Saat ini, pembangunan konstruksi sudah menjangkau sekitar 84 persen. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menargetkan proyek KCJB berakhir pada Juni 2023, dan dibutuhkan dapat beroperasi secara komersial pada Juli 2023.
“Pak Luhut (Menkomarves), Pak Erick (Menteri BUMN), dan aku diperintahkan bapak Presiden untuk menemani proyek ini. kereta ini dibutuhkan dapat mengembangkan daya saing bangsa kita,” ujar Budi dikala meninjau proyek KCJB di Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/1).
Menurut Budi, keberadaan kereta cepat dibutuhkan guna mengatasi berbagai dilema publik, misalnya macet. Karena membutuhkan ongkos sungguh besar untuk menanggulangi macet, Presiden Joko Widodo pun menantang Kemenhub untuk membangun angkutanpublik mirip MRT, LRT, sampai kereta cepat.
Diharapkan, angkutanpublik mampu meminimalkan kerugian yang timbul akhir macet.
Budi mengungkapkan, Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang memiliki kereta cepat yang berkecepatan sampai 360 km/jam. Kereta ini dibangun dengan teknologi tinggi, sehingga dapat memajukan kesanggupan dan memperbesar pengalaman SDM di bidang perkeretaapian.
“Pembangunan MRT, LRT, dan kereta cepat yang berteknologi tinggi, mampu menjadi laboratorium bagi anak bangsa untuk berguru. Di negara Eropa, Jepang, dan yang lain telah umummembangun. Oleh risikonya, kita harus melakukan sebuah hal yang gres, biar kita mempunyai pengalaman dan bisa membangun infrastruktur angkutanpublik dengan lebih baik lagi ke depannya,” tutur Budi.
Dalam mempersiapkan operasional KCJB, pemerintah menggandeng dua perusahaan konsultan asal Inggris, yakni The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia.
Pengerjaan proyek KCJB pun diputuskan terus berjalan untuk menuntaskan beberapa pekerjaan mirip track laying, metode listrik anutan atas, dan penyiapan saluran dan integrasi antar moda yang membuat lebih gampang saluran masyarakat.
Turut hadir pada peninjauan KCJB yaitu Direktur Jenderal Perkeretaapian Risal Wasal, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo, dan Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi.
(rea)