Nahas BRIN Pasuruan, Terusir dari ‘Rumah’ tanpa Hunian Pengganti

Jakarta – Para Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pasuruan diberi tenggat angkat kaki dari kantor mereka tanpa diberi alternatif tempat kerja layak serta opsi penyelamatan data riset.

Pelaksana Fungsi Laboratorium Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pasuruan Dian Yudha Risdianto mengakui tak ada kesiapan sarana dan prasarana (sarpras) pengganti saat penutupan kantornya dilakukan.

“Penutupan kantor BRIN Pasuruan tidak mempersiapkan terlebih dahulu sarpras dan peralatan di lokasi yang baru,” katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu , 1 Februari 2023.

Sebelumnya, BRIN Pasuruan mengumumkan penutupan kantornya pada Selasa , 31 Januari 2023.

“Tak terasa sudah 35 tahun kami berada di sisi teman-teman semua. Tumbuh bersama, mendewasa bersama. Dari generasi ke generasi,” demikian keterangan di akun Instagramnya @brinpasuruan.

Dalam nota dinas, penutupan kantor BRIN Pasuruan itu disebut sebagai “perpindahan lokasi kerja” terkait arahan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko tentang pembagian kawasan area BRIN.

“Merujuk pada arahan Kepala BRIN pada kegiatan Apel Pagi hari Senin tanggal 26 Desember 2022 serta Rapat Pimpinan tanggal 22 Desember 2022 mengenai pembagian kawasan area BRIN yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2023,” tertulis nota dinas yang ditandatangani Driszal Fryantoni, Kepala Biro Komunikasi Publik, Umum, dan Kesekertariatan BRIN.

Dalam nota dinas itu, kawasan Watukosek Pasuruan akan berubah menjadi Kawasan Kemitraan Eksternal (KKE).

Usai surat dinas tersebut terbit, peneliti yang berkantor di BRIN Pasuruan diharapkan memilih serta berpindah kantor dalam kurun waktu kurang lebih 30 hari.

Yudha melanjutkan, sebanyak 13 pegawai BRIN Pasuruan, yang 9 di antaranya adalah tim di laboratorium, diberi tenggat 30 hari untuk memilih lokasi baru untuk berkantor sejak surat dinas diterbitkan pada 30 Januari.

“Pegawainya diminta untuk memilih lokasi kerja yang baru. Teman-teman akhirnya berpencar, ada yang ke Surabaya, ada yang di Bandung, ada yang di Purwodadi,” jelas dia.

Penutupan kantor itu, ungkapnya tak hanya terjadi pada BRIN Pasuruan. Dua kantor BRIN di Bandung, satu kantor di Kabupaten Bandung, dan satu kantor di Sumedang bakal bernasib sama.

“Bukan hanya Pasuruan saja yang ditutup, jadi tinggal menunggu waktu saja” ujar Yudha.

Data ilmiah

BRIN Pasuruan sendiri memiliki tiga fokus utama, yakni penelitian atmosfer, penelitian Matahari, dan layanan edukasi keantariksaan.

Pada pengamatan atmosfer, BRIN Pasuruan memiliki fokus besar pada pengamatan ozon vertikal. Yudha menyebut pengamatan ini adalah satu-satunya di Indonesia. Selain itu, pengamatan ini juga satu dari 14 titik pengamatan ozon dunia yang bekerja sama dengan NASA.

Pada pengamatan Matahari, BRIN Pasuruan melakukan pengamatan bintik Matahari yang sudah terkoneksi dengan Belgia.

“Di Indonesia cuma satu-satunya, di Pasuruan. Di ASEAN kita dengan Filipina. Dan itu dari tahun 1987. Dirintisnya dari 1981, beroperasinya 1983,” ujarnya.

Kemudian, BRIN Pasuruan juga menjadi titik pengamatan hilal nasional oleh Kementerian Agama. Kantor ini juga memberikan layanan kunjungan gratis buat siswa PAUD hingga perguruan tinggi.

Yudha pun sangat menyayangkan penutupan kantor ini. Sebab, ada data penelitian yang sudah dikumpulkan dalam waktu cukup lama di fasilitas ini.

“Lembaga riset itu salah satu yang terpenting adalah kekayaan data. Menurut saya pribadi, kurang elok kalau ditutup tapi belum ada tempat yang baru. Artinya, kita kehilangan data,” keluh dia.

Yudha mencontohkan, satu siklus Matahari saja butuh waktu 11 tahun. Ia menyebut BRIN Pasuruan sudah mengumpulkan data untuk tiga siklus data alias 33 tahun.

“Mungkin pertimbangan [pemindahan kantor]-nya bagus, mungkin dicarikan tempat yang bagus, mungkin alatnya bagus. Tapi ketika ditutup dan itu belum siap, kita kehilangan data,” katanya.

Sebelumnya, Masyarakat Pemajuan Iptek dan Inovasi (MPI) Akhmad Farid Widodo mendorong pencopotan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.

Ia pun meminta koreksi total terhadap segenap kebijakan dan pelaksanaan yang dihasilkan oleh BRIN selama ini “yang telah mengganggu ekosistem riset nasional.”

Dalih BRIN

Saat menjawab isu penutupan BRIN Pasuruan, Dsrizal Friyantoni mengatakan kantor ini tidak ditutup melainkan dialihkan.

“Pasuruan bukan ditutup tetapi dialihkan ke kawasan lain,” kata dia, dalam acara peresmian Media Lounge di kantor BRIN, Jakarta Pusat, Kamis , 3 Januari 2023.

BRIN, kata dia, saat ini ingin memusatkan beberapa fasilitas di tempat tertentu. Menurutnya, hal itu dilakukan demi menunjang efektivitas kinerja. Setelah tersentralisasi, Dsrizal mengklaim BRIN akan membangun fasilitas yang “megah sekalian”.

“Kalau kita udah sentralisasikan, di situ kita bangun peralatan canggih sehingga bisa digunakan oleh siapa pun, makanya kami gunakan istilah kawasan. Di kawasan itu nanti kita bangun infrastruktur yang megah sekalian,” tuturnya.

Dalam nota dinas sebelumnya, BRIN meminta sivitas yang berada di BRIN Pasuruan agar memilih Kawasan Kerja Bersama (KKB) terdekat.

Dsrizal mengakui hal tersebut. Ia mengatakan pegawai-pegawai di BRIN Pasuruan bisa memilih Co Working Space (CWS) terdekat seperti di Surabaya dan Purwodadi.

Jika peneliti ingin melakukan riset atau membutuhkan fasilitas, kata dia, mereka dapat mengunjungi fasilitas yang telah ditempatkan di wilayah tertentu.

“Kalau ingin menggunakan peralatannya dia bisa datang ke kawasannya, misalnya tentang penerbangan di Cibinong, di situlah kita siapkan peralatannya,” ujar Dsrizal.

“Misalnya yang sedang kita bangun [observatorium] di Timau, bisa jadi pusatnya di sana, penelitian misalnya terkait atmosfernya, terkait bintangnya,” tuturnya.

Exit mobile version