DETAIL.ID, Tebo – Masyarakat Hukum Adat Suku Anak Dalam (MHA SAD) kelompok Temenggung Apung di Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, merasa was-was karena banyak menemukan hewan liar tergeletak mati. Ini dikatakan anak Temenggung Apung, Malenggang, Minggu, 30 Mei 2021.
“Yang paling banyak ditemukan bangkai babi, ular dan biawak. Jumlahnya ratusan lebih. Rata-rata lokasinya tidak jauh dari air atau di di pinggir-pinggir sungai,” kata Malenggang. Ia mengaku di kebun dia sudah banyak ditemukan bangkai babi.
“Kalau sekarang ini, jangankan mau ketemu babi. Ketemu jejak babi saja boleh dikatakan tidak ada,” ujarnya.
Tidak itu saja, Malenggang, mengaku juga menemukan sejumlah beruang, kijang dan rusa tergeletak mati. “Anehnya. Tidak satupun rajo besak (gajah) dan rajo belang (harimau) yang ditemukan mati,” ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan Ketua Adat MHA SAD Kelompok Temenggung Apung, Sril. Kejadian aneh ini ujar dia, baru pertama kali terjadi.
“Anehnya lagi. Di mana ditemukan hewan yang mati, jika kita menangkap ikan di sana dan kita makan, kita langsung (spontan) merasa pusing. Tidak lama langsung jatuh pingsan atau tidak sadarkan diri,” katanya.
Yang dikhawatirkan katanya, banyak MHA SAD kelompok dia (MHA Kelompok Temenggung Apung) yang masih mengandalkan hidup dari hasil hutan. Terkadang mereka berhari-hari mencari hasil hutan ke dalam hutan.
Saat berada di dalam hutan katanya, salah satu sumber makanan yang gampang atau mudah didapat adalah ikan. “Nah kalau sempat termakan ikan dan langsung pingsan, siapa yang menolongnya?” kata dia.
Sril menduga, kematian hewan-hewan ini akibat rancun. Pasalnya, hampir rata-rata wilayah yang menjadi penjelajahan dia ditemukan bangkai hewan.
Bangkai hewan yang paling banyak ditemukan di Sungai Landai, Sungai Pedeman, Sungai Manggatal, Sungai Sekalo dan sungai -sungai lainnya.
“Pernah saya temukan lebih dari 50 ekor bangkai babi di pinggir air. Kok bisa matinya serentak seperti habis diracuni saja,” ujarnya heran.
Yang dikhawatirkan lanjut Sril lagi, racun yang menyerang hewan-hewan tersebut juga menyerang atau menular ke manusia. Atau kata dia, hilangnya sumber makanan untuk rajo belang (harimau).
Kalau makanan untuk rajo belang sudah habis, rajo belangnya mau cari makan dimana lagi. Ya, ujung-ujungnya bakal masuk kampung untuk mencari makan,” ujarnya.
Untuk itu, Sril dan MHA SAD Kelompok Temenggung Apung minta kepada intansi terkait untuk mencari solusi dan mencari penyebab mengapa banyak ditemukan hewan liar bergelimpangan mati. Jangan sampai kejadian aneh ini berdampak kepada mereka yang berada di pinggir hutan.
“Kami sudah sangat kawatir dengan kejadian ini,” ucapnya.
Reporter: Syahrial
Discussion about this post