DETAIL.ID, Jambi – Baru-baru ini mencuat peristiwa di Depok, yang menyeret Zaim Saidi selaku pendiri Pasar Muamalah. Di pasar tersebut terjadi transaksi yang mempergunakan Dinar dan Dirham sebagai alat tukar.
Pasar yang terletak di Jalan Tanah Baru, Kota Depok, telah disegel Kepolisian Polres Metro (Polres) Metro Depok bersama aparat Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah, Rabu 3 Februari 2021. Penyegelan berlangsung usai penangkapan terhadap pendirinya Zaim Saidi, sehari sebelumnya.
Dinar dan Dirham bukanlah mata uang resmi Indonesia, juga bukan pula mata uang Arab Saudi. Indonesia menggunakan Rupiah sebagai alat tukar dan pembayaran resmi, sedangkan Arab Saudi sendiri menggunakan mara uang bernama Real. Dinar adalah koin emas seberat 4,25 gram dan emas 22 karat, sedangkan dirham koin perak murni seberat 2,975 gram.
Sebelum ditangkap, Zaim Saidi mengungkapkan bahwa prinsip Pasar Muamalah yg ia dirikan bebas memilih alat tukar apa saja.
“Jadi mau bayar apa saja boleh, asal tidak melanggar UU,” kata Zaim mengutip Harian Radar Depok, Jumat 29 Januari 2021.
Ia pun berdalih bahwa koin Dinar dan Dirham bukanlah mata uang asing sehingga menurutnya tak melanggar hukum.
“Coba lihat dari koin yang beredar, itu koin emas dan perak. Peruri sama Antam-lah yang memproduksi. Jadi kalau melanggar, seharusnya Peruri sama Antam yang ditangkap,” ungkap Zaim.
Dinar dan Dirham yang beredar di pasarnya ditukar Rupiah dengan mengambil keuntungan 2,5% dari harga emas Antam.
Ternyata Ada Pasar Lain Yang Juga Tak Pakai Rupiah, Ini Daftarnya
Menilik penggunaan alat tukar tak resmi ini, Detail.id mencoba merangkum penggunaan mata uang tak resmi lainnya yang terjadi di pasar, di Indonesia.
1. Pasar Kebon Watu Gede
Pasar ini terletak di Dusun Jetak, Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang. Di pasar ini memang rupiah terkesan tak laku, karena mereka menggunakan Benggol sebagai alat pembayaran.
Seperti pasar-pasar kuno zaman dahulu yang melakukan jual-beli, sama halnya di Pasar Kebon Watu Gede ini. Blongkeng menjadi alat tukar di pasar ini. Jika tak habis dibelanjakan dapat disimpan untuk digunakan saat pasar selanjutnya.
Seperti kembali kepada masa lalu saat masuk ke dalam pasar ini. Pertama di pintu masuk, pengunjung disambut oleh para ‘pegawai’ pasar yang mengenakan pakaian tradisional jawa kuno. Dalam bahasa jawa, mereka memberikan ucapan selamat datang kepada pengunjung dan menawarkan ‘ Benggol’, mata uang khusus.
2. Pasar Minggu Lombok Utara
Pasar Minggu di Ekowisata Kerujuk, Lombok utara merupakan destinasi wisata yang menawarkan suasana alam hijau pedesaan buat traveler. Pengunjung bisa menukarkan uang cash dengan koin kayu yang terdapat nominal 10, 5 dan 2,5 dan langsung bisa dibelanjakan di tenten (warung) yang ada di sana.
3. Pasar kalangon
Pasar yang terletak di Grobogan, Jawa Tengah ini menggunakan koin bambu sebagai alat tukarnya. Koin yang digunakan ditukarkan di tempat penukaran Rupiah ke Koin Bambu bernama “ijol duwit”.
Pasar yang berada di tepi Waduk Nglangon, Jawa Tengah ini berkonsep jadul. Berada di tepian waduk, lapaknya terbuat dari anyaman bambu, uangnya pakai koin bambu, bungkus makanannya pakai daun serta bambu, serta petugas pengelolanya mengenakan pakaian adat
4. Pasar Papringan
Pasar Papringan ini terletak Desa Ngadiprono, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung. Berbeda dengan pasar lainnya, Pasar Papringan ini digelar di bawah rindangnya rumpun bambu yang menambah kesan asri dan alami. Selain itu, udara di sini menjadi sejuk dan yang pasti para pengunjung akan betah untuk berlama-lama di sini.
Keunikan lain dari pasar Papringan ini adalah pembayarannya menggunakan koin bambu. Traveler harus menukar uang kelipatan Rp 2.000 , Rp 20.000 atau Rp 50.000 di tempat penukaran uang. Daftar harga untuk membeli makanan yang disediakan tertera di tempat tersebut dengan jelas , seperti , makanan berat seharga 2-6 piring. Dua piring itu setara dengan 4.000 rupiah.
Discussion about this post