Media Asing Kritik Pernyataan Jokowi: Jamu Belum Terbukti Tangkal Korona

MEDIA Asing kritik pernyataan Jokowi,
MEDIA Asing kritik pernyataan Jokowi, jamu dapat menangkal korona (ist)

DETAIL.ID – Sejumlah media internasional menyoroti pernyataan Presiden RI Joko Widodo, yang mengklaim meminum ramuan tradisional jamu sejak mewabahnya virus korona.

(Straits Times)
© suara.com

Setidaknya, media berbasis di Singapura seperti Straits Times mengkritik pernyataan Jokowi tersebut. Media Bloomberg juga memuat artikel yang sama.

(Bloomberg)
©Suara.com

“Presiden Indonesia Joko Widodo telah memperkuat spekulasi bahwa ramuan herbal dapat menangkal infeksi virus korona,” demikian paragraf pembuka artikel Straits Times berjudul “Indonesia President Joko Stokes Speculation Herbs Can Fight koronavirus,” yang dikutip Suara.com (15/3/2020).

Kedua media tersebut juga mengutip pernyataan Jokowi, yang sempat mengatakan dirinya meminum campuran jahe merah, serai, kunyit, dan temulawak, tiga kali sehari sejak virus korona mewabah.

“Saya minum campuran bukan teh sekarang,” kata Jokowi dalam pernyataan itu. “Saya memberikan minuman itu untuk para tamu, baik pagi, siang atau malam hari.”

Kedua media, dalam artikelnya masing-masing lantas menegaskan, “Namun, penggunaannya (jamu) sebagai pencegah penularan virus korona belum dapat dibuktikan.”

Google hapus semua konten jamu anti korona

 

Google(Wikipedia)

Google Indonesia menghapus semua konten yang mengklaim obat-obatan alternatif seperti jamu lebih ampuh menangkal virus korona.

“Namun bukan berarti semua video terkait jamu kami take down. Misalnya ada video-video yang mengaku lebih ampuh daripada ke dokter, itu pasti kami take down,” kata Head of Public Policy and Government Relations Google Indonesia Putri Alam,( 9/3/2020).

Menurut dia, klaim dari video-video seperti itu belum terbukti secara medis, dan bahkan cenderung untuk membuat penonton tidak mencari bantuan medis.

“Karena untuk isu kesehatan pasti sensitif banget. Pokoknya apa saja yang bisa mengurungkan niat viewer atau pengguna untuk mencari bantuan medis profesional, pasti kami take down,” ujarnya.

Google sendiri memiliki mesin pintar untuk memonitor dan menyeleksi konten-konten yang bertentangan dengan community guidelines (aturan komunitas / ekosistem Google) untuk diturunkan dari platform-platformnya.

Publik dapat berpartisipasi untuk melaporkan konten-konten yang luput dari pantauan mesin pintar Google melalui fitur “flag” yang terdapat di platform Google seperti di search engine, YouTube, hingga Google Play.

“Konten-konten yang melanggar kebijakan community guidelines kami pasti akan terdeteksi dan take down oleh machine learning kami. Tapi teknologi kan enggak sempurna, sehingga kita juga harus mengandalkan laporan dari publik melalui flagging tools kita,” katanya.

“Dan kalau kayak gitu, akan kita review secara manual. Kalau masih ada yang lolos juga, biasanya pemerintah secara satu pintu lewat Kominfo akan request take down berdasarkan hukum yang berlaku di negara setempat,” ujarnya.

Exit mobile version