Poh diburu setelah diyakini kabur keluar Singapura setelah hakim pengadilan menjatuhkan vonis kepadanya. Perburuan ini dimulai setelah Poh gagal menyerahkan diri kepada polisi usai vonis pengadilan ditetapkan.
Poh dan tiga anak buahnya kedapatan menjadi ‘agen rahasia’ yang memberi jawaban kepada siswa ujian dengan taktik terencana dan sistematis menggunakan sejumlah alat canggih seperti sistem bodycam, earphone, hingga perangkat bluetooth.
Menurut dokumen pengadilan awal, Poh, dan tiga komplotannya, Fiona Poh Min, Tan Jia Yan, dan seorang warga negara China bernama Feng Riwen, masing-masing dibayar 8.000 dolar Singapura (US$6.100) oleh seorang pria dari China untuk melakukan aksi tersebut.
Mereka diminta membantu enam siswa berusia antara 17 dan 20 tahun agar lulus ujian GCE pada 2016 sehingga mereka dapat masuk perguruan tinggi setempat. Pembayaran akan dikembalikan sepenuhnya jika siswa tidak lulus ujian.
Di bawah instruksi Poh, keenam siswa itu mengenakan earphone berwarna kulit dan menempelkan ponsel dan perangkat bluetooth ke tubuh mereka sehingga mereka dapat diberi jawaban oleh Tan yang juga menyamar sebagai siswa yang ikut mengerjakan soal ujian.
Dengan bantuan telepon kamera tersembunyi yang ditempel di dadanya, Tan menyiarkan langsung pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada Poh dan dua tutor lainnya di pusat bimbingan belajar, yang kemudian akan mengerjakan jawabannya dan memberikannya kepada para siswa.
Mereka lalu dibuat gaduh ketika seorang pengawas ujian mendengar suara-suara tidak biasa datang dari salah satu siswa, lalu ia berterus terang saat ditanyai.
Setelah persidangan selama setahun yang berakhir pada 2020, Poh dinyatakan bersalah atas 27 tuduhan kecurangan dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Red notice di Interpol kemudian menyertakan foto dan mencantumkan tuduhannya tentang “bersekongkol untuk melakukan kecurangan”.
Polisi Singapura, yang meminta pemberitahuan dari Interpol, mengatakan Poh akan memulai hukuman penjara pada September, tetapi kini tidak kunjung menyerahkan diri. Sedangkan tiga kaki tangannya saat ini telah menjalani hukuman penjara.
“Poh dihukum karena serangkaian pelanggaran menyontek, bersekongkol dengan siswa untuk menyontek dalam ujian GCE O Level pada 2016,” kata Kepolisian Singapura dalam sebuah pernyataan mengutip CNN, Sabtu , 4 Februari 2023.
Polisi juga membuat surat perintah lokal untuk penangkapannya.
“Dia diperintahkan pada September 2022 untuk menyerahkan diri untuk menjalani hukuman penjara, tetapi dia tidak melakukannya,” kata polisi.
Menurut Interpol, unit penegakan hukum global diminta menemukan dan menangkap orang-orang yang masuk dalam Red Notice, sambil menunggu ekstradisi, penyerahan, atau tindakan hukum lainnya.