DETAIL.ID, Jakarta – Tanoto Foundation membantah menerima dana sebesar Rp20 miliar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui program Organisasi Penggerak.
Hal itu disampaikan Communications Director Tanoto Foundation, Haviez Gautama menanggapi protes Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda.
Sebelumnya Syaiful menyebut Tanoto Foundation dan Sampoerna Foundation menerima dana dari Kemendikbud sebagai salah satu organisasi penggerak yang terpilih.
“Tidak (menerima). Kami tidak menerima,” kata Haviez seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa 21 Juli 2020.
Haviez menerangkan posisi Tanoto Foundation tidak menerima dana, melainkan sebagai organisasi yang menjalankan kegiatan di bidang pendidikan.
Sebaliknya, kata dia, Tanoto malah menginvestasikan dana pengembangan pendidikan melalui program PINTAR bernilai ratusan miliar rupiah.
Pada tahun sebelumnya Tanoto Foundation mengucurkan dana sekitar Rp50 milar dan tahun ini dana itu naik mejadi sekitar Rp110 miliar untuk pengembangan pendidikan.
“Jadi kami bukan menerima, malah kami melakukan investasi untuk memajukan pendidikan,” ujarnya.
Adapun kedudukan Tanoto Foundation dalam Program Organisasi Penggerak milik Kemenndikbud ialah sebagai organisasi yang menjalankan program tersebut.
“Program yang kami jalankan ini bukan karena kami terpilih menjadi organisasi penggerak lantas membuat program. Program PINTAR punya kami sudah berjalan bertahun-tahun,” kata dia.
Haviez pun menegaskan Tanoto Foundation bukanlah lembaga tanggungjawab sosial atau CSR dari Tanoto. Tanoto Foundation, sambungnya, murni lembaga yang pembiayaanya berasal dari pemilik Tanoto Foundation.
“Kami itu lembaga filantropi yang pembiayannya bukan dari perusahaan, Melainkan langsung dari pemilik,” ujarnya.
Sebelumnya, Syaiful Huda mengaku heran dua lembaga besar tersebut mendapatkan dana hibah Kemendikbud. Dua lembaga itu padahal masuk dalam kategori tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.
Menurutnya, perusahaan swasta sewajarnya menyisihkan dana perusahaan untuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dipakai dalam memberdayakan masyarakat. Bukan justru menerima dana tersebut dari pemerintah.
“Lah ini mereka malah menerima dana atau anggaran negara untuk membiayai aktivitas melatih para guru. Logikanya sebagai CSR, yayasan-yayasan perusahaan tersebut bisa memberikan pelatihan guru dengan biaya mandiri,” kata Syaiful dalam keterangannya, Selasa 21 Juli 2020.
CNNIndonesia.com masih berupaya menghubungi Sampoerna Foundation untuk memberikan klarifikasi terkait penerimaan dana hibah organisasi penggerak ini.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tenaga Guru dan Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril mengatakan pihaknya tak campur tangan dalam teknis seleksi peserta Organisasi Penggerak.
“Kami melibatkan lembaga independen [untuk seleksi proposal pelatihan, yaitu Smeru Research Institute. Penentuan ormas yang lolos dilakukan di mana Kemendikbud tidak intervensi,” katanya melalui konferensi video.
Discussion about this post