“Balasan kami akan kuat, cepat, dan akurat,” kata Benjamin Netanyahu jelang rapat kabinet keselamatan pada Sabtu (28/1), seperti dilansir dari AFP.
“Kami tidak mencari eskalasi, tetapi siap untuk skenario apa pun,” tambahnya.
Sebelumnya, sebuah penembakan terjadi di suatu sinagoge kawasan Yerusalem timur pada Jumat (27/1) waktu lokal. Peristiwa itu terjadi selama salat Sabat.
Polisi melaporkan tujuh orang tewas akhir penembakan tersebut. Sementara itu, layanan tanggap darurat Magen David Adom (MDA) memberikan “10 korban dalam berbagai kondisi, tergolong kritis.”
“Termasuk seorang berusia 70 tahun dalam kondisi kritis, seorang berusia 20 tahun dalam kondisi serius, dan akil balig cukup akal 14 tahun dalam kondisi sedang sampai serius,” kata MDA.
Penembakan terjadi di lingkungan Neve Yaakov di sektor timur Yerusalem, yang dianeksasi Israel setelah Perang Enam Hari pada 1967.
Polisi sudah mengidentifikasi pelaku penembakan massal sebelumnya oleh seorang warga Palestina berusia 21 tahun yang tinggal di Yerusalem Timur.
Warga Palestina itu berkendara ke sinagoge di lingkungan Neve Yaakov dan melepaskan tembakan selama Sabat Yahudi dan pada Hari Peringatan Holocaust Internasional.
Dalam pernyataan resmi, polisi juga menyampaikan telah menetralisasi tempat tersebut.
“Serangan teror di sebuah sinagoge di Yerusalem. Penembakan teroris telah dinetralkan di daerah insiden. Pasukan polisi berada di tempat peristiwa.”
Setelah itu, terjadi penembakan lagi keesokan harinya yang melukai seorang ayah dan putranya. Tersangka penembakan itu dilaporkan dilaksanakan oleh seorang anak berusia 13 tahun yang disangka berasal dari Palestina.
Dilansir dari AFP, kedua penembakan itu menandai eskalasi dramatis lainnya dalam pertentangan Israel-Palestina.
(pra)