TEMUAN
Rektor Universitas Nurdin Hamzah Bungkam Soal Transparansi Biaya Wisuda, Ternyata Nominalnya Bukan Main

DETAIL.ID, Jambi – Rektor Universitas Nurdin Hamzah (UNH) Dr. Ir. H. Riswan, MMSI lagi-lagi memilih untuk mengabaikan pesan konfirmasi dari awak media terhadap berbagai persoalan yang sedang terjadi di internal kampus tersebut, Rabu 26 Oktober 2022.
Sebelumnya, berbagai macam upaya permohonan telah diajukan oleh mahasiswa UNH terhadap Rektor UNH Dr. Ir. H. Riswan, MMSI terkait acara wisuda yang akan segera berlangsung pada 23 November 2022 mendatang.
Mulai dari penggalangan lewat pengisian petisi online yang berisi permohonan mahasiswa untuk meringankan biaya wisuda mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil, hingga permohonan audiensi kepada Rektor UNH Dr. Ir. H. Riswan terkait transparansi biaya wisuda. Namun pada audiensi yang seharusnya berlangsung pada Selasa 25 Oktober kemarin pun tak dihadiri oleh Riswan.
Awak media telah mencoba mengkonfirmasi dia terkait hal itu 25 Oktober kemarin malam, namun pesan konfirmasi via seluler tak dijawab oleh dia, padahal pesan tertanda sudah dibaca.
Berdasarkan informasi yang diperoleh awak media, untuk acara wisuda UNH yang akan berlangsung pada 23 November mendatang, setidaknya terdapat sekitar 300 orang mahasiswa yang akan diwisuda.
Jika dikalkulasikan dengan uang wisuda yang dipungut kepada mahasiswa yakni sejumlah Rp 4 juta. Hasilnya hanya dalam beberapa jam acara wisuda itu berlangsung, pihak kampus beroleh duit bernilai fantastis, yakni senilai Rp 1,2 miliar.
Bukan main, akan tetapi ketika awak media kembali mengkonfirmasi Rektor UNH Dr. Ir. H. Riswan via seluler, Rabu 26 Oktober 2022 lagi-lagi dia memilih untuk mengabaikan awak media.
Seolah bukan hal yang penting sekalipun mahasiswa mulai bergejolak. Sebenarnya jika ditelisik ke belakang, beberapa waktu lalu Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D bahkan menegaskan jika wisuda merupakan seremoni yang bersifat formalitas. Nizam bahkan mengatakan wisuda tidak wajib.
“Kalau tentang wisuda, pada dasarnya tidak ada kewajiban wisuda. Mahasiswa kalau sudah yudisium dia berhak menyandang kesarjanaan dan berhak atas ijazahnya,” kata Nizam Senin 5 Oktober 2020 dikutip dari detik.id
Kembali pada soal biaya wisuda di UNH yang jadi persoalan mahasiswa, awak media merangkum informasi dari berbagai sumber di beberapa PTS di Provinsi Jambi.
Hasilnya, diketahui biaya wisuda Universitas Dinamika Bangsa (Unama) senilai Rp 2 juta kemudian Universitas Batanghari (Unbari) senilai Rp 2,5 juta dan muncul sebagai UNH menjadi PTS dengan biaya wisuda termahal, yakni Rp 4 juta.
Dan hingga berita ini terbit, belum ada penjelasan atau keterangan resmi dari pihak Rektorat Universitas Nurdin Hamzah, Jambi meski sudah dikonfirmasi berulangkali.
Reporter: Juan Ambarita

TEMUAN
Dugaan Bagi-Bagi Jatah Program P3-TGAI di BWSS VI Jambi, Tani Merdeka Indonesia Ungkap Keterlibatan 2 Dewan Ini…

DETAIL.ID, Jambi – Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI) di lingkungan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) VI Jambi diduga sarat praktik bagi-bagi jatah. Informasi ini mencuat setelah Kepala BWSS VI Jambi, Joni Raslansyah disebut mengakui bahwa penentuan kelompok tani penerima program harus melalui dua politisi asal Jambi yakni H Bakri dan Edi Purwanto.
Keterangan tersebut disampaikan oleh sumber yang mendengar langsung pernyataan Kepala BWSS VI Jambi. Dalam pernyataan itu, Joni diduga mengatakan bahwa setiap kelompok tani yang ingin mendapatkan program P3A-TGAI wajib terlebih dahulu melapor kepada kedua politisi tersebut.
“Kalau ingin mendapatkan program P3A, mesti lapor dulu ke H Bakri dan Edi Purwanto. Karena itu pikir mereka,” ujar sumber menirukan pernyataan Joni Raslansyah.
Pernyataan ini menimbulkan kejanggalan karena program pemerintah seharusnya dijalankan secara profesional dan tidak diintervensi oleh pihak di luar struktur birokrasi. Sebagai pimpinan balai, Joni Raslansyah dinilai semestinya dapat memastikan pelaksanaan program secara adil dan merata di seluruh wilayah Jambi.
Ketua DPW Tani Merdeka Indonesia Provinsi Jambi, Candra Andika turut menyoroti permasalahan tersebut. Ia menyebut banyak kejanggalan dalam pelaksanaan proyek irigasi P3-TGAI, termasuk buruknya kualitas hasil pekerjaan di lapangan.
“Kami memegang bukti buruknya kinerja Kepala BWSS VI Jambi, Joni Raslansyah. Jika sistem yang janggal ini tidak diperbaiki, kami akan menugaskan LBH Tani Merdeka Provinsi Jambi untuk melaporkan dugaan pelanggaran ini ke aparat penegak hukum,” kata Candra.
Candra juga menyebut pihaknya siap mengerahkan kelompok tani binaan untuk melakukan aksi serentak di seluruh kabupaten di Provinsi Jambi sebagai bentuk protes terhadap dugaan penyimpangan tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, belum diperoleh keterangan dari pihak BWSS VI Jambi, H Bakri, dan Edi Purwanto belum memberikan tanggapan resmi terkait dugaan keterlibatan mereka dalam penentuan penerima program P3-TGAI. (*)
TEMUAN
Soal Dugaan Pemalsuan Data Sespri Untuk PPPK, Pejabat BNN RI Bilang Begini…

DETAIL.ID, Jambi – Sampai saat ini, Kepala BNN Kabupaten Tanjungjabung Timur, Emanuel Hendri Wijaya, yang tengah diterpa isu tak sedap terkait dugaan pemalsuan data pegawai honor dalam pengajuan PPPK TA 2025 ke BKN RI, masih jadi perbincangan menarik.
Namun pejabat BNN yang dalam waktu dekat bakal menduduki jabatan baru sebagai Kepala Bagian Umum BNN Provinsi Jambi tersebut, tampak tidak merespons sama sekali upaya konfirmasi yang dilayangkan awak media lewat WhatsApp.
Sementara itu Plt Kabiro SDM dan Organisasi BNN RI, Brigjen Pol Deni Dharmapala hanya merespons singkat terkait dugaan kasus pemalsuan yang menyeret nama Emanuel Hendri.
“Terima kasih, akan ditindaklanjuti,” kata Brigjen Pol Deni lewat pesan WhatsApp pada Kamis, 25 September 2025.
Emanuel Hendri Wijaya menarik perhatian lantaran diduga memalsukan dokumen masa kerja sekretaris pribadi/ajudan nya untuk PPPK TA 2025 ke BKN RI. Informasi dihimpun bahwa NN, sosok ajudan Hendri sebenarnya baru bekerja hitungan bulan sebagai tenaga honor di BNNK Tanjabtim.
Namun oleh Hendri, dibuatkan seolah-olah sudah bekerja selama 2 tahun agar syarat mutlak minimal telah bekerja terpenuhi. Hal itupun tampak miris, sebab masih dalam lingkup BNNP Jambi yakni BNNK Jambi dan Batanghari terdapat honorer atau PPNPN yang tidak dapat diajukan menjadi PPPK lantaran belum mencapai masa kerja minimal 2 tahun.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa sosok Kepala BNNK di wilayah tersebut benar-benar mempedomani aturan yang disyaratkan okeh BKN RI.
Sementara Emanuel Hendri Wijaya sendiri dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp pada Rabu 24 September lalu, memilih untuk tidak merespons.
Reporter: Juan Ambarita
TEMUAN
Kacau! Kepala BNNK Tanjungjabung Timur Diduga Palsukan Dokumen Buat Pengajuan Data PPPK Sesprinya

DETAIL.ID, Jambi – Dugaan pemalsuan dokumen dalam pengajuan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) TA 2025 oleh Kepala BNN Kabupaten Tanjungjabung Timur terhadap sosok ajudan pribadinya, mencuat ke permukaan.
Informasi dihimpun dari sejumlah sumber terpercaya, Kepala BNNK Tanjabtimur, Emanuel Hendry Wijaya diduga turut serta membantu pemalsuan data atas sekretaris/ajudan pribadinya berinisial NN.
Padahal NN sendiri diketahui belum memenuhi kriteria untuk pengajuan PPPK, lantaran dia belum genap 1 tahun sebagai tenaga honor di BNNK Tanjabtim. Sementara syarat mutlak untuk pengajuan PPPK yakni minimal sudah bekerja selama 2 tahun.
“Sampai sekarang kalau dihitung baru 11 bulan tapi laporan ke BKN. Dio buatlah lebih 2 tahun, pemalsuan data,” ujar salah seorang sumber yang meminta dirahasiakan.
Sementara itu, masih di instansi serupa informasi diperoleh bahwa di BNNK Kota Jambi maupaun di BNNK Batanghari terdapat PPNPN yang masa kerjanya kurang beberapa bulan dari syarat 2 tahun. Namun tidak dapat diajukan. Lantaran Kepala BNNK masing-masing mempedomani betul aturan yang disyaratkan oleh BAKN Pusat.
Sementara itu Kepala BNNK Tanjabtim, Emanuel Hendry Wijaya dikonfirmasi lewat pesan WhatsApp pada Rabu, 24 September 2025, belum merespons hingga berita ini terbit.
Tim awak media masih terus menghimpun informasi lebih lanjut.
Reporter: Juan Ambarita