DETAIL.ID, Batanghari – Komisioner KPU Provinsi Jambi, Sanusi beserta rombongan tiba di Kantor KPU Batanghari sekira pukul 11.00 WIB.
Dia langsung menggelar rapat internal persiapan simulasi pemungutan dan penghitungan suara Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 9 Desember 2020.
“Agenda hari ini adalah persiapan simulasi pemungutan dan penghitungan suara serta hasil rekap yang memang dari awal Kabupaten Batanghari ditunjuk sebagai tuan rumah,” kata Sanusi kepada detail, Kamis 29 Oktober 2020 usai rapat.
Rencana awal simulasi berlangsung tanggal 28 Oktober 2020. Tapi pimpinan KPU RI menginginkan pelaksanaan simulasi bisa terkoordinasi dengan baik.
Ada dua pilihan tanggal pelaksanaan yang disampaikan KPU RI. Tanggal pertama 31 Oktober 2020 dan tanggal kedua 21 November 2020.
“Maka untuk provinsi kita pilih tanggal 31 Oktober 2020 karena persiapan sudah matang, tinggal lagi koordinasi secara teknis seperti ini,” ujarnya.
Pelaksanaan simulasi berlangsung di Lapangan Sridadi, Kecamatan Muara Bulian. Komisioner KPU RI berjadwal hadir. KPU Batanghari melibatkan 222 pemilih. Lokasi ini akan digunakan sebagai Tempat Pemungutan Suara (TPS) 6 Kelurahan Sridadi.
“Menurut rencana akan hadir Komisioner KPU RI, tapi sedang kita koordinasikan. Kita berharap beliau bisa hadir, karena baru malam tadi protokol KPU RI berkoodinasi dengan saya terkait rencana kedatangan,” ucapnya.
Menurut dia, kehadiran Komisioner KPU RI sangat penting di tengah pandemi COVID-19, guna menyampaikan kepada masyarakat bahwa proses pilkada tetap berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan. Tak hanya itu, penyelenggara di daerah menjadi termotivasi bekerja secara maksimal.
“Simulasi ini penting untuk menuju 9 Desember. Sebab 9 Desember juga akan dilakukan hal sama, bukan simulasi, tapi melaksanakan pemilihan, pemungutan dan penghitungan suara,” katanya.
Protokol kesehatan menjadi salah satu kunci, baik oleh penyelenggara dan bagi pemilih. KPU telah mempunyai strategi mengurangi kerumunan.
Sebagai contoh, kedatangan 222 pemilih ke TPS 6 Kelurahan Sridadi akan ditentukan petugas dan di catat pada Formulir C Pemberitahuan.
“Disitu telah dibuat pemilih A, B dan C atau nomor 1, 2, 3 dan seterusnya, kita minta hadir pukul 7 sampai pukul 8 pagi. Ini salah satu contoh upaya KPU mengurangi kerumunan.
Pemilih tidak boleh menonton setelah selesai melakukan pencoblosan secara ramai-ramai. Petugas akan meminta mereka segera pulang ke rumah masing-masing. Masyarakat tak perlu khawatir, karena di TPS juga ada pengawasan dan saksi.
“Mudah-mudahan upaya ini berhasil. Ini simulasi ke enam. Simulasi pertama di KPU RI, kedua di Indramayu, ketiga di Tangerang Selatan, ke empat di Magelang, kelima di Medan dan keenam di Batanghari,” ucapnya.
Simulasi pemungutan dan penghitungan suara merupakan program nasional yang dikoordinir oleh Jakarta terhadap beberapa daerah pelaksana tanggal 31 Oktober 2020. Setiap pemilih, kata dia, harus datang ke TPS membawa masker. Mereka juga harus membawa alat tulis sendiri untuk mengisi daftar hadir.
“Mereka harus membawa identitas berupa KTP dan formulir C Pemberitahuan. Kalau ini sudah mereka penuhi, petugas akan melayani sesuai prosedur,” ujarnya.
Pemilih akan diberikan sarung tangan, pengukuran suhu tubuh sebelum masuk ke TPS oleh petugas. Apabila suhu tubuh pemilih di bawah 37°, petugas mempersilahkan pemilih mengisi daftar hadir dan menunggu di dalam TPS dengan jumlah terbatas.
“Kalau dulu 20 orang, tapi tidak berlaku sekarang. Jika ada suhu tubuh pemilih di atas 37,30°, pemilih langsung di bawa menuju bilik khusus. Setiap TPS ada bilik khusus bagi pemilih dengan suhu 37,30°,” katanya.
Pemilih menunggu giliran dipanggil Ketua KPPS guna mendapatkan surat suara dan mencoblos di bilik sampai pada proses selesai memasukkan surat suara ke kotak suara.
pemilih keluar diberikan tanda khusus tinta sidik jari, tetapi tidak dicelupkan melainkan di tetes. Begitu pun setelah di ukur suhu, mereka dipersilahkan cuci tangan.
“Itu protokol kesehatan standar yang ada di setiap TPS. KPU juga menyediakan satu baju hazmat lengkap. Gunanya andai ada kejadian di TPS, tenyata ada pemilih diketahui ada yang terpapar. Misalnya pingsan atau lainnya. Karena untuk mengetahui itu kan susah,” ucapnya.
Ada protokol khusus menyatakan seseorang terpapar COVID-19. Petugas inilah yang nanti akan berganti pakaian untuk membawa pemilih. KPU akan mempersiapkan satu TPS satu hazmat, tapi bukan dipakai petugas dari awal pemilihan.
“Kalau di pakai dari awal, bisa-bisa mereka yang pingsan duluan. Kira-kira begitu,” ujarnya.
Reporter: Ardian Faisal
Discussion about this post