Dalam sebuah rekaman kunjungannya ke front timur, Prigozhin mengatakan tentara atau relawan Ukraina menjadikan setiap rumah di Bakhmut, Ukraina, selaku benteng pertahanan.
Dalam upaya penyerbuan tersebut, serdadu Wagner butuh berperang sampai berhari-hari bahkan berMinggu-Minggu.
“Di Artemovsk (Bakhmut), setiap rumah menjadi benteng. Orang-orang kami kadang-kadang berperang hingga lebih dari satu hari hanya untuk menempati satu rumah. Terkadang mereka berperang selama berMinggu-ahad demi satu rumah,” kata Prigozhin mirip dikutip dari The Guardian, Rabu, 4 Januari 2023.
Seorang tentara anonim yang ditemui Prigozhin mengaku kesusahan berperang di Bakhmut. Sebab, para tentara tak mempunyai perlengkapan dan persenjataan yang memadai.
“Kami tidak punya peralatan yang cukup, tak cukup punya BMP3 (kendaraan lapis baja) dan selongsong peluru,” ujar prajurit yang enggan menyebutkan namanya itu.
Dalam cuplikan terpisah yang direkam pada 2 Januari di Bakhmut, prajurit Ukraina berjulukan Kiyanyn menggambarkan situasi peperangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut. Di tengah bunyi tembakan, ia menggambarkan bagaimana para prajurit telah menangkis sejumlah serangan besar terhadap kota itu.
“Mereka tiba mirip serangga. Kami hingga harus mengisi amunisi berulang kali,” ujarnya.
Pertempuran baru di timur itu terjadi di saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia sedang bersiap mengembangkan serangan ke Ukraina dengan menggunakan pesawat nirawak atau drone buatan Iran.
“Kami mendapat isu bahwa Rusia sedang merencanakan serangan berkepanjangan memakai Shaheds (pesawat nirawak Iran),” kata Zelensky dalam video, Senin malam.
Dia berujar, “(Pasukan Rusia) ingin merusak perlawanan Ukraina dengan menyerap habis tenaga orang-orang kami, pertahanan udara kami, dan energi kami selama lebih dari 10 bulan ini.”
Situasi perang di Ukraina sendiri saat ini masih berkobar terutama sehabis pasukan Kyiv berhasil menggempur pasukan Kremlin di daerah pendudukan Donetsk. Ukraina mengklaim ratusan serdadu Rusia tewas dalam serangan tersebut. Sementara Rusia mengakui 89 tentaranya tewas.
Itu ialah jumlah korban terbanyak dalam satu serangan yang diakui Rusia semenjak invasi dimulai Februari lalu.
Serangan itu disebut memakai enam roket dari sistem peluncuran High Mobility Artillery Rocket System (HIMARSÂ )dengan dua di antaranya ditembak jatuh Rusia, menurut Kementerian Pertahanan Rusia.