Jambi – Berlarut-larutnya masalah kemacetan truk batu bara membuat banyak pihak jengah. Salah satunya adalah tokoh masyarakat Jambi sekaligus Ketua Komite Advokasi Daerah (KAD) Jambi, Nasroel Yasier.
Nasroel Yasier mengimbau pemerintah daerah beserta stake holder agar segera mengambil dua langkah. Pertama, cari solusi untuk mengatasi kemacetan. Kedua, persiapkan jalan alternatif.
“Jangan sampai rakyat marah melihat pemerintah berdiam diri dan tidak mencari solusi. Kasihan rakyat menderita sementara hasil keuntungan tambang batu bara sama sekali tidak dapat dinikmati oleh masyarakat banyak. Pengusaha yang untung, masyarakat hanya dapat debunya,” kata Nasroel Yasier kepada DETAIL.ID pada Selasa, 24 Januari 2023.
Melihat kondisi itu, Nasroel mengimbau Wali Kota Jambi, Syarif Fasha agar segera menutup akses masuk truk batu bara yang melewati Kota Jambi agar kemacetan ini tidak berlarut-larut dan dirasakan masyarakat Kota Jambi.
“Paling tidak ada satu daerah yang terselamatkan dari penderitaan ini. Artinya, kita harus melokalisir komplek ini (Kota) jangan merembet ke mana-mana,” katanya menambahkan.
Jikalau wacana Wali Kota Jambi menutup akses truk batu bara melintas, lantas bagaimana nasib para sopir truk batu bara? Untuk pertanyaan ini Nasroel punya solusinya.
“Kalau Gubernur dan semua kepala dinas bekerja dengan baik saya yakin pasti bisa. Libatkan semua masyarakat, pemuda setempat dalam mengelola lalu lintas agar tetap terjaga,” katanya.
Nasroel mengatakan demikian karena melihat lambannya progres jalan khusus batu bara yang seakan tidak ada kepastian, serta macet berkepanjangan yang terus menerus terjadi.
Dari kacamata Nasroel, dia melihat volume truk batu bara yang bergerak ke mulut tambang dan yang bergerak menuju pelabuhan itu sama. Saat menuju mulut tambang, kemacetan yang ditimbukkan belum terlalu parah. Namun kondisi mengerikan terjadi di malam hari.
“Tentu pertimbangannya adalah karena iring-iringan truk ini. Untuk itulah kita berharap peran pemuda tadi. Dengan catatan sudah dikoordinir dengan baik. Jika ada 1 mobil tambang rusak dan menimbulkan macet, itu manjang terus ke belakang. Untuk itu makanya truk batu bara cocok diberi HT (radio) jadi yang di belakang bisa tahu kapan harus berhenti, kemacetan bisa diminimalisir,” ujarnya.
Nasroel juga memperhitungkan, jika setidaknya terdapat kurang lebih 40 desa dengan panjang lintasan 120 km yang dilalui oleh truk batu bara setiap saat.
“Siapkan pemuda setempat, dan mobil-mobil bisa mendengar sedang di kilometer berapa yang terjadi macet dan mereka bisa bertindak. Dan itu dikoordinir dengan rada persaudaraan bukan dengan rada kebencian,” ujarnya.
Kemudian, Nasroel juga memandang Pemprov Jambi sangat perlu untuk memiliki data akurat, mulai dari para pemilik tambang, volume batu bara yang diangkut seluruh transportirnya per hari. Hingga identitas serta alamat si sopir batu baranya. “Jadi semuanya harus jelas dan transparan,” ujarnya.
Kalau berbicara manfaatnya, kata Nasroel, bisa dibayangkan kalau seribu rupiah saja retribusi dari sopir truk per harinya.
“Kalau ada 10.000 truk dan setiap truk menyumbang Rp 1.000 saja maka akan terkumpul Rp 10 juta setahun, berarti ada Rp 3,65 miliar dalam setahun. Dana sebesar itu bisa digunakan untuk memberi upah pemuda desa, montir, biar perbaikan truk yang rusak dan lain-lain. Hingga memfasilitasi pertemuan-pertemuan masyarakat desa,” katanya.
Terakhir, Nasroel pun meminta agar Pemprov Jambi bersifat bijak dalam mengatasi persoalan batu bara. Tidak hanya mengambil keputusan sepihak tapi mendengarkan seluruh pihak-pihak terkait.
Reporter: Juan Ambarita
Discussion about this post