DETAIL.ID, Jakarta – Seorang pengusaha terkemuka asal Singapura mengatakan diri akan mencabut investasinya di sebuah perusahaan tembakau yang terkait dengan militer Myanmar, sepakan setelah militer Myanmar mengkudeta pemerintah yang dipilih secara demokratis.
Lim Kaling, salah satu pendiri dan direktur grup game Razer yang terdaftar di Hong Kong, mengatakan pada hari Selasa bahwa dia adalah pemegang saham minoritas di Virginia Tobacco Company melalui RMH Singapore Pte Ltd, yang memiliki 49% dari perusahaan Myanmar, dikutip dari Reuters, 9 Februari 2021.
Virginia Tobacco lainnya dimiliki oleh Myanmar Economic Holdings Limited (MEHL), salah satu dari dua konglomerat yang dijalankan oleh militer Myanmar, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2019.
“Peristiwa baru-baru ini di sana (di Myanmar) membuat saya sangat prihatin,” kata Lim dalam pernyataan yang dikirim melalui email, yang mengikuti petisi online yang meminta dia untuk menghentikan keterlibatan di Myanmar.
Lim mengatakan dia akan melepas sepertiga sahamnya di RMH, satu-satunya investasi Myanmar yang tersisa, tetapi tidak memberikan kerangka waktu.
Perusahaan asing dengan investasi di Myanmar telah mempertimbangkan angkat kaki sejak kudeta 1 Februari. Raksasa minuman Jepang Kirin Holdings pekan lalu membatalkan kesepakatan joint venture birnya dengan perusahaan Myanmar yang terkait MEHL.
Sejumlah anak perusahaan MEHL menjangkau berbagai industri mulai dari pertambangan ruby dan giok hingga pariwisata dan perbankan, dan konglomerat tersebut dimiliki dan dipengaruhi oleh para pemimpin militer Myanmar senior termasuk panglima tertinggi Min Aung Hlaing, menurut laporan PBB.
Singapura telah menjadi sumber investasi asing terbesar ke Myanmar dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan kedua pemerintah.
Pengumuman Lim datang setelah petisi online yang dimulai oleh kelompok aktivis Justice for Myanmar mendesak Razer untuk mencopot Lim dari dewannya jika dia tidak mengakhiri hubungan bisnisnya dengan militer Myanmar.
Lim tidak merujuk petisi dalam pernyataannya, yang memperoleh 851 tanda tangan, tetapi kelompok aktivis itu mengklaim mereka berhasil menekan Lim.
“Dia mendengar suara kami dan bertindak. Terima kasih untuk semua yang menandatangani. Pertahankan perjuangan,” kata kelompok itu dalam sebuah posting Twitter.
Amnesty International juga menyerukan RMH untuk memutuskan hubungan dengan Myanmar, bersama dengan perusahaan lain termasuk POSCO Korea Selatan.
Discussion about this post