PERKARA
Dari 2 Tangkapan Kasus Narkoba di Tanjabbar Hanya 1 yang Lanjut Proses Hukum, Polisi Bilang Begini
DETAIL.ID, Jambi – Dari 2 orang terduga pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika tangkapan Sub Dit 1 Ditresnarkoba Polda Jambi, Kamis lalu 30 Mei 2024. Hanya satu yang kasusnya lanjut proses hukum.
Yakni tersangka WK, sementara untuk tersangka SA yang sebelumnya disebut-sebut sebagai pemasok barang haram tersebut kepada WK hanya di rehab.
Polisi beralasan bahwa saat penangkapan tidak ada barang bukti Narkotika yang ditemukan atau dalam penguasaan SA, hanya saja hasil test urinnya positif. SA pun turut diangkut bersama WK ke Polda Jambi dari kampung halamannya di daerah Sungai Badar, Batangasam, Tanjabbar.
“1 ada BB waktu di geledah dirumah, 1 tidak ada jadi 1 ditahan dan 1 di rehab di RS Jiwa sekaligus saksi untuk TSK yang ditahan,” kata Dir Narkoba Polda Jambi AKBP Ernesto, Kamis malam 6 Juni 2024.
Dikonfirmasi soal BB timbangan digital yang diduga sering dipakai SA untuk nimbang barang-barang haramnya. Dir Narkoba bilang gini.
“BB timbangan tidak masuk BB dalam TP Narkoba kecuali kalo sabu dapat,” katanya.
Sementara untuk pelaku penyalahguna inisial WK, Penyidik Subdit 1 Ditresnarkoba Polda Jambi mengonfirmasi, kasus WK lanjut proses hukum. WK disebut punya barang bukti narkotika jenis shabu dengan berat mencapai sekitar 3.9 gram.
“Dalam penguasaan dia. Setelah kita timbang BB-nya ada sekitar 3.9 gram kalau ga salah itu. Setelah kita periksa secara intensif dia akui itu milik dia. Informasi awalkan dia yang jual kepada sopir-sopir itu, karna ada BB memenuhi syarat dia kita proses,” ujar Penyidik Subdit 1 Ditresnarkoba Polda Jambi.
Seiring berjalannya proses pemeriksan oleh penyidik. Belakangan diketahui bahwa WK dan SK masih punya hubungan keluarga. Informasi sebelumnya yang menyebutkan bahwa sejumlah BB narkotika yang ditemukan bersama WK adalah titipan SA berubah, pun terkait timbangan elektronik yang diduga timbangan Shabu milik SA yang disebut ditemukan oleh tim dalam rumah SA.
“Kita tidak bisa seperti itu. Mungkin aja pada saat diluar ceritanya seperti itu. Tapi saat diperiksa didepan penyidik kan dia memberi keterangan yang berbeda. Apalagi mereka kan ada hubungan keluarga kan. Di hukum kita, apalagi ada hubungan keluarga itukan bisa aja dia mencabut keterangannya,” katanya.
Minimnya alat bukti keterlibatan SA dalam kasus penyalahgunaan narkotika itu dinilai jadi sebab kasusnya tak naik.
“Kecuali ada hanphone atau alat bukti IT baru kuat. Kalau ga sulit kita. Namanya orang menyerahkan dan menerima itu (narkotika) itu pasti ga ada yang ngelihatkan. Itu sulitnya disitu,” ujarnya.
SA pun disebut kini tengah menjalani rehab narkoba di RSJ Jambi. Menurut penyidik hal ini sesuai dengan UU No 35 tahun 2009, dimana pengedar atau perantara dalam jual beli narkoba diancam sanksi penjara. Sementara untuk pemakai atau korban penyalahguna dikenakan sanksi rehab.
Namun informasi yang dihimpun awak media dari berbagai sumber menyebutkan bahwa SA kini sudah berada dikampung halamannya di Tanjabbar. Kok bisa, bukankah dia masih menjalani rehab di RSJ Jambi? Soal ini, penyidik bilang gini.
“Coba tanya di RSJ aja, kan RSJ ada asesmen ada dokternya. apakah dia rawat inap atau rawat jalan. Bisa aja dokter yang menilai dia seperti itu, apa 1 Minggu 2 kali dia harus datangkan,” katanya.
Penyidik Sub Dit 1 Ditresnarkoba itu ngaku tak ingat jelas, kapan SA diserahkan ke RSJ Jambi buat rehab masalah narkobanya. Tapi kalau seingat dia SA masih baru diserahkan. “Kalau ga hari Rabu apa Selasa kemarin itu. Diakan 6 hari maksimal (pemeriksaan) di kita,” katanya.
Reporter: Juan Ambarita
PERKARA
Perusahaan Pengelolaan Limbah Hingga Perusahaan Alkes Gugat RSUD Raden Mattaher
DETAIL.ID, Jambi – Lagi-lagi RSUD Raden Mattaher didugat di Pengadilan Negeri Jambi, baru-baru ini 2 gugatan sekaligus ditujukan pada Rumah Sakit milik Pemprov Jambi itu. Dilihat pada laman penelusuran Perkara PN Jambi, ke-2 gugatan tersebut teregister pada Kamis, 18 Desember 2025.
Pertama, ada pihak PT Anggrek Jambi Makmur. Pada gugatan yang teregister dengan nomor perkara 251/Pdt.G/2025/PN Jmb ini, perusahaan pengolala limbah tersebut dalam petitumnya, meminta agar majelis hakim menyatakan bahwa perjanjian pengelolaan limbah antara penggugat dan tergugat sah secara hukum.
“Kemudian pihak penggugat meminta kepada pihak tergugat untuk membayar tagihan sejumlah Rp 1.722.762.000 dan denda keterlambatan Rp 547.259.412,” ujar Hakim Humas PN Jambi, Otto Edwin pada Senin, 22 Desember 2025.
Kemudian, gugatan ke-2 datang dari PT Rajawali Nusindo, badan usaha yang bergerak di bidang alkes dan obat-obatan tersebut menuntut kepada pihak RSUD Raden Mattaher untuk membayar sebesar 12.991.622.193.
Gugatan diajukan atas dugaan, dimana penggugat menilai pihak rumah sakit tidak memenuhi kewajiban pembayaran sebagaimana disepakati dalam perjanjian pengadaan alat kesehatan.
Adapun kedua perkara perdata tersebut bakal segera disidangkan pada Januari 2026 mendatang.
Reporter: Juan Ambarita
PERKARA
Vahrial, Bukri dan David Jadi Tersangka Kasus Dugaan Korupsi Disdik Provinsi Jambi
DETAIL.ID, Jambi – Menjelang akhir tahun 2025, mantan Kadis Pendidikan Provinsi Jambi TA 2021-2022 resmi menyandang status tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat praktik SMK TA 2022. Selain itu, mantan Kabid SMK periode serupa juga ditetapkan sebagai tersangka bersama-sama dengan seorang broker.
Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jambi, Kombes Pol Taufik Nurmandia pada Senin 22 Desember 2025. Ketiganya yakni VAP selaku PA atau Kadisdik, Bkr KPA yang menjabat selaku Kabid SMK, dan DH selaku broker proyek resmi berstatus tersangka per 22 Desember 2025.
“Dari ketiga laporan polisi ini sudah kita tingkatkan sebagai tersangka, terhadap VAP sebagai PA Kadis 2021-2022. Kemudian Bkr saat itu menjabat sebagai Kabid. Kemudian DH Broker,” ujar Kombes Pol Taufik Nurmandia pada Senin, 22 Desember 2025.
Menurut Dir Krimsus Polda Jambi itu, penetapan tersangka dilakukan setelah penyidik melakukan serangkaian gelar perkara, pemeriksaan saksi-saksi, berdasarkan sejunlah alat bukti dan keterangan ahli.
Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh penyidik Sub Dit Tipikor Polda Jambi, ditemukan bahwa VAP dan Bkr memang sengaja melakukan pertemuan bersama broker bersama DH dalam hal pembahasan terkait proyek alat praktik SMK senilai Rp 121 miliar TA 2022.
“Jadi ada aliran dana baik secara langsung maupun melalui rekening. Itu yang kita temukan, makanya kita berani menetapkan tersangka terhadap 3 orang ini,” ujarnya.
Disinggung apakah aliran dana dari proyek alat praktik SMK tersebut juga mengalir ke pihak-pihak lain oleh KPA, Dir Krimsus Polda Jambi itu bilang bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan penyidik sejauh ini, aliran dana dari KPA belum ditemukan pada pihak-pihak lain.
“Sementara ini belum kita temukan mengalir ke tempat lain. Tapi enggak tahu pemeriksaan sebagai tersangka (selanjutnya) disitu berbunyi atau tidak,” ujarnya.
Ketiganya kini terancam dengan Pasal 2 atau Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 20 tahun 2001 Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.
Reporter: Juan Ambarita
PERKARA
Vonis Rendah Terhadap 7 Koruptor Pasar Tanjung Bungur Memanas, Geram Jambi Segera Turun Aksi
Jambi – Vonis rendah terhadap 7 terdakwa korupsi Pasar Tanjung Bungur, Muara Tebo berbuntut panjang. Pasca divonis majelis Hakim PN Tipikor Jambi dengan putusan pidana penjara selama 1 tahun 3 bulan untuk 2 terdakwa dan 1 tahun kurungan penjara untuk 5 terdakwa lainnya. Aliansi Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) Jambi menyatakan siap menggelar aksi unjuk rasa.
Dalam keterangan tertulis yang diterima awak media, GERAM Jambi menilai bahwa proses penegakan hukum terhadap perkara korupsi pasar tanjung bungur yang digarap oleh Kejaksaan Negeri Tebo, sarat masalah sejak awal. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Tebo dinilai tidak menjalankan tugas secara optimal dan tidak berpedoman pada ketentuan hukum yang berlaku dalam hal penuntutan.
“Kita melihat JPU tidak profesional dalam menerapkan pasal dalam tuntutan, seharusnya JPU menerapkan pasal 2 ayat 1 dalam tuntutan yang mana sudah ada yuresprudensinya putusan Mahkamah Agung nomor 1038K/Pid.Sus/2015 dan sesuai dengan SEMA nomor 3 tahun 2018 kerugian negara diatas 200 juta dapat dikenakan pasal 2 ayat 1 UU Tipikor,” ujar Rukman, Sabtu 20 Desember 2025.
Menurut Rukman, jika mengacu pada Pedoman Jaksa Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tuntutan Perkara Tindak Pidana Korupsi untuk pasal 2 ayat 1 adalah minimal 4 tahun tuntutan dan maksimal 5 tahun serta denda minimal 250 juta dan maksimal 300 juta.
GERAM Jambi pun mendesak Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi untuk memerintahkan Asisten Pengawas melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap tim JPU Kejari Tebo yang menangani perkara tersebut, yakni Agung Gumelar, Ahmad Riyadi Pratama, dan Maulana Meldany.
“Kita ingin daerah-daerah di Jambi ini bersih dari korupsi. Kalau koruptor dituntut rendah, kita patut mempertanyakan bagaimana proses penegakan hukum ini? Kita minta bapak Kajati Jambi segera memerintahkan Asisten Pengawas untuk memeriksa Tim JPU Kejari Tebo yang menangani perkara ini,” ujarnya.
Tidak hanya itu, GERAM Jambi turut mendesak Kejati Jambi untuk mengambil alih penanganan perkara korupsi Pasar Tanjung Bungur dari Kejari Tebo dan melakukan upaya banding. Langkah tersebut dinilai penting guna menjamin objektivitas, transparansi, dan keadilan hukum.
Menurut GERAM Jambi, korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang penanganannya harus dilakukan secara serius, profesional, dan berpihak pada kepentingan rakyat, bukan melindungi pelaku.
GERAM Jambi menegaskan, apabila tuntutan tersebut tidak ditindaklanjuti, mereka akan melanjutkan aksi dalam skala lebih besar serta membawa persoalan ini ke Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Komisi Kejaksaan RI, serta Komisi 3 DPR RI.
Reporter: Juan Ambarita

