3 Kontroversi Paludan, Bakar Al Quran hingga ‘Ngobrol’ Cabul ke Bocah

Jakarta – Politikus sayap kanan Swedia-Denmark Rasmus Paludan tak henti menjadi sorotan usai membakar Al Quran di Stockholm dan Copenhagen.

Aksi itu menuai protes dan kecaman dari berbagai pihak. Warga di sejumlah negara mayoritas Muslim bahkan menggelar demo merespons tindakan Paludan.

Rupanya ulah Paludan tak hanya itu. Berikut deret kontroversi politikus partai sayap kanan Stram Kurs tersebut.

1. ‘Hobi’ bakar Al Quran

Paludan membakar Al Quran bukan kali pertama. Pada 2022, ia tercatat melakukan hal serupa di berbagai kota di Swedia.

Pada 2020, Paludan juga melakukan aksi serupa saat berdemo di Malmo, Swedia.

Kemudian pada 2019, dia juga membakar Al Quran di Viborg, Denmark. Di tahun yang sama, Paludan dijatuhi hukuman percobaan 14 hari karena tuduhan rasisme.

2. Diduga dibayar Rusia

Media Swedia melaporkan jurnalis yang bekerja untuk media Rusia, Chang Frick, membayar Paludan agar melancarkan aksi itu.

Frick merupakan kontributor untuk media Rusia, Russia Today.

Jurnalis itu mengonfirmasi bahwa dirinya memang membayar Paludan. Namun, dia membantah meminta seseorang membakar Al Quran dan menepiskan aksi itu mengacaukan langkah Swedia masuk NATO.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto menilai Rusia mungkin terlibat dalam aksi Paludan.

Haavisto menyebut Paludan bisa saja memiliki hubungan dengan Rusia.

“Ada pertanyaan yang muncul apakah ada pihak ketiga yang berusaha mengacaukan, misalnya Rusia, atau pihak lain menentang keanggotaan NATO dan mencari provokasi untuk mencapai itu. Ini tak bisa dimaafkan,” ucap Haavisto, seperti dikutip Al Arabiya.

Finlandia telah menyelidiki keterlibatan Paludan dan Rusia.

Rusia selama ini memang getol mengganggu negara yang ingin bergabung dengan NATO. Mereka khawatir aliansi itu bisa membahayakan negaranya.

3. Ngobrol cabul ke bocah

Tak hanya melakukan penistaan terhadap Al Quran, Paludan juga memiliki rekam jejak cabul.

Pada Agustus 2021, ia sempat menceritakan hal-hal cabul ke anak di bawah umur di platform Discord.

Dalam platform itu, Paludan sempat menceritakan guru yang melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya di depan kelas.

Saat itu, padahal pendengar platform Discord dia adalah anak-anak berusia 13 hingga 17 tahun.

Di lain waktu yakni pada 11 Agustus 2021, Paludan menceritakan aktivitas seksual antara anak di bawah umur dengan “anak laki-laki” di belakang toko. Anak itu berusia 14 tahun.

Tiga hari kemudian, ia bercerita dirinya telanjang saat berjalan di sekitar dapur, demikian dikutip TRT World.

(isa/bac)

Exit mobile version