DETAIL.ID, Medan – Harga cabai di berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Utara semakin lama semakin pedas, semakin mahal. Satu kilogram bisa mencapai Rp 100.000 per kilogram. Situasi ini telah berlangsung selama sepekan terakhir.
Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut Naslindo Sirait kepada sejumlah wartawan di Medan, Sabtu 2 Juli 2022 sore, menyebutkan Gubernur Edy Rahmayadi telah memerintahkan sejumlah badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemprov Sumut untuk keroyokan menggelar operasi pasar (OP), termasuk menggelar pasar murah bahan pokok.
Kata Naslindo, kemungkinan bear OP tersebut digelar di sejumlah titik, dan bahan pokok terkait bakal diserap langsung para petani di Kabupaten Taah Karo melalui BUMDes.
Adapun BUMD yang menggelar pasar murah itu adalah PD Aneka Industri dan Jasa (AIJ) yang didukung BUMD lainnya. Kata Naslindo, dari lokasi pembelian langsung di Kabupaten Karo, PD AIJ membawa dan menjualnya di sejumlah titik di Kota Medan, seperti kawasan Medan Helvetia, Petisah, Pulo Brayan, Medan Selayang, Medan Johor, Setia Budi serta di PRSU.
Dalam OP Murah ini, ia menyebutkan Pemprov Sumut memberikan subsidi harga komoditi cabai merah sehingga lebih murah dari biasanya. Sekaligus juga untuk menambah jumlah pasokan di beberapa pasar agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkannya bahan pokok ini.
Naslindo Sirait menegaskanOP tetap digelar seiring tingginya angka inflasi pada Juni 2022 yang mencapai 4,18%. Apalagi cabai merah menjadi penyumbang andil terbesar kondisi tersebut.
“Ini menjadi perhatian pemerintah untuk mengupayakan agar tidak terjadi gejolak,” kata Naslindo. Pemprov Sumut akan terus memerhatikan tata kelola cabai agar tidak ada gejolak setiap saat.
Caranya adalah dengan cara membangun pola tanam di sektor hulu sekaligus juga membangun kemitraan. Dengan demikian terwujud kontrak pertanian antara petani cabai dengan BUMD Sumut.
Pihaknya yakin mekanisme itu akan menimbulkan kepastian harga dan jumlah pasokan untuk meredam tingginya harga cabai merah, termasuk juga mengatasi kendala berupa anomali cuaca (tidak menentu).
“Kami sedang berkonsultasi dengan pusat penelitian untuk bisa dicarikan jalan keluar, apakah ada teknologi yang bisa mengatasi anomali cuaca. Secara permanen, bagaimana meningkatkan produksi,” sebut Naslindo.
Melalui peningkatan produksi itu katanya, sekalipun ada permintaan cabai merah dari luar provinsi, maka Sumut tidak akan kekurangan pasokan, sehingga konsumsinya tetap terjaga dan terkendali.
Ia memastikan semua langkah ini diambil agar inflasi bisa ditekan atau dikendalikan serta memastikan ketahanan pangan di Sumut.
Reporter: Heno
Discussion about this post