NIAGA  

Diprediksi Inflasi Amerika Masih di Atas 8%, Rupiah Ditutup Melemah

Ilustrasi Inflasi Amerika Serikat.
Ilustrasi Inflasi Amerika Serikat.

DETAIL.ID, Niaga – Data inflasi Amerika Serikat untuk periode September diprediksi tetap di atas 8%, membuat kurs rupiah melemah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan hari ini.

Mengutip data Bloomberg , Kamis 13 Oktober 2022 pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah lima poin atau 0,03% menjadi Rp 15.361 per dolar, dibandingkan posisi penutupan kemarin 12 Oktober 2022, yakni Rp 15.356.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan Indeks Dolar AS (Indeks DXY) menguat hari ini, karena investor mewaspadai data indeks harga konsumen Amerika akan tetap mendekati level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.

“Ditambah risalah pertemuan September Federal Reserve yang dirilis Rabu menunjukkan pembuat kebijakan dengan suara bulat menyetujui lebih banyak pengetatan kebijakan moneter,” kata Ibrahim.

The Fed juga diprediksi mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama dari yang diisyaratkan awalnya, karena berjuang untuk mengendalikan inflasi. “Data inflasi malam ini diperkirakan menunjukkan IHK Amerika tetap di atas 8% pada September,” ujar Ibrahim.

Faktor lainnya, kasus Covid-19 di Shanghai meningkat pada laju tercepat dalam tiga bulan, minggu ini, mendorong kekhawatiran bahwa China akan memberlakukan lebih banyak penguncian di pusat keuangan terbesarnya itu. Pasar juga fokus menanti Kongres Nasional Partai Komunis China ke-20 minggu ini, untuk petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan China selama lima tahun ke depan.

Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo meminta seluruh pihak tetap optimistis dalam menatap masa depan, di mana fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki bekal/kondisi bagus untuk bisa bertahan dari badai krisis yang mengancam di tengah berbagai tekanan global.

Hal itu terlihat pada kuartal kedua 2022, pertumbuhan ekonomi nasional berada di level 5,44%. Selain itu, tingkat inflasi di dalam negeri juga masih terkendali di angka 5,9%. Itu menjadi sentimen positif, sehingga pelemahan kurs rupiah cukup tipis sore ini.

Selain itu, Indonesia bisa mengendalikan inflasi di tengah berbagai gejolak global. Menurut lbrahim, itu karena Indonesia berkeja secara terperinci dalam mengendalikan inflasi.

“Pada umumnya, pengendalian inflasi hanya dilakukan secara makro oleh bank sentral. Namun, pengendalian inflasi di Tanah Air tidak hanya dilakukan secara makro, tetapi juga mikro,” ujar Ibrahim.

Exit mobile version