Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan awan ini sungguh mungkin memengaruhi penerbangan.
“Penerbangan dipengaruhi kondisi awan CB yang kita prediksi 27 Desember sampai 2 Januari,” ujarnya dalam konferensi pers daring pada Kamis, 29 Desember 2022.
Ia menyebut “awan CB dengan persentase antara 50-75 persen selama 7 hari ke depan” diprediksi terjadi di sejumlah perairan.
Yakni, Laut Andaman, Laut Sulu, Laut Filipina, Samudera Pasifik utara Pulau Papua, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga barat Pulau Sumatera, Selat Sunda, Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Maluku, Laut Banda, Laut Aru, Laut Arafuru, Laut Timor, Teluk Carpentaria, dan sebagain kecil Pulau Papua.
Selain awan CB dengan cakupan spasial antara 50-75 persen, dia menyampaikan awan CB dengan cakupan spasial lebih dari 75 persen juga akan terjadi di beberapa kawasan, yaitu Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Filipina, Selat Sunda, Laut Jawa, Laut Timor, dan Teluk Carpentaria.
Melihat kondisi cakupan awan tebal dengan daerah yang cukup luas, Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Achadi Subarkah mengungkap potensi penundaan penerbangan.
“Dapat kami sampaikan bagi penumpang, nantinya perlu bersabar ketika akan naik pesawat terbang, hal ini pada dikala cuaca buruk. Kalaupun ada penundaan ini mampu diakibatkan di antaranya ada safety yang telah dipraktekkan maskapai dan bandara. Ini sangat penting, utamanya bandara yang tidak 24 jam,” ujarnya.
“Bagi para penumpang ini menyebabkan lebih aware adanya penundaan pesawat sebab adanya info yang telah disampaikan oleh BMKG di setiap bandara,” tuturnya.
Selain awan CB, keadaan angin puting-beliung di beberapa daerah juga perlu diwaspadai oleh sejumlah maskapai penerbangan. Terutama maskapai dengan unit yang terbang rendah.
“Pada tanggal 29 ada kecepatan angin cukup tinggi hingga 40 knot hingga dengan ketinggian 23 ribu kaki, mulai dari barat Indonesia, utamanya di wilayah Jawa sampai dengan NTT,” kata Achadi.
“Ini perlu diwaspadai bagi pesawat-pesawat yang melayang di bawah 10 ribu kaki, ataupun medium level sampai dengan ketinggian 23 ribu kaki terutama heli dan pesawat-pesawat yang tidak bertubuhlebar,” tuturnya.
Selain di wilayah barat, daerah Papua juga diperkirakan akan mengalami topan serupa.
“Di tempat Papua kecepatan anginya juga cukup tinggi pada ketinggian di atas 23 ribu kaki dari arah timur sampai 40 knot lebih, ini bisa menjadi ketidaknyamanan bagi penumpang di kawasan tersebut,” kata Achadi.