DETAIL.ID, Niaga – Minyak berjangka mengurangi beberapa kerugian, Rabu petang, setelah anjlok 2% di sesi sebelumnya, didukung kekhawatiran pasokan yang berasal dari pemotongan produksi OPEC Plus, meski apresiasi dolar membebani sentimen pasar.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 48 sen, atau 0,51%, menjadi USD 94,77 per barel pada pukul 15.09 WIB setelah mencapai sesi terendah USD 93,33 per barel, demikian laporan Reuters, di Singapura, Rabu, 12 Oktober 2022.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berada di posisi USD 89,62 per barel, bertambah 27 sen, atau 0,30%. Kontrak WTI jatuh ke sesi terendah USD 88,27 per barel pada awal sesi.
“Harga minyak mentah akan mendapatkan momentum lebih lanjut setelah mundur singkat dan bisa bergerak lebih tinggi menuju USD 104 per barel untuk Brent, dan sekitar USD 98 untuk WTI, di tengah ketatnya pasokan yang disebabkan pengurangan output yang dipimpin OPEC dan sekutunya, serta gangguan pada produksi minyak Rusia,” kata Sugandha Sachdeva, Vice President Religare Broking.
Pekan lalu, Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC Plus, memutuskan untuk memangkas target output mereka sebesar 2 juta barel per hari.
Citi Research memperkirakan harga minyak mentah WTI rata-rata USD 96 per barel dan Brent USD 101 per barel pada 2022, sebagai respons terhadap pengetatan pasokan akibat pemotongan output.
“Meski pengurangan output minyak OPEC Plus sebesar 2 juta barel per hari dari kuota Agustus terlihat besar di atas kertas, pemotongan efektif akan lebih kecil,” kata Citi Research.
“Kami berasumsi pemotongan terakhir kurang dari 0,9 juta barel per hari sebagian di tengah kepatuhan yang buruk dari Irak,” kata Citi.
Juga di sisi pasokan Transneft Rusia BUMN yang menguasai jaringan pipa, Rabu, mengatakan pihaknya telah menerima pemberitahuan dari operator Polandia, PERN , tentang kebocoran pada pipa minyak Druzhba, Interfax melaporkan.
Sementara itu, dolar AS mencapai level tertinggi 24 tahun terhadap yen, Rabu, di tengah kekhawatiran tentang inflasi dan laju kenaikan suku bunga Amerika. Apresiasi dolar membuat komoditas berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak serta aset berisiko lainnya.
Trader juga menantikan data indeks harga konsumen Amerika, dirilis Kamis, yang bisa mempengaruhi jalur pengetatan Federal Reserve.
Juga pada sisi negatifnya, Dana Moneter Internasional, Selasa, memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2023 dan memperingatkan peningkatan risiko resesi global.
Data inventaris AS tertunda satu hari untuk minggu ini karena hari libur Senin. Data industri dari American Petroleum Institute akan dirilis pada pukul 20.30 GMT, Rabu, sementara Badan Informasi Energi Amerika, akan merilis datanya pada pukul 15.00 GMT, Kamis.
Discussion about this post