DETAIL.ID, Niaga – Inflasi Amerika Serikat diprediksi turun menjadi 8,1% year on year pada September 2022, yang mendorong kurs rupiah bisa menguat sangat tipis terhadap dolar AS pada sore ini.
Mengutip data Bloomberg, Rabu 12 Oktober 2022 pukul 15.00 WIB, kurs rupiah ditutup pada level Rp 15.356 per dolar AS, menguat 1 poin atau 0,01% apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin, 11 Oktober 2022 di level Rp15.357 per dolar AS.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Reny Eka Putri mengatakan inflasi AS diprediksi akan turun lagi menjadi 8,1% yoy pada saat diumumkan nanti Jumat, 14 Oktober 2022.
Ini sedikit melegakan pelaku pasar sehingga pergerakan kurs rupiah cukup stabil hari ini.
“Meskipun Federal Reserve masih tetap hawkish dan Fed Fund Rate diprediksi akan menyentuh 4,5% di akhir 2022,” kata Reny, dikutip dari ipotnews.
Inflasi AS pada Agustus 2022 naik 0,1% menjadi naik 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Selasa 13 September 2022. Angka ini meleset dari prediksi ekonom yang disurvei oleh Dow Jones, yang memperkirakan penurunan bulanan sebesar 0,1%.
Namun jumlah inflasi bulan ini turun dibandingkan inflasi AS pada Juli 2022 sebesar 8,5% dan 9,1% pada Juni 2022. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen secara tak terduga naik pada Agustus bahkan ketika harga gas turun.
Dari dalam negeri, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi Indonesia sangat kecil kemungkinan mengalami resesi. Hanya saja pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada 2023.
“Risiko resesi memang jauh lebih besar akan terjadi di negara – negara maju. Secara jangka pendek ini menjadi sentimen positif bagi rupiah karena pasar menjadi optimis,” ujar Reny.
Sebelumnya Chatib memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5% pada 2023, atau melambat dibandingkan tahun ini (year-on-year/yoy).
“Tantangannya berat, tetapi bukan berarti kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Makanya terjadi perlambatan.
Kalau kita biasa tumbuh di 5,2%, mungkin di 2023 kita akan tumbuh sedikit di bawah 5%,” kata Chatib Basri usai menghadiri acara BNI Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa 11 Oktober 2022.
Menurut Chatib, risiko perlambatan tersebut mulai terlihat pada awal 2023. Di sisi lain, dia mengatakan Indonesia sebetulnya relatif lebih baik dibandingkan banyak negara di dunia, di tengah gejolak global saat ini.
Chatib menuturkan perlambatan ekonomi global bakal berdampak terhadap penurunan ekspor, termasuk Indonesia.
Namun, dampaknya sedikit terbatas karena share dari ekspor Indonesia terhadap PDB relatif kecil dan harga batu bara yang masih relatif baik.
Discussion about this post