DETAIL.ID, Jakarta – Peralihan penggunaan energi fosil ke energi baru terbarukan menjadi masa depan untuk industri mobil listrik. Era pengembangan mobil listrik di Indonesia juga mulai tampak, bahkan bahan baku untuk baterai sudah tersedia di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kita memiliki 80% bahan baku untuk lithium baterai.
“Ini akan jadi bagian dari lithium battery. Jadi kita punya 80% bahan bakunya,” ujarnya di YouTube Kemenko Marves, Sabtu, 25 Juli 2020.
Ia menegaskan hilirisasi penting untuk masa depan, sehingga tidak hanya ekspor material mentah saja, namun membuat produk hilir yang lebih bernilai. Seperti memproses dari bijih nikel sampai menjadi baterai, stainless steel.
Menurut Luhut, Indonesia memiliki cadangan terbesar dan terbaik untuk nikel ore, sehingga berpeluang bakal menjadi pemain utama.
Pada tahun 2030 Eropa sudah tidak lagi menggunakan mobil dengan energi fosil.
Bahkan di tahun tahun sekitar 2025 – 2027 beberapa puluh persen sudah beralih ke mobil listrik. “Fosil energi di kurangi,” ucapnya.
Perusahaan asal Korea Selatan, Hyundai Motor Group bekerja sama dengan LG Chem Ltd, berencana membangun pabrik baterai di Indonesia. Nilai investasinya mencapai US$ 9,8 miliar.
Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan rencana Hyundai-LG yang akan bangun pabrik baterai.
Menurut Bahlil, pembangunan pabrik baterai oleh Hyundai-LG ini akan pertama kalinya menjadi yang terbesar dan terintegrasi di dunia. Pabrik baterai itu akan dibangun dari hulu sampai hilir.
“Sampai packing baterai. Ini perusahaan pertama di dunia yang terintegrasi, dari proses tahap pertama sampai dengan jadi baterai. Investasinya nggak main-main, US$ 9,8 billion. Dan sudah bertahap dan sudah 80% kita bicarakan,” ujarnya, pada Kamis, 23 Juli 2020.
Discussion about this post