Film itu akhirnya ditayangkan di Tokyo International Film Festival tahun lalu dan membuatnya dianugerahi “pesulap sinematik”.
Selama hidup, Nobuhiko terus menggaungkan paham “pasifis” melalui karya-karyanya yang terhitung lebih dari 40 film, ribuan program televisi, iklan, dan video lainnya.
Ia dikenal dengan karya dengan gambar-gambar bak dongeng, identik dengan warna-warni di festival Jepang, cucuran darah, hingga bintang jatuh. Semua karyanya dianggap berasal dari endapan pengalaman hidupnya.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”baca juga” newsticker_icon=”empty” enable_autoplay=”true” autoplay_delay=”2500″ newsticker_animation=”vertical” number_post=”10″]
Lahir pada 1938, Nobuhiko tumbuh saat masa Perang Dunia II dan agresi militer, kala masyarakat Jepang menderita kelaparan hingga pembantaian akibat peperangan.
Nobuhiko sangat percaya dengan kekuatan film yang dapat mengekspresikan kebebasan dengan sebebas-bebasnya.
“Film tidak lemah. Film mengekspresikan kebebasan. Mari rayakan kebebasan kita dengan apa pun yang kita bisa. Jangan lagi berbohong,” katanya.