DETAIL.ID, Jambi – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendirikan Badan Usaha Milik Masyarakat Adat (BUMMA). Di Jambi, enam BUMMA sudah didirikan di sejumlah lokasi masyarakat adat.
Menurut Ketua Badan Pengurus Harian AMAN Wilayah Jambi, Datuk Usman Gumanti, BUMMA didirikan sebagai bagian dari unit usaha Koperasi Produsen AMAN Mandiri Cabang Wilayah Jambi.
“Sudah ada enam BUMMA yang kita dirikan di wilayah Provinsi Jambi. Keenam BUMMA dikelola oleh masyarakat adat yang rata-rata diketuai oleh tumenggung masyarakat adat,” kata Usman Gumanti kepada Detail, Selasa, 19 April 2022.
Menurut Usman Gumanti, pendirian BUMMA diawali dengan identifikasi potensi sumber daya alam, promosi kegiatan usaha, pelatihan usaha, dan sosialisasi BUMMA.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita menggunakan berbagai pendekatan berbasis adat dan aset yang dimiliki masyarakat adat. Pada aspek yang lain AMAN Jambi juga telah melaksanakan berbagai pelatihan di beberapa komunitas adat dari anggota AMAN Jambi, seperti pelatihan pembibitan tanaman langka dan komoditi potensial, pelatihan livelihood, pelatihan pengembangan ekonomi mikro, pelatihan usaha dan pemasaran produk, pelatihan manajemen keuangan kelompok, serta sejumlah pelatihan lain termasuk pelatihan advokasi terkait kebijakan terhadap kemandirian ekonomi masyarakat adat,” Usman Gumanti menerangkan.
Usman Gumanti menambahkan, dari identifikasi yang dilakukan AMAN telah menemukan sejumlah produk potensial yang dengan mudah diperoleh di wilayah masyarakat adat. Selain dapat memperkuat upaya perlindungan wilayah adat, produk tersebut juga memberikan pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat adat.
“Produk tersebut seperti jernang dan damar serta rotan di Masyarakat Adat Orang Rimba/Suku Anak Dalam, atau kopi dan kulit manis serta berbagai jenis buah-buahan di wilayah Depati IV Alam Kerinci dan Masyarakat Adat Luhak Nan XVI di Merangin. Belum lagi potensi tambang ramah lingkungan di wilayah komunitas adat Marga Bukit Bulan dan Batang Asai di Sarolangun,” ujar Usman Gumanti.
Kata Usman Gumanti, sebagian besar masyarakat adat menempati wilayah pariwisata berbasis hutan.
AMAN, kata Usman Gumanti, akan terus menerus melakukan identifikasi, mendukung, dan mempromosikan produk dari usaha berkelanjutan melalui peningkatan akses ke pasar. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat adat dapat mandiri secara finansial dengan fokus pada pengembangan kapasitas dan hilirisasi dari produk dengan melibatkan barisan muda masyarakat adat dan kaum perempuan adat.
“Kami ingin upaya kemajuan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat adat dapat diwujudkan,” ucapnya.
AMAN berharap dengan adanya kelembagaan BUMMA di setiap komunitas masyarakat, akan mampu membangun tata niaga dan adanya titik pengumpulan komoditas setidaknya di beberapa lokasi utama di setiap wilayah adat anggota AMAN. Titik tersebut adalah kunci untuk menyimpan hasil produksi sebelum berpindah ke pasar akhir serta untuk mengontrol komoditas, baik kuantitas maupun kualitas.
“Untuk sementara, titik-titik pengumpulan ada di empat lokasi yang menjadi fokus kegiatan serta dikoordinir oleh PD AMAN Kerinci di Pulau Sangkar, PD AMAN Bathin Pengulu di Marga Sungai Tenang, PD AMAN Tebo di Desa Suo Suo Sumay serta PD AMAN Orang Rimba di Desa Pematang Kabau Air Hitam Sarolangun,” kata Usman Gumanti.
Lebih jauh Usman Gumanti berharap ke depan BUMMA bisa memberdayakan masyarakat adat secara ekonomi sehingga mereka juga mampu mandiri di tengah kompetisi dunia bisnis.
“Kami berharap, masyarakat adat bisa ambil peran dalam dunia bisnis, bisa beradaptasi dengan era baru, dan mandiri secara ekonomi,” ujarnya.
Discussion about this post