Menurutnya, karhutla di 2023 memiliki peluang terjadi seperti yang pernah melanda pada 2019 silam.
“Makara ada potensi untuk terjadi karhutla meningkat tahun kemudian dan tiga tahun terakhir. Ada potensi lebih kering selama tiga tahun terakhir, kurang lebih mendekati keadaan kemarau 2019,” kata Dwikorita dalam pertemuan pers daring, Kamis, 29 Desember 2022.
Ia pertanda fenomena cuaca La Nina akan makin lemah dan menjadi netral pada Maret sampai April 2023 mendatang.
La Nina yaitu fenomena mendinginnya suhu permukaan maritim (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bawah kondisi normalnya.
Menurutnya, situasi itu akan curah hujan pada relatif lebih rendah dibandingkan 2022 atau tiga tahun terakhir.
“Kesimpulannya, curah hujan secara biasa relatif lebih rendah dibanding tahun lalu dan ini memiliki dampak mulai Mei, April relatif lebih kering selama tiga tahun terakhir,” kata Dwikorita.
Hal itu, lanjut ia, menciptakan potensi karhutla itu mulai meningkat. Menurutnya, zona coklat akan mulai timbul pada Mei 2023.
Dwikorita sebab itu mengatakan pemerintah dan rakyat Indonesia mesti mulai berhati-hati karhutla pada Juni sampai September 2023.
“Itu trend kemarau, menjadi kembali seperti 2019, tidak mirip tahun kemudian, 2020, atau 2021 itu kemaraunya berair,” katanya.
Selain karhutla, dia menambahkan, potensi bencana gempa bumi dan tsunami juga masih menghantui Indonesia. Dia bilang, ada tren peningkatan aktivitas kegempaan yang dapat juga mengakibatkan terjadinya tsunami dalam tiga tahun terakhir.