HAL unik yang terjadi di Indonesia adalah memiliki penduduk totalnya 277,53 juta jiwa dan 86,7 % berpenduduk muslim.
Dengan penduduk muslim terbesar di dunia dengan beragam adat istiadat dan tradisi yang ada dari Sabang sampai Merauke akan selalu menyajikan kemeriahan lebaran yang luar biasa di sudut-sudut kota-desa.
Ada banyak hal yang pasti dinanti-nanti masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain tradisi mudik bertemu sama orang tua dan sanak saudara, tentu ada yang namanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang selalu ditunggu-tunggu.
Tunjangan hari raya ini layaknya nafas segar bagi seluruh pekerja. Pasalnya bila diibaratkan dalam satu bulan pekerja dapat mendapat dua kali gajian. Kadang kala beberapa orang sudah daftar list belanjaan dari uang THR sebelum THR-nya turun.
Karena saking dinanti-nanti, rasanya menunggu THR cair itu terasa lama. Apalagi sudah menjelang lebaran berita cairnya THR tak kunjung datang.
Secara regulasi, Pemberian THR dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 6 Tahun 2016 tentang THR Keagamaan merupakan pendapatan non upah yang wajib dibayarkan menjelang hari raya keagamaan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh baik tetap atau kontrak yang memenuhi masa kerja minimal 1 tahun.
Tapi di tengah penantian ini, THR tidak hanya membahagiakan secara individu tetapi menyumbang pula terhadap peningkatan aktivitas perekonomian yang positif. Roda perekonomian pun berpotensi melaju lebih kencang dari bulan-bulan biasanya, momen bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena Ramadhan dan Idul Fitri akan meningkatkan permintaan serta gelontoran jumlah uang beredar yang turun melalui THR yang dapat menjadi tambahan bahan bakar bagi pertumbuhan ekonomi.
Ketika hari raya tiba, angggaran keluarga terasa membengkak kebutuhan-kebutuhan yang bermunculan, dari mulai undangan buka bersama, memberikan THR pada sanak saudara, membeli baju lebaran, menunaikan zakat dan keperluan ongkos mudik ke kampung halaman yang tersaji dari sisi konsumen.
Sementara dari sisi produsen bermunculannya pedagang takjil dadakan di depan rumah, konveksi umkm yang menyediakan pakaian muslim, toko-toko swalayan, pedagang di terminal serta berbagai jasa angkutan umum serta kegiatan ekonomi lainnya, Kedua hal tersebut akan mendongkrak pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Sudah menjadi bagian pola musiman Ramadan, akan meningkatnya jumlah uang beredar, tercatat uang beredar rata-rata naik 25 % pada saat bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Hal tersebut terwujud akibat adanya kenaikan pendapatan perkapita masyarakat melalui adanya bantuan sosial, bantuan uang tunai dari pemerintah, serta adanya pembayaran THR dan gaji ke-13. Efek pendapatan yang meningkat memberikan dampak pada perubahan daya beli terhadap konsumsi.
Tingkat diversifikasi konsumsi masyarakat semakin beragam artinya permintaan terhadap berbagai sektor barang meningkat tidak hanya barang itu-itu saja.
Pengeluaran konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Pada kuartal IV-2023 konsumsi rumah tangga menyumbang 53,83 % terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 % year on year (yoy) pada kuartal IV-2023. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui riset Danareksa Sekuritas pada kuartal I-2024 diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,16 % year on year (yoy). Di samping berbagai kebijakan pemerintah pengembangan investasi melalui hilirisasi, Pembangunan infrastruktur, dan dinamika perekonomian global.
Indonesia saat ini berada dalam tren pertumbuhan ekonomi yang positif sejak recovery masa pandemi Covid-19. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan dampak Ramadan dan Idul Fitri ke ekonomi akan dapat meningkatkan pertumbuhan sebesar 0,14 % hingga 0,25 %.
Tak heran untuk memfasilitasi penyediaan pasok uang tunai, di samping penggunaan cashless atau yang semakin masif bank-bank tetap menyediakan uang tunai lebih banyak dari biasanya. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter telah menyiapkan uang layak beredar sebesar Rp 197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang rupiah pada momen Ramadan dan Idul Fitri 2024 yang meningkat 4,65 % dari tahun sebelumnya.
Semoga momentum Ramadan tahun ini tidak hanya menjadi waktu spiritual yang memberkati, tetapi juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bagi Indonesia.
*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Discussion about this post