DETAIL.ID, Jakarta – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memperingatkan dunia akan bahaya besar dan situasi terburuk jika Rusia nekat menggunakan senjata nuklir untuk berperang dengan Ukraina.
Apalagi Rusia telah terang-terangan memamerkan kepada dunia senjata nuklir yang dipunyainya. Situasi pertama, katanya dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta pada Selasa, 1 November 2022.
Negara lain yang juga memiliki senjata nuklir akan terdorong untuk menggunakan senjata pemusnah massal itu. Ketika itu terjadi situasi yang terjadi berikutnya, berarti dunia telah memasuki perang dunia ketiga.
“Kalau ada yang men-trigger (memicu peluncuran senjata nuklir), emangnya yang lain akan diam?” katanya, berargumentasi tentang efek berantai setelah Rusia, misalnya, memulai menggunakan senjata nuklir. “Dan yang memiliki senjata nuklir enggak cuma satu.”
Dalam kondisi normal, parade senjata nuklir Rusia pada Oktober lalu dapat dimaknai sebagai sebatas aksi pamer kepada dunia. Tetapi, menurut Retno, dalam situasi panas dan sedang berperang melawan Ukraina, aksi tersebut tidak dapat hanya dimaknai unjuk kekuatan saja melainkan maklumat kesiapan perang dengan senjata pamungkas dan mematikan.
“Saya ingin memosisikan sebagai orang umum. Enggak salah bahwa parade itu … tapi juga punya makna [pernyataan tersirat], ‘Gua punya, ya, jadi gua punya, gua siap’. Ini tidak main-main,” katanya.
Dampak mengerikan Sebagian kalangan, katanya, menganggap perang besar seperti Perang Dunia I dan II telah menjadi sejarah masa lalu dan tak akan ada lagi perang serupa itu pada masa depan. Apalagi kondisi masyarakat dunia dalam beberapa dasawarsa terakhir telah begitu membaik.
Namun, invasi Rusia terhadap Ukraina pada Februari 2022 yang kemudian dibalas dengan tak kalah mematikan oleh Ukraina seolah-olah akan membangkitkan perang yang lebih besar, yakni perang nuklir, dan melibatkan banyak negara lain yang memilikinya.
“Oleh karena itu, kalau kita jelas, kita melihat sejarah mengenai ancaman penggunaan senjata nuklir, dan nuklir itu dampaknya sangat mengerikan. Jadi, kita harus selalu melihat dampak dari penggunaan senjata nuklir itu,” ujarnya.
Kemungkinan dibahas di KTT G20 Masalah geopolitik dan ancaman perang dunia ketiga beserta potensi penggunaan senjata nuklir sebagai dampak perang antara Rusia dengan Ukraina bisa jadi akan disinggung dalam Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 15-16 November 2022 meski forum itu merupakan forum ekonomi, keuangan dan pembangunan.
“Tidak dapat dihindari luberan diskusi geopolitik masuk ke dalamnya. Enggak mungkinlah disekat, pakai sekat baja, enggak mungkin. Jadi, kita tidak akan kaget kalau isu mengenai masalah call (seruan) untuk tidak menggunakan senjata nuklir itu paling tidak akan diangkat oleh negara-negara di G20,” kata Retno.
“Saya agak yakin, pasti akan ada negara yang mengangkat isu itu,” ujarnya, menegaskan bahwa meski merupakan forum ekonomi KTT G20 akan dimanfaatkan juga untuk membahas masalah gawat dunia saat ini akan ancaman perang besar.
Kalau memang masalah ancaman penggunaan senjata nuklir itu benar disinggung dalam KTT G20, Retno menegaskan, posisi dan sikap Indonesia sudah jelas, yaitu pemusnahan total seluruh senjata nuklir di dunia.
Posisi Indonesia sebagai tuan rumah dan presidensi G20, menurutnya, memiliki keunggulan untuk mengatur alur diskusi sehingga dapat diarahkan pada pembahasan yang langsung pada pokok permasalahan. “Nanti kita lihat diskusinya akan seperti apa, tetapi national position kita jelas, seperti yang tadi saya sampaikan.”
Discussion about this post