DETAIL.ID, Jambi – Puluhan orang memakai topeng sambil menari menyusuri jalanan desa Wisata Muarojambi yang berdampingan langsung dengan Kawasan Cagar Budaya Candi Muarojambi. Desa ini mempunyai kegiatan unik dalam merayakan hari raya Idul Fitri yaitu kesenian topeng yang selalu ditarikan setiap tahun.
Kesenian topeng Muarojambi menceritakan kisah masyarakat Muarojambi pada zaman dahulu yang terjangkit penyakit kusta di wajah dan sekujur tubuh. Wabah kusta ini dianggap sebagai kutukan oleh masyarakat desa sehingga yang terkena harus diasingkan ke hutan.
Ketua Perkumpulan Rumah Menapo sebagai fasilitator kegiatan ini yakni Borju menceritakan pada saat lebaran masyarakat yang terkena penyakit kusta memiliki rasa rindu sebagai manusia terhadap sanak saudara yang ditinggal di desa. Mereka datang ke desa dan melepas kerinduan dengan memakai topeng yang terbuat dari labu manis.
“Penderita kusta pada zaman dulu secara kolektif mengarak diri ke arah desa. Terjadi rasa simpati dari masyarakat dengan memberikan makanan, minuman dan saling memaafkan antara masyarakat desa dengan orang-orang yang memakai topeng,” ujar Borju saat diwawancarai pada Senin, 2 Mei 2022.
Terlihat orang-orang menari dengan memakai topeng di sepanjang jalan desa. Dari muda hingga tua kompak menari dan saling memaafkan. Warga desa sangat antusias menyaksikan pertunjukan ini dengan memberi makan dan minum kepada penari topeng.
Seorang warga desa Muarojambi, Suryani mengatakan kegiatan ini wajib dilaksanakan setiap tahun. Ia dan keluarga selalu menunggu keseruan kegiatan ini setiap hari raya Idul Fitri. Tak lupa, Suryani menyiapkan makanan dan minuman untuk dibagikan ke para penari topeng.
“Setiap tahun tarian topeng ini selalu ada. Tadi kami kasih pisang buat mereka sebagai tanda berbagi di hari raya Idul Fitri ini. Kesenian topeng ini selalu seru,” kata Suryani dengan ekspresi senang.
Kegiatan Topeng Akbar tahun 2022 ini digerakkan oleh Komunitas Perkumpulan Rumah Menapo. Mereka sengaja mengangkat tema Topeng Akbar untuk memunculkan generasi baru. Kegiatan ini melibatkan orang dewasa, remaja, dan anak sekolah dasar.
”Pesan moral dari kegiatan ini adalah mengenai kesetaraan manusia dengan manusia lainnya. Harus saling berbagi dan saling memaafkan. Kesenian ini kami kasih tagline nemanusiakan manusia,” ujar Borju.
Reporter: Frangki Pasaribu
Discussion about this post