LINGKUNGAN
Pengendum: “Hutan Adat Ancam Kehidupan Orang Rimba, Itu Salah Besar!”

DETAIL.ID, Jambi – Pengajuan hutan adat di wilayah Makekal Hulu, Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) memicu perdebatan sengit. Staf senior WARSI, Ade Chandra menilai bahwa usulan itu justru bisa mengancam kehidupan orang rimba.
Lagi pula, kata Ade Chandra, usulan itu perlu ditelaah dulu, mengingat usulan hutan adat itu dikhawatirkan tumpang tindih dengan usulan wilayah kemitraan konservasi bagi 20 desa yang sedang difasilitasi WARSI.
Sebaliknya, Pengendum – Anggota Kelompok Makekal Bersatu – menilai bahwa pendapat WARSI yang mengatakan hutan adat mengancam kehidupan Orang Rimba, itu salah besar.
“Mereka sebenarnya mau bilang hutan adat menjadi ancaman taman nasional, bukan yang seperti mereka bilang bahwa hutan adat adalah ancaman buat orang rimba,” tulis Pengendum di dinding Facebook-nya, belum lama ini.
Selain itu, kata Pengendum, WARSI takut kehadiran hutan adat membuat program PDP (Pesatuan Desa Penyangga) yang memang lagi dirancang WARSI dengan melakukan pendataan lahan kebun orang desa dan orang rimba akan dimasukkan di kelompok tani yang lagi mereka dorong ke Kementerian terancam gagal.
Pengendum menambahkan, dalam laporan yang mereka buat tersebut adalah cara mereka mengadu domba orang rimba dan juga cara menggagalkan niat baik Orang Rimba untuk menuntut keadilan.
“Kenapa saya bilang seperti ini karena yang bertanda tangan itu adalah Orang Rimba yang selama ini sudah WARSI pindahkan ke konsesi PT Wana Perintis dan juga rombong Temenggung Grip yang sudah diislamkan serta sudah tinggal di luar rimba,” tutur Pengendum.
Pengendum bertanya kenapa dalam acara itu tidak melibatkan orang Makekal Hulu yang secara sadar mengusulkan hutan adat? Kalau memang orang Makekal Hulu salah, mestinya panggil dan bicarakan.
“Tetapi kami justru tidak diajak diskusi sama sekali. Mereka takut karena kami betul-betul paham hukum adat kami sendiri. Kami sadar apa yang kami lakukan dan kami membuat semua ini demi menuntut hak kami,” ujar Pengendum.
Menurut Pengendum, hanya Bepak Benang atau Langkap yang dipanggil. Namun Langkap juga mempunyai pemikiran yang sangat berseberangan dengan WARSI. Sebab menurut Bepak Benang, semuanya adalah ide WARSI yang harus diikuti oleh Orang Rimba. Tidak ada sama sekali ide atau pemikiran Orang Rimba.
“Seakan-akan WARSI yang lebih paham apa yang menjadi keinginan Orang Rimba,” kata Pengendum.
Selama ini, Kepala Adat selalu dilibatkan WARSI dalam acara apa pun. Namun mengapa pada acara yang akhirnya mengeluarkan surat penolakan bercap jempol itu, Kepala Adat tidak dilibatkan.
“Semoga WARSI berani menyampaikan surat penolakan itu langsung kepada Penghulu Adat Kami, Orang Rimba Rombong Makekal Hulu. Kami tunggu keberanian kalian!” ucap Pengendum. (DE 01)
LINGKUNGAN
Sembilan Perusahaan Perkebunan di Provinsi Jambi Beroperasi di Kawasan Hutan

DETAIL.ID, Jambi – Sebanyak 436 perusahaan perkebunan sawit dinyatakan beroperasi dalam kawasan hutan. Di Provinsi Jambi, setidaknya terdapat 9 perusahaan sebagaimana tercantum dalam SK Menteri Kehutanan RI Nomor 36 tahun 2025.
Dalam lampiran subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan yang berproses atau ditolak permohonannya di Kementerian Kehutanan.
Perusahaan perkebunan yang beroperasi di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi yakni PT Indokebun Unggul, grup KPN Plantation tercatat mengajukan permohonan perizinan sebanyak 771 hektare, Seluas 765 hektare di antaranya sedang berproses, dan 6 hektare ditolak.
Kemudian PT Pratama Sawit Mandiri dengan permohonan 116 hektare, berproses 111 hektare, dan 5 hektare ditolak.
Di Kabupaten Muarojambi, ada PT Puri Hijau Lestari dengan permohonan 379 hektare, berproses 393 hektare, ditolak 4 hektare. Selanjutnya PT Muaro Kahuripan Indonesia permohonan 863 hektare, 698 hektare berproses, 165 hektare ditolak dan PT Ricky Kurniawan Kertapersada, permohonan 300 hektare, berproses 267 hektare dan 33 hektare ditolak.
Di wilayah Kabupaten Bungo dan Tebo ada PT Satya Kisma Usaha (Sinarmas Agro) dengan catatan permohonan 105 hektare, 7 hektare berproses dan 98 hektare ditolak.
Selanjutnya, PT Sukses Maju Abadi, group Incasi, permohonan 403 hektare, berproses 324 hektare, ditolak 79 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Barat PT Pradira Mahajana, permohonan 49 hektare dan berproses 49 hektare.
Kabupaten Tanjungjabung Timur juga tercatat 1 perusahaan yakni PT Ladang Sawit Sejahtera group PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk permohonan 51 hektare berproses 51 hektare.
“Penetapan daftar subjek hukum kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit yang telah terbangun dalam kawasan hutan yang tidak memiliki perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dimaksud dalam amar kesatu sebagai bahan masukan Kementerian Kehutanan kepada Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan,” demikian bunyi putusan kedua, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 36 tahun 2025.
Reporter: Juan Ambarita
LINGKUNGAN
Hasil Laboratorium, Sumur Milik Sawal di Dekat Kolam Limbah PT SGN Tak Layak Dikonsumsi

DETAIL.ID, Merangin – Teka-teki hasil laboratorium terhadap sumur milik Sawal yang berada tak jauh dari kolam limbah milik PT Sumber Guna Nabati (SGN) sudah terjawab.
Dasar pengujian sampel air limbah sesuai dengan Permen LH Nomor 5 tahun 2004 pasal 16 ayat 3, dan dasar pengujian air sumur no p.68/MenLhk.setjen/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, serta Permenkes No 32 tahun 2017.
Dari hasil pengujian sampel yang diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Merangin didapat hasil bahwa sumur milik Sawal dengan hasil PH 3,09 tidak layak konsumsi.
Hal ini berdasarkan hasil uji laboratorium, dengan mengunakan parameter fisika padatan tersuspensi total (TTS), temperatur dan padatan terlarut total dan juga mengunakan parameter kimia seperti PH, BOD, COD dan CL.
“Dari hasil uji laboratorium, dengan menggunakan parameter fisika dan kimia, untuk air sumur milik Sawal tidak layak konsumsi sebab PH airnya 3,09 atau lebih asam jika diminum maka berasa seperti asam air jeruk,” kata Kadis DLH Kabupaten Merangin, Syafrani pada Senin, 13 Januari 2025.
Sementara itu hasil laboratorium di outlet 13 milik PT SGN, terdapat PH air 9,05, BOD 39, COD 188, outlet parit warga diketahui PH airnya 9,7, BOD 24, COD 283. Sementara sampel air yang diambil di hulu Sungai Retih PH 5,36, BOD 2, COD 54, CL 1 dan sampel air di hilir Sungai Retih PH 6,52, BOD 2, COD 51, Cl 11.
“Dengan hasil yang kami rilis, ada beberapa titik sampel yang diambil mengalami peningkatan. Agar warga berhati-hati tidak mengonsumsi air yang tercemar dan jika terkonsumsi maka bisa saja ada reaksi pada tubuh,” ujarnya.
Terkait dengan hasil yang dirilis DLH Kabupaten Merangin, Feri Irawan Direktur Perkumpulan Hijau, mengatakan bahwa izin perusahaan PT SGN bisa saja direkomendasikan untuk dicabut, dan mendorong pemerintah daerah dan pemerintah provinsi untuk meninjau ulang izin Amdal yang pernah dikeluarkan.
“Ada kejahatan lingkungan, pemerintah wajib meninjau ulang, jika tidak bisa saja aparat kepolisian menindaklanjuti agar kejadian ini tidak terulang,” kata Feri Irawan yang juga anggota forum WALHI.
Reporter: Daryanto
LINGKUNGAN
Kadis LH Merangin: Secara Kasat Mata Sumur Milik Sawal Tercemar

DETAIL.ID, Merangin – Hingga saat ini sampel air sumur milik Sawal yang sudah tidak bisa dimanfaatkan, masih menunggu hasil uji laboratorium. Yang berwenang untuk mengumumkan hasilnya adalah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Merangin.
Kadis LH Merangin, Syafrani mengatakan, secara kasat mata sumber air sumur milik warga yang bernama Sawal sudah jelas tercemar.
“Dari warna dan bau air sumurnya saja sudah menjelaskan secara kasat mata bahwa umur tersebut tercemar,” katanya pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Namun untuk kepastiannya, ia masih menunggu hasil dari Lakesda Merangin.
“Nanti hasilnya dari laboratorium kesehatan daerah, bakal kita umumkan ke masyarakat, sebab sampel yang diambil kemarin bukanlah berasal dari PT SGN tetapi dari sumur warga yang tinggalnya dekat dengan PT SGN,” ujarnya.
Ditegaskan Syafrani, dengan turunnya DLH dan juga laboratorium daerah menjadi fokus atas pengaduan masyarakat kepada DLH.
“Ini harus dibedakan, kita bukan dalam rangka pembinaan rutin kepada perusahaan, tetapi karena ada pengaduan dan jika terbukti mencemari lingkungan kita umumkan dan tentu ada sanksinya,” tuturnya.
Reporter: Daryanto