Atlet 29 tahun itu terakhir kali tampil di Istora dalam ajang Indonesia Open 2022. Meski belum genap setahun, beliau menganggap Indonesia ialah rumahnya karena mendapat banyak sumbangan dari penggemar.
“Sulit dipercaya mampu kembali ke Senayan. Saya cinta negeri ini, aku suka atmosfernya dan orang-orang yang mencintai badminton. Saya mendapat banyak pemberian dan merasa seperti di rumah ketika bermain di sini,” kata Marin.
Ia tak akan melalaikan segala memori baik dan buruk di Istora. Marin punya kisah indah alasannya adalah pernah jadi juara dunia 2015 di Istora. Sedangkan cedera parah dikala berlaga di Indonesia Masters 2019 tidak melunturkan cintanya pada Indonesia.
“Saya sangat bahagia bermain di sini meski di masa lalu punya memori buruk tetapi aku sangat cinta negeri ini,” ujarnya.
Sempat mangkir panjang di aneka macam turnamen, Marin menegaskan masih ingin kembali ke performa terbaik. Olimpiade Paris 2024 menjadi salah satu mimpinya saat ini.
“Menikmati permainan saja, pasti olimpiade ada di dalam pikiran saya. Saya ingin terus berjuang sesudah cedera lutut tahun kemudian sebelum Olimpiade Tokyo. Saya ingin berusaha meraih itu,” ujarnya.
Saat ditanya sasaran di Indonesia Masters 2023, peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 itu tidak menaruh ekspektasi tinggi. Ia cuma ingin menuntaskan pertarungan dengan optimal.
“Saya hanya ingin menikmati permainan, saya ingin konsentrasi di setiap pertandingan. Tentu saya akan berjuang hingga final. Jika mampu hingga tamat atau juara, pasti saya akan sungguh bahagia,” ucapnya.
(ikw/ptr)