Gempa bumi dengan Magnitudo 5,6 yang berpusat di Cianjur, Jawa Barat, Senin, 21 November 2022, dipicu pergeseran sesar Cimandiri. Ratusan orang dilaporkan jadi korban jiwa.
Eddy Zulkarnaini Gaffar, peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dalam studinya ‘Deformasi Kerak Bumi Segmen-Segmen Sesar Cimandiri’ (2006) mengungkapkan Sesar Cimandiri terdiri dari beberapa segmen.
“Penelitian terinci kawasan sesar Cimandiri muara sungai Citarik yang ialah bukti tektonik yang paling muda dan interpretasi foto udara kawasan Pelabuhan Ratu hingga Padalarang. Interpretasi Foto Udara dipakai untuk penentuan kelurusan zona sesar Cimandiri,” ucapnya, dikutip dari situs LIPI, yang kini jadi bab BRIN.
“Sesar Cimandiri dapat dibagi menjadi beberapa segmen mulai dari Pelabuhan Ratu (Banten) hingga Padalarang (Kab. Bandung Barat),” tutur dia.
Segmen-segmen sesar Cimandiri tersebut adalah segmen sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu (Banten)-Citarik (Sukabumi), Citarik Cadasmalang (Sukabumi), Ciceureum-Cirampo (Sukabumi), Cirampo-Pangleseran (Sukabumi), Pangleseran (Sukabumi)-Cibeber (Cianjur), dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang (Kab. Bandung Barat).
“Serta segmen Padalarang Tangkuban Perahu yang dapat diperhatikan selaku lembah sungai yang berarah hampir timur-barat dan membelok ke arah timur bahari mulai dari Cibeber ke arah timur,” kata Eddy.
Analisa struktur geologi pun memberikan bahwa ada beberapa gaya kompresi, ialah berarah U3l 2°T, U28°T dan U72°T.
Eddy juga mengungkap Sesar Cimandiri berpotongan dengan sesar lain. Sesar yang berarah barat-timur diiris oleh sesar yang berarah timur bahari-barat daya. Sesar yang berarah timur laut-barat daya tersebut ialah lajur sesar yang berumur relatif lebih muda dari sesar utama Cimahdiri.
Di antara lajur sesar yang berarah timur laut-barat daya yaitu lajur sesar Citarik yang kemungkinan menerus sampai ke daerah Bogor dan Jakarta.
Di samping itu, lajur sesar Cibadak melalui lokasi kawasan longsor Warungkiara menerus hingga kota Cibadak dan desa Nagrak yang pernah dilanda gempa pada 2002.
“Apabila terjadi gempabumi pada lajur sesar ini akan menghancurkan tempat yang labil tersebut,” ucap ia.
Dalam penelitian terpisah, Muhammad Adis S. W. pada 2018, Sesar Cimandiri sudah menimbulkan beberapa gempabumi seperti Gempa Pelabuhan Ratu (1900), Gempa Padalarang (1910), Gempa Conggeang (1948), Gempa Tanjungsari (1972), Gempa Cibadak (1973), Gempa Gandasoli (1982) dan Gempa Sukabumi (2001).
“Meskipun telah terjadi banyak gempa di sekitar Sesar Cimandiri ini tetapi karakteristik dari sesar ini masih menjadi perdebatan andal kebumian,” kata ia dalam jurnal yang diterbitkan Universitas Padjadjaran (Unpad).