Wahai Umar, sungguh mulia hidupmu.
Engkau dikelilingi orang banyak.
Tidak. Sahabatku adalah orang yang datang ketika aku sakit.
(Umar bin Khattab)
SETELAH seharian bertemu dengan teman yang sudah lama tidak ketemu, kembali ke kantor dan berencana istirahat sejenak, tiba-tiba telepon masuk.
“Bang, tolong kirimi ramuan daun sungkai ke Ibu Masnah. Titip salam. Semoga cepat sembuh,” kata telepon di ujung seberang.
“Siap, Pak Bupati,” kataku terbangun. Panggilan Pak Bupati sering kusampaikan sebagai panggilan akrab. Sekaligus juga tanda pergaulan.
Terbayang “rasa persahabatan” yang tulus dari Bupati Merangin ketika mendengar kabar COVID-19 yang diderita sahabatnya.
Belum usai menarik napas ketika membaca Bupati Muaro Jambi, Masnah, bupati perempuan pertama di Provinsi Jambi, spontan telepon yang masuk menjadikanku berpikir.
Terbayang di tengah kesibukan “roadshow” dan menghadiri berbagai pertemuan diberbagai tempat, spontanitas dari Al Haris begitu kentara.
Dipastikan, ketika membaca berita media online yang mengabarkan tentang sakitnya Ibu Masnah, tanpa berpikir panjang Al Haris segera menelepon saya.
Hubungan sesama kepala daerah ditandai dengan berbagai peristiwa penting. Menjelang MTQ di Bungo, beberapa bupati kemudian naik mobil bersama.
Ada Romi Hariyanto (Bupati Tanjung Jabung Timur), Adi Rozal (Bupati Kerinci), Masnah (Bupati Muara Jambi) dan Mashuri (Bupati Bungo). Keempatnya dikenal bupati yang diusung PAN.
Berbagai peristiwa penting seperti berbagai pertemuan kepala daerah, kelimanya sering berfoto bersama. Baik sebagai “simbol” ataupun selfie untuk memenuhi dahaga publik.
Dukungan dari 4 bupati membuat PAN Jambi kemudian memberikan pertimbangan politik kepada Al Haris. Sejarah yang sering diungkapkan oleh H. Bakri, “Suara arus bawah”.
Sehingga saya sedang membayangkan, ketika sobat sejawatnya kemudian dinyatakan COVID-19, reaksi sebagai sahabat membuat Al Haris langsung menelepon saya. Mengabarkan tentang ramuan daun sungkai sebagai bentuk perhatian dari seorang sahabat.
Kisah tentang sahabat kemudian membuat saya teringat kisah Umar Bin Khattab. Ketika menjadi kepala negara sekaligus pemimpin umat, disanjung di sana-sini, berbagai sahabat kemudian mengaguminya.
Salah seorang sahabat kemudian berkata “Wahai Umar, sungguh mulia hidupmu.
Engkau dikelilingi orang banyak”.
Namun jawaban yang diberikan Umar bin Khattab sungguh mengagetkan, “Tidak. Sahabatku adalah orang yang datang ketika aku sakit”.
Ya. Selain mendoakan, besuk dengan cara mendatangi sahabat, perhatian tulus adalah “tanda persahabatan”.
Persahabatan tidak lekang oleh waktu. Persahabatan tidak mengenal sekat.
Sahabat selalu hadir ketika ditimpa kemalangan.
Namun dengan perhatian, uluran tangan dari seorang sahabat maka memberikan kekuatan kepada sahabatnya.
Semoga cepat sembuh, Ibu Masnah.
Ada doa dan perhatian dari sahabatmu, Ibu Masnah.
*Direktur Media, Opini dan Publikasi Al Haris – Abdullah Sani.
Discussion about this post