Kementerian Pengelolaan Bencana Afghanistan melaporkan 70 orang tewas selama delapan hari terakhir imbas cuaca ekstrem. Mereka juga menyatakan 70 ribu binatang ternak meninggal.
Sejak 10 Januari, beberapa daerah di Afghanistan mirip Kabul mengalami cuaca dingin ekstrem. Wilayah Ghor bahkan mencatat rekor dengan minus 33 celsius dalam seMinggu terakhir.
Berdasarkan video dan gambar di media sosial, jalan-jalan di sejumlah kota dan di provinsi selatan Afghanistan tertutup salju.
“Musim dingin ini ialah yang terdingin dalam beberapa tahun terakhir,” kata kepala Badan Meteorologi Afghanistan, Mohammad, Nasim Muradi, seperti dikutip AFP, Rabu (18/1).
“Kami menduga gelombang hambar akan terus berlanjut beberapa pekan mendatang,” ujar beliau lagi.
Di sejumlah kota, bagi keluarga yang bisa mereka menghangatkan diri menggunakan pemanas ruangan.
Sementara itu, di pedesaan keluarga tuna wisma terlihat berkumpul di depan api unggun untuk menangkal hambar.
Musim dingin di Afghanistan ialah kali kedua sejak negara itu dipimpin Taliban. Kelompok ini berhasil menduduki kantor presiden pada Agustus 2021 kemudian.
Berdasarkan data lembaga tunjangan kemanusiaan, lebih dari 19 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan di ekspresi dominan dingin. Sebanyak 4 juta belum dewasa juga mengalami malnutrisi.
Sejak di bawah kontrol Taliban, Afghanistan mengalami krisis ekonomi. Banyak komunitas internasional pikir-pikir menggelontorkan tunjangan ke negara itu.
Terlebih, Taliban dianggap melanggar janji sebab tetap menerapkan hukum yang konservatif, terutama terhadap perempuan.
Di kala permulaan menduduki Kabul, Taliban bersumpah akan membuat pemerintah yang moderat dan memprioritaskan keamanan bagi warganya. Namun, seiring berjalannya waktu kesepakatan mereka tak terwujud.
(isa/ain)