DETAIL.ID, Jakarta – Agustus 2022 lalu, peneliti mendapati bahwa sebuah manuskrip yang diperkirakan tulisan astronom Italia Galileo Galilei ternyata palsu. Namun, temuan ini mengarahkan ahli pada temuan buku lain yang diperkirakan benar-benar karya Galileo Galilei, tetapi ditulis dengan nama samaran.
Penemuan ini berawal dari pemeriksaan catatan Galileo yang sebelumnya tidak dipublikasikan. Pemeriksaan ini dilakukan setelah dikemukakannya pemalsuan manuskrip.
Dilansir Live Science, catatan tersebut menunjukkan bahwa Galileo Galilei adalah penulis asli risalah Considerazioni Astronomiche di Alimberto Mauri atau Pertimbangan Astronomi dari Alimberto Mauri yang terbit 1604.
Saat itu, praktik menulis dengan nama samaran lazim dilakukan, khususnya untuk menghindari kontroversi. Galileo Galilei juga dikenal menulis dengan beberapa nama samaran, tetapi tidak untuk buku Considerazioni Astronomiche tersebut.
Temuan terbaru ini didapat oleh peneliti Matteo Cosci dari Departemen Filsafat dan Warisan Budaya, Ca’ Foscari University of Venice. Menurutnya, karya Galileo tersebut merupakan risalah lengkap yang ditulis salah satu pemikir sains Barat paling brilian.
Proses Penemuan
Semula, bukti Galileo menulis Considerazioni Astronomiche adalah surat yang mengautentikasi manuskrip palsunya. Karena itu, keabsahan Galileo menulis risalah buku tersebut juga diragukan.
Namun, penyelidikan manuskrip palsu itu mengantarkan investigator untuk menemukan catatan Galileo yang ditulisnya di sebuah perpustakaan di Florence, Italia.
Dalam catatan tersebut, Galileo membuat daftar sejumlah kritik yang pernah dilontarkan cendekia Ludovico delle Colombe atas ide-ide di lembaran risalah Considerazioni Astronomiche karya “Alimberto Mauri”.
Di catatan itu, Galileo menulis, Colombe “membicarakanku dengan merendahkan.”
“Ketika Galileo menulis di catatan pribadinya bahwa Colombe ‘membicarakanku dengan merendahkan’, dia menempatkan dirinya sebagai Mauri,” kata Cosci.
Teori Kontroversial di Buku
Cosci menjelaskan, Colombe sebelumnya menerbitkan sebuah risalah yang menyatakan bahwa “bintang baru” yang terlihat pada 1604 bukanlah bintang baru, tetapi bintang permanen yang cuma sesekali terlihat. Bintang itu kelak diketahui sebagai sebuah supernova.
Pendapat Colombe tersebut cocok dengan teori Aristotelian dan model geosentris tata surya Ptolemaeus saat itu, yang saat itu masih salah karena menyatakan bahwa Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang itu bersifat tetap dan mengelilingi Bumi.
Sementara itu, “Alimberto Mauri” alias Galileo Galilei berpendapat di risalahnya bahwa “bintang baru” itu sebenarnya baru. Ia juga menuturkan teori mekanisme bagaimana bintang baru bisa tercipta. Pendapat-pendapat Galileo Galilei ini berlawanan dengan pandangan Aristotelian.
Lebih jauh, Galileo Galilei juga mengeluarkan pendapat radikal di masa itu bahwa bulan mungkin punya gunung.
Risalah Galileo tersebut tersebut terbit beberapa tahun sebelum karya terkenal Galileo, Sidereus Nuncius (Starry Messenger, 1610). Sidereus Nuncius menggambarkan pengamatan terobosannya terhadap Bulan-Bumi dan empat satelit Jupiter melalui teleskop astronomi pertama.
“Bisa dianggap risalah ini prekuel Sidereus Nuncius, yang merupakan karya yang mengubah sejarah astronomi dan sains secara umum. Bagi sejarawan filsafat seperti saya, ini adalah harta karun,” kata Cosci.
Kenapa Pakai Nama Samaran?
Menurut Cosci, Considerazioni Astronomiche ditulis Galileo Galilei saat mengajar di University of Padua, di utara Italia, yang saat itu di bawah kekuasaan Republik Venesia.
Risalah itu menurutnya mungkin merupakan upaya Galileo untuk mendapat dukungan di Roma, sebagaimana risalah tersebut didedikasikan untuk bendahara Paus.
Namun, Roma dan Venesia malah mengalami masalah diplomatik. Karena itu menurut Cosci, tidak bijak bagi Galileo untuk membubuhkan nama aslinya di risalah yang akan didedikasikan untuk musuh Venesia.
Dosen Sejarah Sains, Peter Barker dari University of Oklahoma mengatakan, Galileo kemungkinan menggunakan nama samaran untuk menjaga keamanan dirinya.
“Lebih aman menggunakan nama samaran, karena jika sesuatu tidak berjalan dengan benar, maka Anda tidak disalahkan. Namun jika teorinya melambung, bisa mengaku ‘Selama ini, sayalah penulisnya’,” kata Barker.
Menurut Barker, atribusi Considerazioni Astronomiche ke Galileo oleh Cosci sudah tepat. Tindakan ini juga disetujui sejarawan Nick Wilding dari Georgia State University, yang mendeteksi pemalsuan manuskrip Galileo Galilei di University of Michigan.
“Ini adalah contoh yang sangat baik tentang bagaimana penelitian arsip yang sabar dan cerdas dapat memulihkan beberapa kerusakan yang ditimbulkan oleh para pemalsu. Dr. Cosci telah menunjukkan kepada kita bahwa kombinasi skeptisisme dan keterampilan akan membawa kita pada kebenaran sejarah” kata Nick Wilding.
Discussion about this post