PERKARA
Pimpinan DKPP RI Dalam Memutuskan Perkara Sanusi Justru Berbeda Pendapat

DETAIL.ID, Jambi – Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI menjatuhkan sanksi peringatan keras pada Rabu, 21 April 2021 terhadap Komisioner KPU Provinsi Jambi, M. Sanusi atas kasus pembocoran data yang dikecualikan.
Pada putusan sanksi Sanusi ini, ada dua pimpinan DKPP RI yakni Didik Supriyanto, M.IP dan Dr. Idha Budiati yang tak sependapat dengan putusan itu. Perbedaan pendapat ini terjadi karena adanya pernyataan data identik yang dimiliki oleh tim paslon satu dengan yang dimiliki KPU.
Pada persidangan yang lalu, Didik mengatakan, teradu awalnya tidak mengakui permintaan data pemilih, namun setelah saksi (Ivan Orizal Fikri) memberikan keterangan pada persidangan baru teradu mengakuinya.
“Apabila teradu tidak mempunyai agenda tersembunyi, seharusnya teradu bersikap terbuka menyampaikan data pemilih yang diterima dari Ivan pada persidangan. Teradu berdalih meminta data untuk mengantisipasi PSU oleh Mahkamah Konstitusi,” kata Didik.
“Selain itu dengan paslon nomor 1 yang didukung oleh PDIP dan Golkar, permintaan penyerahan data tersebut kepada Habibi. Sudah sangat jelas tautan dari perkara ini,” ujar Didik.
[jnews_element_newsticker newsticker_title=”Baca Juga” newsticker_icon=”empty” newsticker_animation=”vertical” newsticker_background=”#c90000″ newsticker_text_color=”#000000″]
Berdasarkan beberapa rangkaian tersebut, teradu disampaikannya terbukti mempunyai conflict interest pada data yang sudah terdaftar di DPT namun belum melakukan perekaman e-KTP yang berkepentingan dengan Paslon 01 (CE – Ratu) untuk mempersoalkan dengan melaporkan dugaan pelanggaran administrasi kepada Bawaslu dan sengketa hasil pemilihan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
“Sikap dan tindakan teradu berkhianat kepada paripurna dengan mengabaikan lembaga KPU yang bersifat kolektif kolegial, teradu meminta data dengan Ivan tanpa koordinasi dengan ketua dan anggota KPU Provinsi Jambi,” ucapnya.
Sebelumnya pada tahun 2014 teradu juga telah dijatuhi sanksi peringatan keras karena dinilai memberikan dukungan ke calon DPRD Provinsi Jambi atas nama Yaser Arafat, karenanya DKPP menyatakan jika kemudian hari teradu terbukti mengabaikan kode etik penyelenggara pemilu akan menjadi pertimbangan khusus DKPP menjatuhkan sanksi seberat-beratnya.
“Dalam perkara ini teradu terbukti kembali mengulang pelanggaran azas jujur dan kemandirian, untuk itu selayaknya diberikan sanksi pemberhentian tetap sebagai anggota KPU Provinsi Jambi,” katanya. (*)
PERKARA
Polres Padang Panjang Ungkap 10 Kasus Penyalahgunaan Narkoba Selama Maret-April 2025

DETAIL.ID, Padang Panjang — Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba) Kepolisian Resor (Polres) Padang Panjang menggelar konferensi pers terkait pengungkapan kasus penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Polres Padang Panjang untuk periode Maret hingga April 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di Mako Polres Padang Panjang pada Senin, 5 Mei 2025.
Kapolres Padang Panjang, AKBP Kartyana Widyarso Wardoyo Putro, S.I.K., M.A.P., didampingi Wakapolres Kompol Eridal, S.H., dan Kasat Resnarkoba IPTU Ardi Nefri, S.H., M.H., menyampaikan bahwa pengungkapan kasus ini merupakan hasil kerja keras jajaran kepolisian dalam menindaklanjuti pelanggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Kapolres menyampaikan selama periode tersebut, terdapat tujuh Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang sebagian besar berada di area publik. Lokasi-lokasi tersebut meliputi Kelurahan Pasar Usang, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kelurahan Balai-Balai, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kelurahan Sigando, Kecamatan Padang Panjang Barat, Nagari Panyalaian, Kecamatan X Koto, Kenagarian Pitalah dan Kenagarian Baruah, Kecamatan Batipuah
“Dari tujuh TKP tersebut, kami berhasil mengamankan 10 orang tersangka. Seluruh tersangka adalah laki-laki dewasa dan termasuk pemain baru dalam jaringan peredaran narkoba. Barang bukti yang berhasil disita antara lain narkotika jenis ganja seberat 0,78 gram dan sabu-sabu seberat 10,51 gram. Selain itu, turut diamankan alat komunikasi berupa telepon genggam, uang tunai hasil transaksi, serta alat transportasi berupa satu unit mobil dan satu unit sepeda motor,” ujar Kapolres.
Para tersangka dijerat dengan berbagai pasal dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, antara lain Pasal 114 Ayat (1), dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara, Pasal 111 Ayat (1), dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara, Pasal 112 Ayat (2), dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara
“Selama dua bulan terakhir, kami menerima 10 Laporan Polisi (LP) dari TKP yang telah disebutkan. Berdasarkan pengembangan kasus, jumlah LP bertambah menjadi 10 laporan,” kata AKBP Kartyana.
Menutup konferensi pers, Kapolres mengimbau seluruh masyarakat Padang Panjang dan sekitarnya untuk berperan aktif dalam memerangi penyalahgunaan narkoba.
“Mari bersama-sama kita jaga lingkungan kita dari bahaya narkoba,” tuturnya.
Reporter: Diona
PERKARA
Dugaan Korupsi Rp 105 Miliar, Komisaris PT PAL Diperiksa Kejati Jambi

DETAIL.ID, Jambi – Penyidikan kasus dugaan korupsi yang menyeret nama PT Prosympac Agro Lestari (PAL) dan Bank BNI terus bergulir. Terbaru, Komisaris PT PAL berinisial BK diperiksa oleh penyidik Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi pada pekan lalu.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Asisten Intelijen Kejati Jambi, Nophy T Suoth pada Senin, 5 Mei 2025.
“Iya benar, pekan lalu BK hadiri pemanggilan penyidik,” katanya.
Namun, hingga kini materi pemeriksaan terhadap BK belum diungkap ke publik. Penyidik masih menutup rapat detail keterlibatan BK dalam perkara ini. Awak media juga belum berhasil mendapatkan keterangan resmi dari BK usai pemeriksaannya.
Asintel Kejari Jambi juga tidak menutup kemungkinan soal pemanggilan lanjutan terhadap BK. Menurutnya hal tersebut tergantung kebutuhan proses penyidikan.
“Apabila masih kita butuhkan keterangan akan dipanggil lagi,” ujarnya.
Kasus ini sebelumnya telah menjerat 3 tersangka yakni WH (mantan Direktur PT PAL), VG (pejabat di PT PAL), dan RG (Branch Business Manager BNI Cabang Palembang). Ketiganya diduga terlibat dalam manipulasi data pengajuan kredit ke Bank BNI pada 2018 – 2019.
Manipulasi tersebut mengakibatkan dana kredit cair tanpa peruntukan yang sesuai. Akibatnya, negara diperkirakan menanggung kerugian hingga Rp 105 miliar.
Dengan masuknya nama BK dalam daftar pihak yang diperiksa, spekulasi pun bermunculan. Apakah BK hanya dimintai keterangan sebagai saksi, atau akan naik status menjadi tersangka? Publik kini masih terus menunggu jawaban dari proses hukum yang tengah berlangsung.
Reporter: Juan Ambarita
PERKARA
Dirut dan Bendahara Jambi Vision Diduga Gelapkan Rp 8.9 Miliar, Dilaporkan ke Polisi

DETAIL.ID, Jambi – Direktur Utama dan Bendahara perusahaan Jambi Vision dan Flash Net resmi dilaporkan ke Polresta Jambi atas dugaan penggelapan dana perusahaan senilai Rp 8,9 miliar.
Keduanya, Yanuardi selaku Direktur Utama dan Suraina sebagai Bendahara, dilaporkan oleh Eko, kuasa hukum Komisaris Hendri Hartono. Laporan tersebut terdaftar dalam STPL Nomor: STPL/B/622/X/2024/SPKT I/Polresta Jambi, tertanggal 2 Oktober 2024.
Menurut Eko, laporan ini berawal dari kecurigaan kliennya pada tahun 2022 ketika Direktur Utama melaporkan kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil. Setelah diaudit internal, ditemukan dugaan penyimpangan keuangan yang terjadi sejak 2020.
“Dana pembayaran pelanggan yang seharusnya masuk ke rekening perusahaan justru dialihkan ke rekening pribadi milik bendahara. Selain itu, ditemukan juga penggunaan nota pembelian fiktif,” kata Eko pada Sabtu lalu, 3 Mei 2025.
Total kerugian akibat dugaan penyimpangan tersebut mencapai Rp 8,9 miliar. Uang itu diduga berasal dari setoran pelanggan yang tidak tercatat secara resmi dan transaksi pembelian yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Eko menyebut, kasus ini telah naik ke tahap penyidikan sejak 28 Februari 2025. Ia mendesak agar penyidik segera menetapkan tersangka, mengingat para terlapor tidak pernah memenuhi panggilan pemeriksaan.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Jambi Kompol Hendra Wijaya Manurung membenarkan adanya laporan tersebut. “Kasus masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut oleh penyidik,” ujarnya singkat.
Reporter: Juan Ambarita