Jambi – Buntut kericuhan saat pembubaran aksi pemblokiran jalan PT FPIL, ratusan massa yang terdiri dari sejumlah elemen masyarakat dan mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di depan gedung Mapolda Jambi pada Senin, 24 Juli 2023.
Massa yang mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa bersama Rakyat tersebut kembali mengungkit soal aksi pembubaran paksa yang dilakukan oleh aparat kepolisian.
Tak terima dengan tindakan represif dari aparat, massa kemudian mendesak untuk bertemu dengan Kapolda Jambi. Mereka meminta agar aparat kepolisian segera menyampaikan permohonan maaf atas insiden kericuhan yang berujung pada penangkapan puluhan warga pada Kamis, 20 Juli lalu.
Pihak kepolisian daerah Jambi, Dir Intelkam Polda Jambi Kombes Pol Ronalzie Agus yang turun menemui massa menandatangani sebuah kesepakatan yang berisi poin-poin tuntutan massa, yakni sebagai berikut;
- Hentikan tindakan represif aparat kepolisian.
- Bebaskan 5 tersangka yang sedang ditahan.
- Selesaikan konflik lahan PT FPIL dengan masyarakat Pematang Bedaro.
- Meminta pertanggungjawaban dan permohonan maaf atas tindakan represif aparat kepolisian kepada warga Pematang Bedaro.
- Jika PT FPIL yaitu Direktur tidak hadir, maka izin perusahaan tersebut harus dicabut.
Di samping itu, Dir Krimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudistira menyampaikan bahwa operasi pembubaran warga yang memblokir jalan PT FPIL pada Kamis 20 Juli lalu, sudah dilakukan sesuai prosedur.
“Sudah sesuai dengan aturan, sudah ada imbauan terlebih daluku. Sejak kami datang kesana Kapolres sudah memberi imbauan kepada masyarakat,” katanya.
Terkait berbagai bukti dokumentasi tindakan represif aparat kepolisian yang sudah viral di berbagai media sosial, Andri menanggapinya, jangan melihatnya sepotong-sepotong, ada imbauan yang diberikan oleh Kapolres. Ia meminta masyarakat berpikir yang lebih jernih.
“Jadi saya katakan tidak ada tindakan represif, tahapan demi tahapan sudah dilakukan oleh Kapolres,” katanya.
Sementara itu, Mafuah salah seorang warga Teluk Raya, Pematang Bedaro saat dikonfirmasi menyampaikan kembali peristiwa yang dialaminya saat dirinya beserta 25 orang warga Teluk Raya dibawa oleh aparat setelah aksi pembubaran warga oleh aparat berlangsung ricuh.
“Saya ditarik oleh 2 Polwan, saya berontak. Diseret masuk mobil. Anak saya jugo dibawa, sampai anak sayo nangis-nangis di dalam tu,” ujar Mafuah, usai aksi, Senin 24 Juli 2023.
Mafuah kesal bukan main mengingat kejadian peristiwa bentrok dengan aparat beberapa hari lalu. Menurutnya sewaktu kejadian pembubaran masyararakat oleh aparat tersebut, mereka sudah diperlakukan tidak manusiawi.
“Pas di area kejadian tu memang hampir semua yang demo kemaren tu, memang dibikinnyo kek anjinglah. Dak sewajarnya lah kek gitu,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, saat di BAP oleh aparat kepolisian di gedung Mapolda Jambi, dia juga menyebut bahwa terdapat warga yang mendapat tindakan kekerasan oleh aparat.
“Juga ada kabarnyo tu pas di-BAP itu yang cowok ado dipukuli juga tu, pas di-BAP-nyo. Ada berapa orang yang di-BAP dipukulinyo,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post