DETAIL.ID, Jambi – Nyawa Ratih Kumala Dewi hampir saja tak tertolong ketika hendak melahirkan anak keempatnya pada 1 Agustus 2021. Warga Tempino, Kabupaten Muarojambi, Jambi itu sempat bertahan selama 8 jam, setelah dia ditolak empat rumah sakit yang berbeda, dengan alasan yang berbeda pula.
Awalnya pada jam 6 pagi, Ratih ditemani pihak keluarga menuju Rumah Sakit Bhayangkara Jambi. Ratih menyatakan tak bisa melahirkan dengan normal, sehingga jalur operasi menjadi pilihan satu-satunya.
“Saya enggak bisa melahirkan dengan cara normal. Dari dulu saya ketiga anak saya operasi. Dan operasinya itu di RS Bhayangkara itu berhubung suami saya juga polisi,” kata Ratih saat dikonfirmasi detail pada Minggu, 1 Agustus 2021.
Setibanya di RS Bhayangkara, Ratih menjalani rangkaian prosedur untuk rapid test terlebih dahulu. Pihak rumah sakit menyatakan Ratih positif Covid-19. Hal itu membuatnya tidak bisa bersalin di RS Bhayangkara tersebut. Dengan kondisi merintih menahan sakit akibat hendak melahirkan, ia ditolak oleh RS Bhayangkara.
Epi, bibi Ratih spontan berteriak dan meminta tolong. Soalnya, Ratih tengah mengalami pendarahan hebat di mobil namun tak ada sikap untuk menolong dari pihak RS Bhayangkara.
“Pak, tolong itu keponakan saya sudah pendarahan. Ini masalah nyawa, Pak,” ujar Epi memelas. Namun pihak RS Bhayangkara tetap kukuh menolak. Menurut mereka, di RS Bhayangkara tak ada tempat untuk bersalin bagi orang yang positif covid-19.
“Padahal jauh hari menjelang persalinan, kami sudah mengurus untuk syarat administrasi. Pas di rumah sakit kan itu juga kemarin disuruh menunggu, pihak rumah sakitnya mau konfirmasi sama atasan, pas dia sudah datang itu bukannya bawa kabar baik, malah bawa kabar buruk,” kata Epi kepada detail Minggu ,1 Agustus 2019.
Panik akibat tak kunjung ada pertolongan medis, sementara pendarahan yang dialami Ratih kian mengkhawatirkan. Pihak keluarga kemudian membawanya menuju RS Abdul Manap. Sesampainya di RS Abdul Manap Ratih tak kunjung mendapatkan pertolongan medis. Pihak medis mengatakan mereka sedang kerepotan menangani pasien Covid-19. Lagi pula kamar sudah penuh sehingga tak ada lagi tenaga medis yang bisa membantu.
Dari sana, mereka yang panik akhirnya membawa Ratih ke RSUD Raden Mattaher. Lagi-lagi tak kunjung mendapat bantuan medis. Tenaga medis RSUD Raden Mattaher banyak yang terpapar Covid-19.
“Kami sampai di RSUD Raden Mattaher, ternyata di situ banyak tenaga medis yang sedang terkena Covid, pasien juga ramai,” ujar Epi.
Hari sudah siang, keluarga Ratih makin panik. Mereka menuju RS Annisa yang jaraknya cukup jauh. Ini merupakan rumah sakit keempat yang dituju. Tiba di RS Annisa, penolakan untuk keempat kalinya kembali dirasakan oleh Ratih.
“Di rumah sakit Annisa pihak rumah sakit bilang kalau peralatan medis yang memadai untuk melakukan operasi bersalin sedang tidak memadai, alat medisnya minim,” ujar Epi.
Pihak keluarga tak putus asa. Mereka bergerak menuju RS Erni Medika di kawasan Palmerah. Proses di sana berjalan dengan lancar. Pukul dua siang, operasi Caesar berhasil dilakukan. Ratih akhirnya bisa melahirkan anak keempatnya dengan selamat.
Jimmi, salah satu pihak keluarga yang turut membantu mencari tempat bersalin bagi Ratih saat dikonfirmasi sangat menyayangkan tindakan pihak RS Bhayangkara. Hampir saja Ratih mengalami hal yang buruk.
“Saya kesal sekali. Orang sudah pendarahan namun tak ada pelayanan dioper juga sama rumah sakit yang tenaga medisnya sudah banyak terpapar Covid-19. Ini masalah nyawa loh,” kata Jimmi menyesalkan.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post