PERISTIWA
Masyarakat Ricuh, Pengadilan Tetap Eksekusi Lahan

DETAIL.ID, Tanjungjabung Barat – Proses eksekusi lahan oleh pihak Pengadilan Negeri Kuala Tungkal di Desa Daratan Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjungjabung Barat, ricuh dengan Ormas Pemuda Batak Bersatu (DPD PBB) Provinsi Jambi pada Selasa 8 Maret 2022 siang.
Berdasarkan pengakuan dari Anju Saragih, lahan sengketa yang menjadi konflik ini merupakan milik keluarganya. Ia mengakui bahwa aset tersebut telah dilelangkan oleh pihak bank BNI dan sudah ada pemenang.
Namun menurutnya, ia hanya ingin meminta agar lahan yang menjadi objek sengketa ditunda proses eksekusinya, karena proses hukum tengah berjalan di Pengadilan Negeri Kuala Tungkal dan juga di Pengadilan Negeri Jambi dengan objek perkara lahan miliknya yang sedang sengketa.
“Lahan ini dilelangkan oleh bank BNI, sudah ada pemenang lelang. Jadi saya anak dari Marken Saragih, saya penerima kuasa insidentil atas kurang lebih 10 ribu meter persegi lahan kami yang dieksekusi Pengadilan Negeri Kuala Tungkal,” kata Anju Saragih, Sekda DPD PBB Provinsi Jambi, Selasa 8 Maret 2022.
Pantauan di lapangan ratusan massa yang tergabung dalam ormas PBB melakukan aksi solidaritas untuk menjaga lahan Anju. Saat panitera dari Pengadilan Negeri Kuala Tungkal tiba di lokasi, cek cok pun tak dapat dihindarkan karena ratusan massa ormas PBB atas nama solidaritas terhadap Anju Saragih, menolak panitera untuk membacakan surat eksekusi lahan.
Terik matahari yang semakin memanas turut membuat suasana antara panitera dan puluhan aparat kepolisian yang bersama-sama dengan panitera turut memanas. Namun, solidaritas ormas PBB tetap kompak menolak panitera membacakan surat eksekusi.
Sempat terjadi negosiasi antara kedua belah pihak, namun pada akhirnya pihak panitera tetap membacakan surat eksekusi lahan. Atas peristiwa tersebut, Anju sangat menyayangkan tindakan dari pihak Pengadilan Negeri Kuala Tungkal.
“Kami sangat menyangkan sikap dari Ketua Pengadilan Negeri Kuala Tungkal, dimana tidak ada rasa untuk menunda proses eksekusi. Karena kami masih mengajukan gugatan perdata di Pengadilan Negeri Kuala Tungkal dan Pengadilan Negeri Jambi. Jadi kami ini hanya ingin meminta keadilan, tapi keberpihakan mereka tidak ada,” kata Anju Saragih.
Ia melanjutkan, Tolong dong dihargai kita. Kami akan menyurati perilaku ini atas kesewenang-wenangan mereka terhadap kami. Kami sudah ada upaya hukum, jadi mohon kepada bapak Presiden, Kementerian terkait diperhatikan. Supaya hal seperti ini tidak dialami lagi oleh masyarakat lain.
Anju juga mengungkap bahwa ia banyak mendengar, pemenang lelang ini banyak memenangkan lelang di daerahnya. Kemudian juga, jauh sebelum dia memenangkan lelang ini pihak bank telah menerima surat kuasa penugasan untuk menguasai asetnya.
“Jadi gimana berarti bank BNI pun rentenir, kami sebagai warga negara turut prihatin dan kecewa. Ini menjadi pernyataan saya mewakili orang tua saya yang sudah banyak mengucurkan keringat untuk memperoleh aset kami,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
PERISTIWA
Masyarakat Lima Desa di Jambi Geruduk Kanwil ATR/BPN, Tuntut Penyelesaian Konflik Agraria

DETAIL.ID, Jambi – Ratusan warga dari lima desa di Provinsi Jambi mendatangi Kantor Wilayah (Kanwil) Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Jambi untuk menuntut penyelesaian konflik agraria yang berlarut-larut.
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes karena surat permohonan audiensi mereka tidak direspons oleh Kepala Kanwil ATR/BPN Jambi yang baru, Drs. Agustin Samosir, M.Eng.Sc. Warga didampingi oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi serta jaringan advokasi lainnya dalam perjuangan mendapatkan hak atas tanah mereka.
Salah satu desa yang mengalami konflik agraria adalah Desa Pandan Sejahtera, di mana penerbitan Hak Guna Usaha (HGU) PT Indonusa Agromulia diduga dilakukan tanpa pengecekan lapangan yang memadai. Akibatnya, terjadi tumpang tindih dengan lahan masyarakat yang telah lama menggarap tanah tersebut, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan ancaman terhadap kehidupan mereka.
Di Desa Gambut Jaya, warga menghadapi masalah serius karena tanah mereka di kawasan permukiman Trans Swakarsa Mandiri diduga telah dikuasai oleh mafia tanah. Dugaan kuat mengarah pada keterlibatan BPN Muarojambi dalam penerbitan Sertifikat Hak Milik (SHM) yang dianggap tidak sah. Hal ini membuat masyarakat kehilangan akses terhadap tanah yang seharusnya menjadi hak mereka.
Sementara itu, warga Desa Mekar Sari menghadapi situasi di mana mereka memiliki SHM atas lahan usaha transmigrasi mereka, tetapi tanah tersebut telah beralih ke pihak lain yang diduga merupakan mafia tanah. Meski memiliki bukti legal kepemilikan, masyarakat tetap tidak bisa menggunakan tanah mereka, sehingga menimbulkan keresahan dan ketidakadilan yang berkepanjangan.
Di Desa Tebing Tinggi, warga mendesak Kanwil BPN Jambi untuk melakukan pengecekan ulang dan menetapkan koordinat lahan usaha mereka. Langkah ini dianggap penting untuk mencegah konflik kepemilikan tanah di masa depan dan memastikan hak-hak masyarakat tidak terusik oleh klaim pihak lain yang tidak bertanggung jawab.
Sedangkan di Desa Rawa Mekar, yang merupakan kawasan eks-transmigrasi, masyarakat menuntut realisasi hak atas tanah yang seharusnya diberikan oleh negara. Sesuai dengan ketentuan, setiap kepala keluarga berhak mendapatkan lahan seluas 2 hektare, tetapi hingga kini hak tersebut belum dipenuhi. Warga merasa diabaikan dan meminta kejelasan dari pemerintah terkait hak mereka yang telah lama tertunda.
Direktur Walhi Jambi, Abdullah, menegaskan bahwa konflik agraria yang terjadi ini merupakan bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Ia menilai negara telah melakukan pembiaran dan penghilangan hak atas tanah yang seharusnya menjadi milik masyarakat. “Negara seharusnya hadir untuk melindungi hak rakyat, bukan justru membiarkan mereka kehilangan tanah akibat permainan para pemodal dan mafia tanah,” katanya.
Abdullah juga mengkritik peran BPN yang seharusnya bertanggung jawab dalam memastikan kejelasan lokasi lahan transmigrasi. Namun, dalam praktiknya, BPN justru diduga mengalihkan lahan untuk kepentingan pihak lain, yang semakin memperparah konflik agraria. Ia menilai lembaga ini gagal menjalankan tugasnya secara transparan dan justru menjadi bagian dari masalah yang dihadapi masyarakat.
Masyarakat bersama Walhi Jambi menuntut Kanwil ATR/BPN Jambi segera mengambil langkah konkret dalam menyelesaikan konflik agraria ini. Mereka mendesak agar hak atas tanah masyarakat dikembalikan secara adil dan transparan, serta meminta pemerintah pusat turun tangan jika permasalahan ini terus diabaikan. Aksi ini menegaskan bahwa masyarakat tidak akan tinggal diam hingga hak mereka benar-benar dipenuhi oleh negara.
Reporter: Andrey
PERISTIWA
Forum Pemuda Batin IX Ilir Pertanyakan Dana CSR, Manajemen PT KDA Tak Bisa Ditemui

DETAIL.ID, Merangin – Keterbukaan pengelolaan dana CSR dipertanyakan Forum Pemuda Batin IX Ilir Pamenang. Pasalnya selama ini masyarakat belum merasakan kehadiran perusahaan atas pemberdayaan masyarakat, baik pendidikan ekonomi dan kesehatan.
Namun sayangnya tiga kali bersurat kepada manajemen PT KDA, belum satupun yang ditanggapi. Bahkan saat Ketua Forum Pemuda Batin IX Ilir Pamenang, Mahyudin mendatangi pabrik PT KDA yang berada di Desa Langling tapi tak satupun pihak manajemen PT KDA yang bisa ditemui.
“Jujur saja kami kecewa terhadap perilaku yang ditunjukkan oleh petinggi di PT Kresna Duta Agroindo (KDA) Langling, padahal sudah tiga kali bersurat untuk beraudensi dengan kami,” kata Mahyudin pada Selasa, 18 Februari 2025.
Menurutnya selama ini mereka hanya ingin mengetahui, pengelolaan CSR terhadap desa desa sekitar perusahaan.
“Kami ingin mengetahui pengelolaan dana CSR, bagi warga desa di seputaran perusahaan, jangan mereka malah seperti takut menemui kami,” ujarnya.
Terkait dengan tidak diresponsnya surat dan kedatangan Forum Pemuda Batin IX Ilir Pamenang, Mahyudin menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan aksi di kantor KDA Langling.
“Mereka sudah tidak menghargai cara-cara kami yang prosedural, dan saya pastikan akan membuat aksi di kantor KDA,” tuturnya.
Sementara itu Ibnu, Humas PT KDA saat dikonfirmasi mengaku tidak berada di tempat, sementara RC PT KDA juga masih cuti.
“Saya lagi tidak di tempat, dan Pak RC masih cuti,” kata Ibnu.
Forum Pemuda Batin IX Ilir Pamenang sudah berkumpul sesuai dengan surat mereka pukul 10.00 WIB untuk melakukan audiensi tetapi gagal sebab tidak satupun manajemen yang menemui mereka,bahkan sebelum pulang mereka sempat melakukan orasi di pintu masuk pabrik PT KDA.
Reporter: Daryanto
PERISTIWA
Ketua DPRD Kota Jambi Apresiasi Pembangunan Rumah Sakit Adhyaksa, Sorot Upaya Kejaksaan Dalam Pelayanan Kesehatan

Jambi – Ketua DPRD Kota Jambi, Kemas Faried Alfarelly mengapresiasi pembangunan Rumah Sakit Adhyaksa Jambi dan peresmian gedung Sentra Diklat Kejaksaan Tinggi Jambi, Senin 17 Februari 2025.
Kemas Faried Alfarelly, menilai pembangunan Rumah Sakit Adhyaksa Jambi menjadi kebanggaan karena merupakan rumah sakit Adhyaksa pertama di Sumatera dan keempat di Indonesia. Dan yang terpenting menurut Kemas yaitu upaya Kejaksaan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kota dan Provinsi Jambi.
“Saya mendengarkan secara langsung penyampaian Jaksa Agung, ini membanggakan. Ini pertama di Sumatera, dan keempat di Indonesia,” kata Kemas, saat menghadiri acara di gedung Sentra Diklat Kejaksaan Tinggi Jambi, Senin 17 Februari 2025.
Menurut Ketua DPRD Kota Jambi tersebut, kehadiran RS Adhyaksa di Kota Jambi bakal berperan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat Jambi. Terlebih lagi, mengurangi jumlah masyarakat yang harus berobat keluar Jambi, bahkan hingga ke luar negeri.
“Cukup di Jambi saja, di Kota Jambi dan seberang Kota Jambi. Saya rasa ini perlu diapresiasi dan didukung baik oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kota,” katanya.