Uang Muka Gedung Auditorium UIN STS Jambi Ternyata Buat Bayar Utang Rp4,5 Miliar

BAYAR UTANG: Ternyata sebagian besar uang muka proyek pembangunan gedung auditorium UIN STS Jambi digunakan buat bayar utang pada pekerjaan lain di kampus yang sama. (DETAIL/Tholip)

DETAIL.ID, Jambi – Penyebab mangkraknya proyek gedung auditorium Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Jambi pelan-pelan terkuak. Bekas “orang dalam” pihak pelaksana proyek, PT Lambok Ulina mengaku bahwa uang muka proyek disalahgunakan.

Ridho selaku Kuasa Direktur sekaligus Project Manager PT Lambok Ulina mengaku telah mencairkan uang muka awal sebesar 20 persen atau senilai Rp7 miliar. Namun dari jumlah dana itu hanya sebesar Rp1,5 miliar yang diserahkan kepada Ridho, sementara sisanya sebesar Rp4,5 miliar justru digunakan untuk membayar utang pada proyek lain.

“Kita ada utang sebesar Rp4,5 miliar karena tekor akibat mengerjakan proyek laboratorium di lingkungan kampus UIN STS Jambi juga,” katanya kepada detail, Selasa (15/4/2019). Ridho menyebutkan pelaksana pekerjaan laboratorium itu adalah PT Delbiper Cahaya Gemilang.

Tak heran, dengan dana hanya Rp1,5 miliar, Ridho hanya mampu mengelola dana itu untuk membangun gedung auditorium dengan progres pekerjaan hanya 7 persen.

Padahal, Ridho sempat mengusulkan kepada Sony, rekan kerjanya untuk tidak memotong duit segede itu agar pekerjaan gedung auditorium bisa dikejar hingga tahap pencairan kedua.

Namun ternyata, usulan itu diabaikan. Pemotongan itu langsung dilakukan oleh pihak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) UIN STS Jambi.

“Saya bukan mau melarikan diri, namun berusaha untuk mengejar ketertinggalan progres, dan saat di-take over juga saya sudah mencapai progres. Artinya pihak yang mengambil alih kan pasti sudah menganalisis dengan situasi yang ada, kalau saya prinsip siap mempertanggungjawabkan uang muka, toh saya berusaha bekerja, bukan mau melarikan diri,” ujarnya.

Ridho mengaku pasrah dan sadar jika perbuatannya itu salah. “Saya yakin nanti yang benar pasti terlihat benar. Saya akui, saya salah dalam penggunaan uang muka, tapi itu untuk konsekuensi saya menyelesaikan laboratorium, dan pekerjaan labor memang terbukti selesai. Masalahnya, kenapa saya tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan auditorium ini,” ia berkilah.

Lantas bagaimana pertanggungjawaban soal uang muka Rp4,5 miliar yang dibayarkan buat bayar utang pekerjaan lain itu? ”Kalau saya enggak punya uang mas. Itu yang sudah saya kerjakan saja saya masih berutang. Tidak apa-apa kita tunggu saja hasil audit BPK, apa pun hasilnya Insya Allah ada solusi penyelesaiannya,” dia mengakhiri pernyataannya. (DE 01/Tholip)

Exit mobile version