Berdasarkan perkiraan yang dibuat oleh Margaret LeMone, ilmuwan atmosfer dari National Center for Atmospheric Research, Colorado, Amerika Serikat, ‘pulau langit’ ini memiliki berat sekitar 550 ton.
Bagaimana cara menimbangnya? Ia pertama-tama ingin tau dengan berat kandungan air di dalam rata-rata awan cumulus.
LeMon kemudian menjumlah dengan cara mengukur ukuran bayangan awan tersebut dan menerka-ngira tingginya dan berasumsi awan tersebut berbentuk kubus. Meskipun, asumsi awan berupa kubus itu tidak sepenuhnya sempurna.
Awan itu rata-rata memiliki tinggi yang setara dengan lebarnya. Alhasil, perkiraan itu tetap membantu kalkulasi volume awan tersebut.
Berbasis data riset sebelumnya, Margaret mempunyai perhitungan kepadatan tetesan air sekitar 1/2 gram per meter kubik. “Saya sampai ke perhitungan sekitar 550 ton (499 metrik ton) air,” ujar dia dikutip dari LiveScience.
Akan namun, Margaret mengakui setiap tipe awan mempunyai berat yang berlainan. “Awan cirrus misalnya yang lebih ringan sebab awan itu punya lebih sedikit kandungan air per unit volume,” kata Margaret.
Selain awan cirrus, ada juga awan cumulonimbus (awan hitam yang umum terlihat sebelum hujan tornado) yang cenderung lebih berat. Meski begitu berat, awan ternyata tidak jatuh ke dataran alasannya “tetesan air di awan sungguh kecil sehingga mereka tidak jatuh dengan cepat,” kata Margaret.
Rata-rata tetesan air di awan berukuran 1 juta kali lebih kecil dibandingkan dengan tetesan air hujan. Perbandingannya mirip ukuran Bumi dengan Matahari. Selain itu, pemikiran angin di ketinggian meniup tetesan-tetesan mungil air itu sehingga menjaganya di udara untuk lebih usang jikalau anginnya statis.
Armin Sorooshian, hebat hidrologi dari University of Arizona mengatakan, mengungkap beberapa cara menjumlah berat awan. Pertama-tama ialah menimbang uap air yang menyusunnya.
Untuk melakukan hal itu, kata ia, “Anda harus tahu sesuatu ihwal dimensi awan tersebut. Anda juga mesti tahu seberapa padat tetesan air tersebut.”
Terkait perkiraan yang dibuat Margaret, Soorshian menyampaikan kesudahannya sungguh mengesankan. Pasalnya, berat 500 ton air sama dengan meletakkan 100 gajah di atas kepala.
Sooroshian juga mengatakan, konveksi panas juga membantu tetesan-tetesan air itu mengambang di langit. “Awan bekerjsama kurang padat dibandingkan dengan udara yang berada di bawahnya, kata Sooroshian.
Mengutip situs Center for Science Education, ada beberapa tipe awan menurut ketinggiannya dari Bumi. Pada ketinggian rendah (permukaan sampai 2 km), ada awan jenis stratus, stratocumulus, kumulus, dan nimbostratus.
Pada ketinggian pertengahan (ketinggian 2-7 km), ada awan altostratus dan altocumulus. Awan cirrostratus, cirrocumulus, dan cirrus berada di ketinggian yang paling tinggi (5-13km).
Namun, ada awan yang tidak dikelompokkan berdasarkan ketinggiannya namun sifat uniknya. Awan-awan itu antara lain awan lentikular (yang umum terbentuk di atas pegunungan), dan awan mammatus (awan yang bersembunyi di awan yang lain).