DETAIL.ID, Jambi – Yayasan Cappa Keadilan Ekologi bersama dengan Universitas Muhammadiyah Jambi berkolaborasi dalam Pembinaan Pengelolan Usaha Kelompok Tani Hutan (KTH) Bumi Batuah, Dusun Sialang Batuah, Desa Guruh Baru, Kecamatan Mandiangin Timur, Kabupaten Sarolangun.
Muhammad Zuhdi, Direktur Yayasan Cappa mengungkapkan bahwa lembaganya sejak tahun 2011 intensif membantu masyarakat untuk mengurai konflik tenurial yang terjadi antara masyarakat Dusun Sialang Batuah dengan PT. AAS.
“Melalui pendekatan Perhutanan Sosial dari luas lahan konflik seluas 1.339 hektare. Di mana 63 hektare yang sudah berupa pemukiman, fasos (fasilitas social) dan fasum (fasilitas umum) disepakati untuk dilepaskan dari kawasan hutan, sementara seluas 1276 hektare adalah areal kemitraan yang akan dikelola oleh masyarakat,” ujar pria yang akrab dipanggil Cik Edi ini.
Dalam kunjungan langsung ke KTH Bumi Batuah, Dusun Sialang Batuah, Desa Guruh Baru, Kecamatan Mandiangin Timur, Kabupaten Sarolangun pada Kamis, 31 Maret 2022 pihak kampus diwakili oleh Irmanelly selaku Wakil Rektor 1, Indria Mayesti selaku Wakil Rektor 2, Ahmad Jumaedi sebagai Sekretaris Badan Pengurus Harian, Heru Kurniawan Sekretaris Lembaga Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan Universitas Muhammadiyah Jambi, serta Agung Sandi Sekretariat LPBK UM Jambi .
“Dusun Sialang Batuah ini merupakan sebuah Dusun yang sudah berupa pemukiman dan kebun masyarakat, dikarenakan status wilayah ini adalah kawasan hutan yang sudah diberikan izin konsesi kepada PT Agronusa Alam Sejahtera (PT AAS) sehingga terjadilah tumpang tindih lahan yang berakibat munculnya konflik pengelolaan kawasan yang berkepanjangan. Hampir sembilan tahun berproses, sampai akhirnya bersepakat untuk penyelesaian dengan Kemitraan Kehutanan. Tepatnya, satu tahun lalu setelah dilakukan penanda tanganan Naskah Kesepakatan Kerjasama (NKK) Kemitraan Kehutanan,” ujar Edi Zuhdi belum lama ini.
Masih menurut Cik Edi, sebagai pengelola perhutanan sosial tentu saja KTH Bumi Batuah melalui Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) membutuhkan dukungan banyak pihak dalam pengelolaan usaha. Banyak potensi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat yang akan menjadi usaha kelompok dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Di antaranya Minyak Atsiri berbahan baku serai wangi dan daun eucaliptus, juga ada potensi lebah madu alam, tetapi tentu KUPS masih membutuhkan dukungan dan pembinaan dan pemberdayaan dalam penguatan kapasitas kelompok dari hulu dan hilir (on farm dan off farm).
“Selain dukungan dari perusahaan, tentu saja dukungan kampus dalam melakukan pembinaan dan pemberdayaan, terutama dalam malakukan kajian dan analisis akademik terhadap usaha yang akan dikembangkan. Dan di sinilah peran dan kolaborasi dengan kampus sangat diharapkan. Semoga saja Universitas Muhammadiyah Jambi bisa menjadi mitra bagi masyarakat,” tuturnya.
Discussion about this post