani banjir di Kota Jambi. Upaya, menurut pengakuannya tidak tanggung-tanggung. Sejak tahun 2013 sampai tahun 2017 dengan membangun prasarana fisik pengendalian banjir.
Tidak itu saja. Eris mengklaim, pembangunan itu melalui program yang bernama Jambi Flood Control (JFC). Berfokus pada dua rumah pompa banjir di Sungai Tembuku dan Sungai Asam. Namun, hingga tahun 2022, bangunan itu belum mampu mengendalikan banjir di Kota Jambi!
Selanjutnya, prasarana fisik pengendalian banjir itu akan dirampungkan melalui kegiatan Urban Flood Control System Improvement (UFCSI) dengan membangun pompa banjir pada sistim yang ada di Kota Jambi.
“Ada program lanjutan yaitu Urban Flood Control System Improvement. Nantinya, Danau Sipin akan dibuatkan pompa banjir. Saat Sungai Batanghari naik atau turun, elevasi tinggi muka air di Danau Sipin akan tetap stabil sehingga objek wisata tidak terpengaruh pada saat kemarau atau hujan,” ujarnya Eris Hendrabuana pada Senin, 20 Juni 2022.
Hebatnya lagi, Eris mengaku UFCSI mulai direalisasikan pada tahun ini hingga tahun 2024.
Pembiayaan UFCSI bersumber dari Bantuan Kerja Sama Internasional Jepang atau yang lebih dikenal dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Tak tanggung-tanggung, dana bantuan untuk program ini tergolong fantantis, yakni Rp 170 miliar.
Soal anggaran Rp 170 miliar ini, DETAIL.ID belum berhasil mengonfirmasi kepada pihak BWSS VI Jambi mengenai tindaklanjut kegiatan UFCSI yang menggunakan dana JICA ini. Hingga berita ini diterbitkan belum berhasil memperoleh penjelasan.
Dana hibah Rp 170 miliar ini diakui oleh Gubernur Jambi, Al Haris. “Hanya lima provinsi yang mendapat dana hibah tersebut. Kita berharap, masalah banjir di Jambi bisa teratasi dengan anggaran tersebut,” kata Al Haris kepada DETAIL.ID pada Senin, 14 November 2022.
Reporter: Frangki Pasaribu
LINGKUNGAN
Ketua DPRD Kota Jambi: DPRD Solid, Takkan Mengubah Tata Ruang Demi Stockpile Batu Bara PT SAS

DETAIL.ID, Jambi – Meski perizinannya belum lengkap, PT Sinar Anugerah Sukses (SAS) sudah mulai mengguyur menempatkan sejumlah alat berat lengkap dengan tiang pancang paku buminya di kawasan Aur Kenali, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.
Issu soal bakal dilanjutkannya pembangunan stockpile batu bara PT SAS pun terus mencuat, sekalipun Pemerintah Kota Jambi menegaskan bahwa belum ada memberikan perizinan.
Terkait aktivitas PT SAS tersebut, Ketua DPRD Kota Jambi Kemas Faried Alfarelly pun kembali mempertegas bahwa DPRD Kota Jambi bersepakat untuk menolak keras rencana stockpile baru bara di kawasan Aur Kenali tersebut.
“Kalau kami sepakat ya. Kemarin waktu reses bersama Pak Cek Endra selaku Komisi 12 DPR RI, kami menolak keras terkait dengan usulan perizinan yang diusulkan oleh PT SAS,” kata Kemas Faried pada Rabu kemarin, 26 Februari 2025.
Ketua DPRD Kota Jambi tersebut menegaskan bahwa Perda Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota Jambi sudah jelas, bahwa areal lahan PT SAS di Aur Kenali diperuntukkan bagi permukiman dan pertanian, tidak ada diperuntukkan bagi pertambangan batu bara.
Dia pun memastikan bahwa DPRD Kota Jambi solid, tidak akan ada perubahan RT RW demi meloloskan perizinan stockpile batu bara di kawasan Aur Kenali. Sebab selain mempertimbangkan negatif yang bakal timbul bagi masyarakat sekitar.
Lokasi stockpile PT SAS dinilai berdekatan dengan intake PDAM Aur Duri yang merupakan aset vital yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Lalu bagaimana menghentikan operasional PT SAS yang seolah terus berupaya mewujudkan stockpilenya itu? Soal ini Kemas menyikapi begini.
“Sekarang persoalannya kalau mereka berjalan terus berarti mereka ilegal. Kita kan punya perangka penegak peraturan ada Satpol PP. Nanti kita kolaborasi, harus kolaborasilah dengan pemerintah pusat juga,” ujarnya.
Reporter: Juan Ambarita
LINGKUNGAN
Sembilan Perusahaan Perkebunan di Provinsi Jambi Beroperasi di Kawasan Hutan

DETAIL.ID, Jambi – Sebanyak 436 perusahaan perkebunan sawit dinyatakan beroperasi dalam kawasan hutan. Di Provinsi Jambi, setidaknya terdapat 9 perusahaan sebagaimana tercantum dalam SK Menteri Kehutanan RI Nomor 36 tahun 2025.
Dalam lampiran subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan yang berproses atau ditolak permohonannya di Kementerian Kehutanan.
Perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi yakni PT Indokebun Unggul, grup KPN Plantation tercatat mengajukan permohonan perizinan sebanyak 771 hektare, Seluas 765 hektare di antaranya sedang berproses, dan 6 hektare ditolak.
Kemudian PT Pratama Sawit Mandiri dengan permohonan 116 hektare, berproses 111 hektare, dan 5 hektare ditolak.
Di Kabupaten Muarojambi, ada PT Puri Hijau Lestari dengan permohonan 379 hektare, berproses 393 hektare, ditolak 4 hektare. Selanjutnya PT Muaro Kahuripan Indonesia permohonan 863 hektare, 698 hektare berproses, 165 hektare ditolak dan PT Ricky Kurniawan Kertapersada, permohonan 300 hektare, berproses 267 hektare dan 33 hektare ditolak.
Di wilayah Kabupaten Bungo dan Tebo ada PT Satya Kisma Usaha (Sinarmas Agro) dengan catatan permohonan 105 hektare, 7 hektare berproses dan 98 hektare ditolak.
Selanjutnya, PT Sukses Maju Abadi, group Incasi, permohonan 403 hektare, berproses 324 hektare, ditolak 79 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Barat PT Pradira Mahajana, permohonan 49 hektare dan berproses 49 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Timur juga tercatat 1 perusahaan yakni PT Ladang Sawit Sejahtera group PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk permohonan 51 hektare berproses 51 hektare.
“Penetapan daftar subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dimaksud dalam amar kesatu sebagai bahan masukan Kementerian Kehutanan kepada Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan,” demikian bunyi putusan kedua, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 36 tahun 2025.
Reporter: Juan Ambarita
LINGKUNGAN
Hasil Laboratorium, Sumur Milik Sawal di Dekat Kolam Limbah PT SGN Tak Layak Dikonsumsi

DETAIL.ID, Merangin – Teka-teki hasil laboratorium terhadap sumur milik Sawal yang berada tak jauh dari kolam limbah milik PT Sumber Guna Nabati (SGN) sudah terjawab.
Dasar pengujian sampel air limbah sesuai dengan Permen LH Nomor 5 tahun 2004 pasal 16 ayat 3, dan dasar pengujian air sumur no p.68/MenLhk.setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, serta Permenkes No 32 tahun 2017.
Dari hasil pengujian sampel yang diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merangin didapat hasil bahwa sumur milik Sawal dengan hasil PH 3,09 tidak layak konsumsi.
Hal ini berdasarkan hasil uji laboratorium, dengan mengunakan parameter fisika padatan tersuspensi total (TTS), temperatur dan padatan terlarut total dan juga mengunakan parameter kimia seperti PH, BOD, COD dan CL.
“Dari hasil uji laboratorium, dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, untuk air sumur milik Sawal tidak layak konsumsi sebab PH airnya 3,09 atau lebih asam jika diminum maka berasa seperti asam air jeruk,” kata Kadis DLH Kabupaten Merangin, Syafrani pada Senin, 13 Januari 2025.
Sementara itu hasil laboratorium di outlet 13 milik PT SGN, terdapat PH air 9,05, BOD 39, COD 188, outlet parit warga diketahui PH airnya 9,7, BOD 24, COD 283. Sementara sampel air yang diambil di hulu Sungai Retih PH 5,36, BOD 2, COD 54, CL 1 dan sampel air di hilir Sungai Retih PH 6,52, BOD 2, COD 51, Cl 11.
“Dengan hasil yang kami rilis, ada beberapa titik sampel yang diambil mengalami peningkatan. Agar warga berhati-hati tidak mengonsumsi air yang tercemar dan jika terkonsumsi maka bisa saja ada reaksi pada tubuh,” ujarnya.
Terkait dengan hasil yang dirilis DLH Kabupaten Merangin, Feri Irawan Direktur Perkumpulan Hijau, mengatakan bahwa izin perusahaan PT SGN bisa saja direkomendasikan untuk dicabut, dan mendorong pemerintah daerah dan pemerintah provinsi untuk meninjau ulang izin Amdal yang pernah dikeluarkan.
“Ada kejahatan lingkungan, pemerintah wajib meninjau ulang, jika tidak bisa saja aparat kepolisian menindaklanjuti agar kejadian ini tidak terulang,” kata Feri Irawan yang juga anggota forum WALHI.
Reporter: Daryanto