“Whatever his cause is, it is doomed to fail (apa pun penyebabnya, niscaya akan gagal),” ujar kiai yang dekat disapa Gus Yahya ini dalam keterangannya, Sabtu (29/1).
Menurut Gus Yahya, pembakaran yang dilakukan Paludan tak akan menciptakan Al-Qur’an menjadi hina.
“Perbuatannya [Paludan] justru akan tidak berguna,” ujar Gus Yahya.
Perbuatan Paludan, lanjut Gus Yahya, justru malah mendorong rasa penasaran mereka yang belum mengenali isi Al-Qur’an. Jika Paludan ingin menjauhkan orang dari Al-Qur’an, kondisi ini justru akan menjadikannya gagal.
Gus Yahya juga menganggap bahwa sikap Paludan mengkremasi Al-Qur’an kurang sempurna kalau dilaksanakan untuk melampiaskan kemarahan pada Turki. Al-Qur’an, lanjutnya, tidak menanggung apa pun yang menjadi tanggung jawab Turki.
“Kalau beliau berencana menyerukan biar Eropa kulit putih bersatu melawan Islam, perbuatannya justru memancing orang-orang Eropa di luar kelompoknya untuk melawannya,” ujar Gus Yahya.
Gus Yahya menilai Paludan cuma selaku orang yang arogan akan identitas dirinya. Kesombongannya membuat Paludan putus asa dan hilang nalar melihat kekalahannya yang tak terhindarkan.
“Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan kepercayaan kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bareng segala cita-citanya atau beliau insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar,” kata Gus Yahya.
Sebelumnya, Paludan kembali beraksi memperabukan Al-Qur’an pada Jumat (27/1) waktu setempat. Aksi ini dilakukan di depan masjid serta Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen, Denmark.
“Masjid ini tidak mempunyai tempat di Denmark,” kata Paludan dalam siaran pribadi di halaman Facebooknya.
(asr)