Kepolisian Israel melaporkan lebih dari 80 ribu orang itu membanjiri ruas-ruas jalan di tempat HaBima, Tel Aviv, dan sekitarnya pada Sabtu, 14 Januari 2023.
Sementara itu, warga juga memadati jalan-jalan di Yerusalem dan Haifa.
Para demonstran berarak sembari membawa papan-papan bertuliskan berbagai slogan anti-pemerintah, mirip “pemerintahan memalukan” dan “Turunkan diktator!”
Sebagian demonstran juga tampakmengacungkan poster untuk membandingkan Netanyahu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Ini yaitu demonstrasi terbesar sehabis pemerintahan Netanyahu mengambil alih kekuasaan di Israel pada Desember kemudian.
Berdasarkan laporan Reuters, para demonstran menolak rencana Netanyahu untuk mereformasi aturan mengenai Mahkamah Agung.
Kritikus menilai pergeseran itu mampu melemahkan independensi proses kehakiman, melindungi korupsi, melanggar hak asasi golongan minoritas, dan meruntuhkan kredibilitas tata cara pengadilan.
Para penggagas demonstrasi pun terus membakar semangat warga supaya mau ikut turun ke jalan meski hujan mengguyur.
“Pegang bendera Israel di satu tangan, dan payung di tangan lainnya. Keluarlah untuk melindungi demokrasi dan hukum di negara Israel,” ucap mantan Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, yang mengikuti demo di Tel Aviv.
Merujuk pada jajak pertimbangan Channel 13 TV pekan lalu, 53 persen responden memang menolak planning reformasi hukum tersebut. Sementara itu, 35 persen yang lain baiklah.
Popularitas Netanyahu sendiri saat ini masih rendah, terutama sebab ia naik takhta ketika masih terjerat sejumlah perkara korupsi.