DETAIL.ID, Jambi – Tak pernah luput dari masalah, begitulah situasi transportasi batu bara di Provinsi Jambi sejauh ini. Masyarakat pun muak, dan meluapkan amarah dengan melempari tongkang yang melintas di atas Jembatan Tembesi pada Kamis siang, 23 Mei 2024 dengan bom molotov.
Video amatir yang beredar di media sosial memperlihatkan api sempat menyala di bagian kapal TB Mega Power/Nanriang yang melintasi jembatan Muara Tembesi. Namun segera dimatikan oleh kru-kru kapal tersebut.
“Penyebabnya tongkang belum boleh jalan tapi sudah jalan sehingga dilempar oleh masyarakat tapi langsung dipadamkan oleh ABK kapal,” kata Kapolres Baganghari AKBP Bambang Purwanto mengonfirmasi lewat pesan WhatsApp pada Kamis, 26 Mei 2024.
Dalam media sosial pula, masyarakat mempertanyakan operasional tongkang batu bara tersebut, terlebih di tengah adanya pengumuman dari Satgaswasgakum bahwa operasional batu bara lewat jalur sungai sedang dihentikan sampai waktu yang tidak ditentukan.
Terkait peristiwa ini, Wakil Ketua Satgaswasgakum Johansyah bilang bahwa tongkang yang dilempari masyarakat itu bukanlah tongkang yang baru muat dari pelabuhan, melainkan tongkang yang sudah lama tertahan oleh masyarakat.
“Ini adalah tongkang yang sisa yang ditahan masyarakat semenjak kito hentikan angkutan sungai. Jadi bukannya orang mengisi tongkang baru untuk lalu lali lintas sungai. Itu keliru ya,” ujar Johansyah pada Kamis, 23 Mei 2024.
Menurut Johansyah setidaknya terdapat 34 tongkang yang ditahan masyarakat semenjak fender jembatan tembesi ditabrak tongkang baru bara berulang kali.
Mereka menahan beberapa kapal tongkang, dan meminta pertanggungjawaban agar bagian jembatan yang rusak imbas aktivitas tongkang batu bara.
“Maka hari Senin lalu saya pimpin rapat itu ajak Dirlantas, kemudian Polair, kemudian Balai Jalan Nasional, 3 desa di Tembesi, Camat dan PPTB,” ujar Johansyah.
Kata Waka Satgaswasgakum tersebut, masyarakat meninta agar fender jembatan tembesi segera diperbaiki oleh PPTB dan PPTB disebut menyetujui permintaan warga tersebut.
“Nah barang itu tadi pagi baru sampai. Fender itu sudah datang pagi tadi. Waktu saya rapat hari senin sudah ada kesepakagan bahwa PPTB akan melakukan perbaikan mulai hari ini, barangnya baru sampai hari ini,” katanya.
Berita acara pun dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dalam rapat itu sebagai bukti kesepakatan.
Ketika sudah mulai dilakukan perbaikan maka masyarakat pun diminta untuk melepaskan tongkang yang disandra agar dilepas ke Talang Duku dengan pengawalan dari Polair, Dishub serta instansi terkait.
“Nah itu kesepakatannya. Tahu-tahu pihak perusahaan tanpa ada aba-aba mereka sudah duluan lewat membawa tongkang kembali ke Talang Duku,” ujarnya.
Maka timbullah kemarahan warga tedsebut, kata Johasyah, makanya saya kasih tau ke PPTB “Kamu tidak komitmen kami berhentikan semua tongkang itu,” katanya.
Saat ini situasi di TKP disebut sudah kondusif, dan besok Forkompomda Batanghari akan bertemu dengan pihak masyarakat 3 desa di Tembesi tersebut.
“Kita minta Forkomlimda Kabupaten besok untuk menyelesaikan persuasiflah. Karena tongkang yang ini bukan tongjang yang baru muat,” katanya.
Hanya saja sebelumnya tongkang tersebut dihadang oleh masyarakat, karena Jembatan Tembesi sudah darurat. Johansyah pun sudah meminta agar pihak tugboat tidak melewati bagian jembatan agar sisi fender yang sudah darurat.
Terkait sanksi bagi perusahaan transportasi batu bara yang lewat tanpa aba-aba atau koordinasi dengan sejumlah instansi terkait sebagaimana dalam berita acara rapat sebelumnya. Johansyah bilang soal sanksi ada pada domain kepolisian.
Ia menyebut pihaknya tak dapat langsung menjatuhkan sanksi bagi tongkang nakal tersebut.
“Sanksi macam mano? Sekarang kan kelalaian dari salah sagu pengusaha PPTB ini yang seharusnya berkomitmen dengan aturan. Kalau sanksi dari polisi yang akan menindak benar atau tidak, kalau kita dak ado berhak,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post