“Untuk umurnya mungkin dari perkiraan kami 6-12 bulan,” ujar Setra Yoman Prahyang, Surya Satellite-1 Project Leader, pada acara pelepasan SS-1 dari ISS, di kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Jumat, 6 Januari 2023.
Ia menyebut angka tersebut dihasilkan dari proses pemodelan timnya.
SS-1 yakni satelit nano dengan versi cubesat yang berukuran 10 x 10 x 11.35 sentimeter dan berat 1 hingga 1,3 kilogram. Ukurannya lebih kecil dari satelit mikro atau tubesat yang lazimnya mempunyai berat 50-70 kilogram.
Proyek SS-1 sendiri diinisiasi oleh engineer muda dari Surya University yang melakukan pekerjaan sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) semenjak Maret 2016. Pada 2017, SS-1 mulai dilaksanakan dengan supervisi dari para periset di Pusat Teknologi Satelit.
Usai rampung digarap, satelit nano ini diluncurkan ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada Minggu , 27 November 2022 dini hari dengan menumpang Roket Falcon 9 CRS-26 milik perusahaannya Elon Musk, SpaceX.
“Satelit nano karya anak bangsa Surya Satellite-1 (SS-1) sudah berhasil diluncurkan dini hari tadi waktu Indonesia, atau tepatnya pukul 02:20 PM waktu Amerika Serikat (EST), memakai Roket SpaceX Falcon 9 CRS-26,” ungkap Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA)-BRIN di akun Instagramnya, Minggu, 27 November 2022.
Usai menumpang ISS beberapa lama, satelit yang ditenagai panel surya ini dilepaskan menuju orbit untuk beroperasi di ketinggian 400-420 kilometer di atas permukaan Bumi dengan sudut inklinasi 51,7 derajat.
“Makara ketinggian ISS itu 380 hingga 420 kilometer nanti orbitnya SS-1 pun akan sama. Begitu beliau keluar dari ISS dia bekerjsama telah sampai di orbitnya,” ujar Setra.
Setra menjelaskan SS-1 usang kelamaan akan kehilangan posisinya di orbit karena satelit nano ini tidak dibekali dengan tenaga penggagas atau propulsion. Perhitungan yang dikerjakan Setra dan timnya memperkirakan SS-1 akan kehilangan posisinya dalam 6 hingga 12 bulan.
“Secara teknis perlu ada sistem propulsion yang mana dia berfungsi untuk menggerakkan dia bila udah mulai turun dinaikkan kembali ke orbitnya. Untuk SS-1 sebab memang pertama kali kita desainnya sederhana jadi tidak ada propulsion-nya,” tutur Setra.
Makna setahun hidup
Satelit mungil ini disebut mempunyai dua fungsi, yaitu untuk mengantarpesan singkat atau SMS gratis lewat satelit, dan komunikasi radio.
“Satelit ini bawa dua misi. Yang pertama untuk ngirim SMS namun melalui satelit. Makara SMS-nya enggak perlu pake BTS, mau di tengah maritim, atau di atas gunung bisa kirim SMS, gratis. Sama satu lagi untuk radio communication, tetapi kan radio communication terbatas,” tutur Robertus Heru Triharjanto, Kepala ORPA BRIN di program yang serupa.
Heru menyebut satelit mirip ini memiliki kesempatanpemanfaatan yang cukup bermacam-macam, mulai dari sensor gempa, tsunami, sampai keperluan komersial mirip asset tracking.
“Kalau aplikasi ke depannya, SMS ini yang kirim bukan orang, tetapi alat, sensor mampu kirim SMS. Seperti sensor gempa, sensor tsunami, sensor volcano, asset tracking bisa taruh di atas container nanti kita bisa track container kita ada di mana,” ucapnya.
Namun, penggunaan untuk keperluan komersial perlu ada adaptasi, yaitu operator mesti menggunakan frekuensi komersial. Pasalnya, frekuensi amatir cuma untuk acara amatir dan kebencanaan.